Pagi yang tenang.
Omega lalu lalang membawa berbagai sajian mewah untuk diletakkan pada meja emas yang panjang. Muat hingga dua puluh kursi lebih. Beberapa di antaranya, telah terisi. Satu penghuni yang telah mempersiapkan diri dengan tampilan terbaik yang mampu diusahakan berdiam diri di kursi roda. Iris hijau terang bergulir tajam pada setiap sudut yang mampu dipindai. Mengedip, riak tak bersahabat menjelma seketika pada aura malaikat berwajah lembut.
"Halo, ibu."
Seseorang yang dipanggil oleh mata hijau mendekat dan mengecup kepalanya penuh sayang. Dia menarik kepala sambil lalu menatap sang wanita calon menantu.
"Halo juga, Kim. Kau datang pagi sekali? Bahkan di saat para Omega belum selesai menyiapkan meja?"
"Ya. Aku baru keluar dari rumah sakit yang rasanya sangat menyesakkan. Jadi aku sangat senang sekarang." Kimberly menjawab dengan mata berbinar terang.
"Kau tau sayang? Aku bersyukur keadaan ini bisa kita hadapi bersama. Peristiwa kemarin akan jadi sejarah kelam yang akan dikenang kaum Werewolf di masa depan." Serra, wanita yang juga memiliki surai pirang menyentuh kedua pundak calon menantunya. "Kim, jangan takut. Aku yakin kau dan Steven mampu menghadapinya. Kondisimu ini, sama sekali tak membuat kaum Were keberatan untuk menerimamu sebagai Ratu."
Netra hijau terpaku sebentar. Memindahkan tatapan pada arah lain, Kimberly tersenyum manis dengan ucapan mantan Luna barusan. Dia mengangkat wajah dengan sunggingan mematikan. "Kau benar, Ibu. Aku dan Steven pasti bisa mengatasinya karena aku adalah—" bibir penuh sensual merekah semakin lebar. "Calon Ratu."
Serra puas mendengar tekad pada suara Kimberly. Dia menarik diri lalu mengalihkan atensi pada tamu-tamu yang berdatangan semakin banyak. Menyambut mereka satu persatu dengan keramahan termasuk pada kedua orang tua calon menantunya. Mereka berbincang sejenak sampai akhirnya sosok pria tua masuk dan bergabung dalam kehangatan yang terjalin. mantan Alpha, tampil prima di usia yang tak lagi muda.
Satu persatu kursi terisi hingga hanya menyisakan beberapa tempat kosong. Serra menjamu tamu-tamunya dengan sangat baik. Pagi ini, karena calon menantunya telah kembali dari rumah sakit maka mantan Luna mengadakan jamuan kecil untuk merayakannya. Momen ini serta merta sebagai bentuk dukungan sekaligus penerimaan pada kondisi Kimberly yang telah kehilangan sebagian jiwanya.
Kim, akan tetap jadi Ratu.
Dalam hati si pirang itu tersenyum. Meski sekelebat bayangan perbincangannya tempo hari mulai bergelung dalam sukma. Dia memikirkan baik-baik petunjuk pada kalimat tanya itu.
"Kim, kau tadi mengatakan bahwa Rogue itu berambut perak dan bermata seperti purnama, bukan?
Senyuman misterius Alpha itu bahkan terlalu sulit disingkirkan dari memori.
"Surai dan tatapannya, apa kau tak merasa kenal dengan Rogue ini?"
Surai perak dengan mata bulan.
Hanya satu orang saja yang memiliki fisik se-khas itu.
Kimberly mengepalkan kuat tangannya. Membuat sendok yang ada di tangan kanan digenggam kelewat erat. Emosinya memuncak tajam beriringan rasa cemas mendalam. Tidak mungkin. Dia merapalkan dua kata tersebut seperti sebuah kunci kejayaan agar hatinya tenang.
Gadis itu, sudah pasti gadis itu mati. Dua Golden Warrior yang membawanya keluar dari pesta delapan tahun lalu jelas menegaskan bahwa mereka telah membuang kakak sialannya di hutan Clev. Wanita selemah Yunani, tak akan mungkin mampu bertahan lebih dari setengah jam di lingkungan seliar itu.
MANA MUNGKIN YUNANI AARON MASIH HIDUP!
Menilik kembali, jelas Rogue yang menyerangnya adalah laki-laki. Eh, jangan bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]
WerewolfKecewa dan patah hati menuntun seorang Yunani pada kegelapan. Di suatu malam perayaan, dia melihat sendiri Matenya bermain api bersama adik angkatnya. Semua orang menghakiminya, untuk suatu perbuatan yang tak pernah dilakukan. Dia disingkirkan dari...