Malam semua~ Steven-Yunani comeback lagi untuk kedua kali pada minggu ini. Dan chapter ini jadi yang terpanjang kayaknya
Happy reading.
"Bibi Ferkula?"
Wanita paru baya di seberang menampilkan senyum simpul. Menciptakan kerutan-kerutan pada wajah hingga tampak lebih jelas. Dia melangkah mendekati sang Alpha. Wajah yang sebelum-sebelumnya terlihat muda dan segar sebab perawatan, mulai menua dengan beban di mana-mana.
Seperti tak bahagia.
"Apa kau sibuk?"
"Tidak. Tidak juga." Alpha segera mengunci rapat kamarnya. Akan sangat berbahaya jika wanita itu sampai tau siapa yang sedang beristirahat di bawah selimut ranjangnya saat ini. Terutama, jika Ferkula sampai dapat membaui aroma dari Matenya.
"Ini masih cukup pagi. Bibi pasti memiliki sesuatu yang penting hingga repot-repot harus datang ke tempatku, bukan?"
Tepat sasaran, Ferkula menggerakkan badan gelisah. Mata sayunya mengedip lemah hendak menghalau air yang melesak paksa keluar. "Itu benar. Aku harus bicara penting denganmu."
"Tentang apa itu?"
Wanita paru baya menyorot sendu netra biru. "Ini, soal Kimberly."
***
Hidup memang tak akan berhenti selama jantung tetap memompa. Dalam kelangsungannya, segala hal dapat menyertai. Makhluk hidup tak akan dapat mengelak dari alam dan takdir yang telah ditentukan sejak jaman penciptaan. Baik dan buruknya, senang dan susahnya, sedih dan bahagianya. Kemudahan dan kesulitan adalah dua hal yang tak terpisahkan serta mutlak terjadi pada setiap nyawa. Terutama jika mereka bersebab muasal dari diri itu sendiri.
Steven merenung. Akhir-akhir ini dirinya sering memikirkan soal perubahan drastis yang tiba-tiba. Terhitung sejak Matenya tertangkap. Dia cukup puas akan hal itu.
Tetapi takdir memang adil. Ketika dia berhasil meneguk kegembiraan yang memaksa suatu pihak, hidupnya kini dihadapkan pada sebuah masalah.
Sesungguhnya ini tak terlalu berdampak padanya. Cenderung tak peduli justru dia. Tetapi julukan yang telah terlanjur tersemat pada jiwa wanita itu, mau tak mau ikut menyeretnya dalam kubangan masalah. Steven mengetukkan jari pada kursi kerjanya. Keningnya berkerut dalam hendak mencari pencerahan atas persoalannya kini.
Kimberly Aaron, wanita itu telah berubah jadi manusia biasa.
Ini memusingkan.
Ditambah lagi, kini Mate yang sesungguhnya hadir tanpa diduga. Menjadi sosok yang berbeda dan tanpa sadar menawan perhatian sang Raja.
Setelah dipikir-pikir, sepertinya saat itu Yunani benar-benar bernafsu membunuh adiknya. Terbukti serangan gila-gilaan tersebut sampai membunuh serigala Kimberly. Steven terkekeh mengingatnya. Dulu saat di Roisu, Steven pernah sekali membiarkan asap hitam yang menguar dari tubuh Matenya menyentuh serta menyakiti tubuhnya. Itu pun hanya untuk membuktikan apakah pertemuan mereka bukanlah fatamorgana atau sekedar bunga tidur. Sengaja mengendurkan pertahanan hingga tercipta luka pada tubuhnya.
Diakui King of Were, bahwa sesuatu yang bernama Mávri Omíchli itu terlalu mengerikan. Selama ini tak ada satu pun zat yang dapat melukai tubuh seorang King hingga demikian. Werewolf biasa yang menerima serangannya, masih sanggup bernafas setelahnya saja sudah sangat luar biasa.
Kimberly sejak awal telah menunjukkan tanda sebagai Werewolf yang kuat. Seorang Golden Warrior wanita sejak usia muda dengan segudang pencapaian. Bukan hal aneh dia sanggup bertahan bahkan setelah amarah Yunani menggelegak keluar. Serangan itu tunggal ditunjukkan hanya untuk Kimberly Aaron. Pertahanannya, juga patut diacungi jempol.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]
Lupi mannariKecewa dan patah hati menuntun seorang Yunani pada kegelapan. Di suatu malam perayaan, dia melihat sendiri Matenya bermain api bersama adik angkatnya. Semua orang menghakiminya, untuk suatu perbuatan yang tak pernah dilakukan. Dia disingkirkan dari...