Chapter VII - Son Of Sven

33.4K 3.3K 60
                                    

Melesat dalam kegelapan yang ditimbulkan oleh lebat dedaunan Clev, putra Sven berlari cepat dalam wujud serigala putih berjubah hitam. Dia melompat dan masuk ke dalam celah akar tua dan mencari jalan di dalamnya. Menyusuri jalan setapak mengerikan sebelum tiba di Istana besar terbuang.

Empat kaki berbulu putih berubah menjadi sepasang kaki jenjang manusia yang pucat. Pintu besar namun usang terbuka praktis ketika merasakan aura Putra dari pemilik Istana tiba. Sven melangkah ringan pada lorong-lorong gelap nan panjang. Mata lembunya tak memperlihatkan keawasan sedikitpun meski tempatnya berpijak saat ini sungguhlah mengerikan.

Di ujung lorong, dua daun pintu besar berdiri tegap. Sekali lagi terbuka otomatis ketika aura gelap putra Sven melingkupi. Dia yang hanya mengenakan jubah hitam besar tanpa penghalang apa pun di baliknya, berlutut menghadap yang berkuasa di Istana.

"The Great United?" dari balik kelambu, sosok yang selalu menggulung diri di balik selimut bertanya pada yang baru saja tiba. Ingin memastikan benarkah dugaannya tentang siapa yang berkunjung. Tak nampak apa pun dari luar kecuali sepasang mata merah yang selalu terlihat sayu.

"Benar, ini aku."

Yang di balik kelambu mengangguk pelan. "Apa kali ini kabar baik?"

"Iya, aku berhasil menumbangkannya tadi malam" sang putra menjawab tegas pertanyaan Ibunya. Menyadari, dari balik kelambu Ibunya tersenyum.

"Sudah ku duga. Sven, kau memang selalu membawa kabar baik. Tak pernah berubah sejak kau memulai segalanya delapan tahun lalu."

Putra bersurai perak tetap menunduk. Sanjungan dari Ibunya adalah hal paling berharga dalam hidupnya.

"Kau tau betapa bangga aku memilikimu sebagai Putraku?"

Kali ini Sven tampak tersenyum. Gelap ruangan tak membuat seorang ibu tak merasakan kebahagiaan Putranya. Dia segera mengistirahatkan raganya yang ringkih setelah mendengar kabar bahagia yang disampaikan putranya secara langsung. Menyadari kesulitan yang dialami wanita tua itu, Sven bergerak cepat membantu sang Ibu merehatkan raga di ranjang tua.

"Aku akan segera mengambil alih Blue Moon Pack. Beristirahatlah hingga aku akan kembali dengan kabar bahagia lainnya." Sven berucap merdu sambil menaikkan selimut sebatas dada wanita tua. Dia berbalik badan hendak segera memulai misi barunya bersama kawanannya yang lain.

"Sven?" suara lemah di balik kelambu menghentikan langkah Pria itu. Dia segera membalik tubuh. Menunggu ucapan berikutnya dengan tatapan tanya.

"Aku menyayangimu."

Terdiam sejenak. Kalimat indah itu sudah sangat sering didengarnya belakangan ini. Sven akui dia merasa hangat ketika mendapatkannya meski sesuatu yang tak kasat mata tampak mengganggu. Dia memberi sunggingan kecil kemudian membalas ungkapan itu lembut, "ya, aku juga menyayangimu, Mama."

***

Waktu berlalu masih dengan kepulan asap hasil pembakaran bahan rempah juga air pemandian yang panas. Tubuh-tubuh molek yang asik bermanja ria saling bercengkerama satu sama lain akrab. Baik yang menenggelamkan diri di dalam kubangan air herbal atau yang berbaring di kursi santai berlumuran rempah yang dihaluskan.

Salah satunya yang meminum minuman racikan khusus madam Lorraine untuk kulit lebih bercahaya. Masih sambil bersantai dengan tubuh telanjang tertutupi rendaman air herbal sampai menghalangi dadanya.

"Tak biasanya kau datang sendiri"

Si gadis bersanggul rambut pirang menoleh. Dia mendapati salah satu kawannya juga ikut bergabung di kolam pemandian bersamanya.

"Memangnya Ibumu di mana, Kim?"

Gadis yang diketahui sebagai putri tunggal Beta Henry tersungging. Dia memalingkan wajah pada minumannya dan menjawab, "Sibuk. Mungkin mengurus pernikahanku dengan Steven bersama mantan Luna"

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang