Chapter VIII - Black Rose

32.8K 3.5K 105
                                    

"Apa semua sudah berkumpul?"

Jiwa-jiwa yang berbincang di dalam ruangan berdiri serentak mengetahui pemimpin mereka telah tiba. Mereka segera membungkuk hormat sebelum menjawab kompak. "Sudah, Your Majesty."

Mata lembu yang kini pemiliknya berada di atas singgasana memindai ruangan tempatnya. Menelisik satu persatu wajah dengan berbagai ekspresi. Dia menyadari salah satu orang penting tak terdapat di sana. Netranya segera menyipit tajam.

"Maheer?" Sven menyebutkan sebuah nama yang kini pemiliknya tak dapat ditemukan oleh iris abu-abu miliknya.

"Tuan Maheer masih di Red Moon Pack. Beliau sedang mengawasi pergerakan Golden Warrior yang belum pergi sepenuhnya dari tanah Red." seorang hamba menjawab pertanyaan Tuannya. Membuat putra Sven berdecak pelan.

"Katakan pada seluruh kawanan yang masih berada di sana, untuk sesegera mungkin mengurus permasalahan yang ada. Target kita selanjutnya jauh lebih berat dari yang kemarin dan untuk itu aku butuh kekuatan maksimal."

"Yes, Your Majesty."

Sven segera mengumpulkan fokus pada permasalahan yang kini akan dia bahas bersama kawanannya yang hadir. Dia memulainya dengan pertanyaan keadaan Roisu, tempat kunci dari segala keberhasilannya. Mengetahui tempat itu aman dia segera membahas permasalahan inti.

"Sudah ada kabar dari Caëro yang menyusup?" Blue Moon Pack, tempat itu memiliki keamanan lebih ketat dari Pack sebelumnya. Caëro yang dikirimnya sejak sebulan lalu seperti belum memberikan informasi menguntungkan bagi penyerangan mereka kelak. Agak sulit baginya dan kawanan untuk menyusun strategi.

"Harold, pemimpin penyusupan memberikan keterangan bahwa benteng sebelah timur adalah yang paling rentan. Posisinya berada dekat dengan hutan Clev namun sedikit kurang efisien jika yang kita incar keluarga sang Alpha, mengingat posisi Pack House[3]yang cenderung mengarah ke sisi barat."

Sven mendengar dengan seksama. Penyerangan bisa mengalami kegagalan jika keluarga pemimpin Pack sudah terlanjur dievakuasi. Tetapi juga akan terlalu beresiko jika dia menyerang dari sisi lain. Ini memusingkannya. Netranya tertutup pelan berusaha meminimalisir pening yang mendera. Dia hanya punya satu kesempatan dan beban tanggung jawab menyatukan kembali tanah Borcest setelah perang ribuan tahun lalu, bukan hal mudah.

Ada sensasi menggelitik di leher kanannya. Sensasi yang cukup dikenalnya. Angin, berhembus lembut dari celah jendela yang terbuka jauh darinya. Perlahan menyapu leher jenjang yang pucat dan tak tertutup jubah kebesaran. Sven menoleh ke arahnya, ke arah jendela kecil yang menampilkan gelap malam. Sejenak, netra peraknya terpaku pada segumpal asap pekat yang bergumul di sana. Kemudian tersenyum, menyadari dia sudah menemukan jalan keluarnya.

"Kita akan pilih arah barat."

Pekikan terkejut para Caëro yang tak percaya akan keputusan pemimpin mereka bergema di ruang megah Istana. Tak cukupkah dengan keputusan gila pemimpin mereka yang nekat menyerang tanah Red tanpa persiapan matang tempo lalu? Sekarang, dengan begitu santai pria berambut perak nan indah itu kembali mengutarakan keputusan gila yang sangat mengancam kehidupan mereka semua.

"Tapi, Your Majesty... tanpa mengurangi rasa hormat hamba, tidakkah itu terlalu berbaha—"

"Kau meragukan keputusanku?"

Seorang hamba yang hendak protes tertunduk takut ketika The Great United mengeluarkan aura kelam yang dimilikinya. Semua bersujud takut, tak berani mengangkat wajah meski hanya untuk menarik napas sesak.

Sven menegakkan dagu congkak mengamati seluruh pengikutnya yang kini bersujud. Dia bangkit dari singgasananya menuju sebuah peta besar di tengah ruangan. Menatapnya seksama.

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang