Selamat membaca!
"Kau sudah mengambilnya?"
"Ya, ssshh... Sakit sekali... Ini, jubahnya."
Netra biru melirik sedikit pada bawahannya. Terkekeh, dia menggeleng pelan sambil tangannya meraih jubah hitam yang terulur.
"Joan, kau lemah sekali. Terkena serangan seperti itu saja kau sudah nyaris mati."
Joan Siwien tak terima atas pendapat itu. Dia menggulirkan argumen "Bukan aku yang terlalu lemah. Tetapi tadi itu memang sangat mengerikan dan di luar kendali!" Beta Golden Moon Pack memegangi lengan kanannya yang mati rasa. "Omong-omong, kenapa kau ingin mengambil jubah Rogue itu? Aku bahkan menemukannya tergeletak di tengah hutan."
King of Werewolf tersenyum misterius. "Kau akan tau nanti."
Mereka menumpukan perhatian pada kepulan asap hitam tak jauh dari tempat mereka berdiri. Siapa pun dia, kenyataannya ketua Rogue itu sangat mengerikan. Dia telah membunuh setengah dari Warrior yang ada sendirian pada serangan terakhirnya. Meski sepertinya serangan itu berdampak besar pada dirinya sendiri.
Steven mendekat, melangkah masuk ke dalam kepulan asap hitam yang belum hilang sepenuhnya dari sosok yang telah mengeluarkannya. Tak ada yang dapat melihat apa yang dilakukan King of Werewolf dalam kabut tebal itu. Perlahan, zat hitam yang menghalangi pandangan menghilang. Menunjukkan tubuh polos sang Raja dan sesuatu yang tergeletak di tanah dengan jubah hitam yang menutupi tubuh.
King meraih tubuh itu. Menggendongnya sehati-hati mungkin agar jubah penutupnya tak terlepas.
"Steven, dia—makhluk itu?" Joan bertanya kebingungan.
"Hn, dia mengeluarkan segalanya untuk serangan terakhir tadi." Pria beriris biru berjalan melewati para Warriornya yang selamat. "Kumpulkan mayat-mayat dan berikan penghargaan tertinggi pada mereka. Hubungi keluarganya dan berikan tunjangan. Yang terluka, cepat kembali ke Pack untuk diobati."
"Ya, Your Highness." Kaum Were menjawab serentak.
"Steven!"
Alpha Golden Moon Pack menoleh ke arah Betanya yang baru memanggil. Dia mengernyit bingung.
"Kenapa kau membawa Rogue itu? Biar aku yang membawanya untuk diadili sesegera mungkin."
Steven menggeleng. "Tidak. Tidak perlu. Pria ini telah membuat banyak nyawa kaumku melayang. Jadi," netra biru menatap penuh minat pada buruannya. "Aku sendiri yang akan menghukumnya."
Joan Siwien terperangah dengan senyuman penuh makna Alphanya. Dia meneleng merasa aneh dengan sikap Steven yang telah berjalan menjauh dengan tubuh ketua kawanan Rogue digendongannya. Sosok berambut perak yang telah tak sadarkan diri.
"Ada apa dengannya?" Joan menggaruk dahinya. "Tingkah dan tatapannya tadi seperti ingin meniduri pria itu saja." Dia membalik tubuh hendak membantu kawanan lain membereskan sisa pertarungan, sebelum dirinya sang Beta Golden memelototkan mata. Dia menoleh cepat pada arah jalan Alphanya pergi tadi. "Mereka berdua itu—bukan homo, kan?"
***
Suasananya hening.
Suhu yang ada juga sangat rendah.
Dellione mendesah pelan. Dia merasa ada beban berat bersarang dalam relung jiwanya. Sejak Putranya pergi bersama kawanan, dia mulai membaui gelagat aneh dari takdir yang akan tiba. Ini, bukan pertama kalinya Sven pergi ke medan perang. Tapi ini jadi pertama kalinya dia merasa tak tenang.
Vampir tua itu termenung dalam posisi terbaring. Gelap, ruangannya tak memberikan sedikit saja ruang bagi cahaya. Semuanya gelap gulita. Iris merah bergulir gelisah, mencoba menggerakkan tubuh untuk mencari posisi ternyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]
WerewolfKecewa dan patah hati menuntun seorang Yunani pada kegelapan. Di suatu malam perayaan, dia melihat sendiri Matenya bermain api bersama adik angkatnya. Semua orang menghakiminya, untuk suatu perbuatan yang tak pernah dilakukan. Dia disingkirkan dari...