Saya gak puas sama chapter sebelumnya. Jadi saya buat dua hari ini. Kurang lebih, chapter ini khusus buat menggambarkan perasaan orang-orang yang pernah nyakitin Yunani dulu.
Happy reading
Sejak tadi, sepasang mata yang terus berubah-ubah menunjukkan warna berbeda menatap dengan tajam. Terkadang perak seperti warna aslinya. Tetapi sedetik kemudian dapat berubah menjadi amethyst. Dapat Steven simpulkan bahwa itu warna manik Wolf-nya.
Bahkan Black belum berkenalan dengan si putih cantik itu.
Pria yang bersandar di dinding, melajukan langkah mendekat pada tempat tidur. Duduk di sisinya dalam diam sambil menyorot lurus pada wanita bersurai perak. Raja Werewolf mengulurkan tangan berbalut kemeja putih. Dia melingkarkan dan merengkuh tubuh ringkih yang tetap kiat berontak.
"Tidak ingin pergi keluar?"
"Agar kau bisa mempermalukanku di tempat umum?"
Desisan tajam Yunani membuat Steven mengunci bibir. "Aku sedang berusaha menjadi sedikit manusiawi di sini."
"Manusiawi?" Wanita yang tak mengenakan pakaian apapun di atas ranjang tertawa mengejek. "Aku tidak tahu kalau hewan bisa belajar jadi manusiawi."
Wajah Steven semakin keras dibuatnya. "Kau masih harus belajar banyak rupanya."
"Oh, aku sudah belajar banyak." Semakin tajam tatapan di manik yang sekarang sedang berwarna ungu terang. "Soal kebohongan, pengkhianatan, penghinaan, aku telah belajar segalanya—" gertakan terdengar sesaat, "—darimu..."
"Satu minggu dikurung di sini belum juga membuatmu paham soal posisimu di sini."
"Dan delapan tahun belum cukup membuatmu paham betapa jeleknya dirimu."
Steven tiba-tiba sudah ada di atas tubuh Yunani yang terdorong hingga terbaring di atas ranjang. Wajah pria itu kini sangat berbahaya.
"Kau tahu, awalnya aku ingin sedikit lebih lembut. Aku akan memberikan hal aneh itu padamu." Sejumput rambut perak masuk ke celah jari panjang. "Tapi sepertinya kau tak tahu terima kasih"
Dalam posisinya, Yunani mengetatkan rahang kuat-kuat. Mengepalkan tangan begitu tangan Matenya mulai bergerak tak terkendali dan dia mengunci bibir untuk menahan jenis suara apapun yang bisa menjadi tanda kekalahannya.
"Kau akan memahaminya Yunani. Segera."
***
Hari ini, dasi coklat tampak lebih menarik ketimbang si merah satu pada mata madu. Jari-jari tangannya yang telah keriput terulur meraih benda tergantung itu. Menariknya dan membawa pada tubuh sang Suami yang tengah menanti. Terlalu tinggi, dia menarik kursi kecil dan menaikinya sambil melingkari leher Suaminya dengan benda yang telah diambil. Menyimpulkan dengan cepat, kemudian membenarkan sedikit kemejanya.
"Sudah rapi." Sahut si wanita pelan. Mata madu miliknya menatap mata sang Suami. Tatapannya datar, tak ada warna.
Ini bukan hanya perasaannya saja. Tetapi memang rumah ini tak pernah sama lagi sejak seorang penghuninya pergi dan tak pernah kembali lagi. Sunyi, suram. Mata madu yang redup kembali menarik wajah ke atas untuk menyaksikan roman sang Suami yang tetap sama. Dia mengangkat tangan dengan menyentuhkan telapaknya pada pipi tirus yang ditumbuhi bulu halus. Berhasil, itu memancing atensi Suaminya.
Kepala keluarga berusia di atas lima puluh tersebut melenguh pelan. Dia memejamkan mata sejenak, lalu kembali terbuka dengan tatapan agak melembut.
"Henry, ini sudah delapan tahun." Sang Istri memulai bicara. Sudah lama mereka tak membahas hal ini. Tetapi beberapa hari terakhir keduanya memang merasakan hal tak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]
Hombres LoboKecewa dan patah hati menuntun seorang Yunani pada kegelapan. Di suatu malam perayaan, dia melihat sendiri Matenya bermain api bersama adik angkatnya. Semua orang menghakiminya, untuk suatu perbuatan yang tak pernah dilakukan. Dia disingkirkan dari...