Chapter XIX - Prisoner

35.6K 3.2K 124
                                    

Happy reading

Silau.

Tertutup, lalu terbuka lagi. Bayang-bayang objek mulai jelas terlihat meski masih sedikit samar. Telinganya kerap berdengung keras hingga membuat kepalanya sakit. Ada gema suara yang tak terlalu jelas mengalun, memanggil-manggil namanya.

"Kim?"

Bayangan itu mulai jelas di retinanya. "Ibu?"

"For Moon Goddess, Dokter! Putriku sadar!"

Kimberly merasakan seseorang yang tak jauh sang Ibu mengarahkan sebuah alat pada tubuhnya, lalu sosok itu berucap pelan. "Denyut jantungnya masih lemah. Biarkan dia beristirahat sejenak."

"Bagaimana kondisimu, sayang?"

Setelah meneguk air dalam gelas untuk membasahi kerongkongan, wanita bersurai pirang berucap datar, "lebih baik, bu. Tetapi kedua kakiku masih mati rasa."

"Dokter mengatakan ada zat aneh dalam tubuhmu. Sepertinya makhluk yang menyerangmu memang sengaja ingin memasukkannya." Ferkula menyelesaikan kegiatannya mengupas apel. Dia menyuapkan lembut apel pada sang putri. "Sepertinya kau memang menjadi incaran untuk menyakiti Steven, mengingat kau adalah Mate Raja. Rogue itu pasti tak memiliki kemampuan untuk melawan Steven secara langsung hingga lebih memilih memperalatmu."

"Hn, tapi aku tetap tak terima. Rogue itu—" Kimberly mengepalkan kedua tangannya erat. "Aku akan memberikannya hukuman terberat. Dia sudah mengacaukan hari pernikahanku!"

"Kimberly, tenanglah..."

Nyonya Aaron berusaha menenangkan Putrinya yang marah besar. Ferkula tau Kim pasti sangat kecewa. Meski mendadak, pernikahan itu sudah direncanakan dengan baik dan tentu sudah sangat ditunggu-tunggu oleh seorang Kimberly Aaron.

"Tidak bisa Ibu! Seharusnya saat ini aku telah menjadi Ratu! Seharusnya sudah!"

"Acara pernikahan dan penobatanmu akan tetap berjalan, sayang. Hanya saja memang harus ditunda karena tragedi ini."

Kimberly dan Ferkula terperanjat dengan suara tiba-tiba dari arah pintu kamar rawat. Kepala keluarga Aaron masuk dengan wajah yang tampak sangat lelah.

"Lagipula, kau harus menyembuhkan diri. Ada terlalu banyak luka dalam tubuhmu dan Dokter mengatakan serigalamu pun tak mampu membantu proses pemulihan."

Pirang pemilik mata hijau termangu oleh ucapan sang Ayah. "Serigala?"

Dirinya tergugu. Dia baru sadar bahwa serigala kebanggaannya tak terasa kehadirannya. Tersentak, dia menuntut penjelasan. "Ayah, ada apa dengan serigalaku? Kenapa aku tak mampu merasakannya?"

Henry, sang mantan Beta tampak menghela nafas. "Itu, Kimberly. Yang masih harus diselidiki."

***

Cantik sekali.

Ungkapan itu terus dirapikan oleh bibirnya setiap kali menatap sang wanita yang tengah tertidur. Wajahnya datar sebagaimana layaknya orang yang terlelap. Namun, Steven dapat membayangkan bagaimana jika kelopak mata itu terbuka dan bibir semerah mawar yang kini agak pucat tersenyum. Menyambutnya dengan sapaan hangat pagi hari.

Dia tersenyum manis, sambil mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan helaian rambut perak yang terjatuh di wajah berkulit seputih kapas.

Agak kasar, Steven ingat dulu dia juga pernah menyentuh rambut Yunani. Membandingkannya dengan sekarang, Raja Werewolf sadar bahwa rambut Matenya tak se halus dulu. Kehidupan di tengah hutan telah membuat Yunani tak mendapatkan kehidupan layak. Wanita ini pasti berjuang sangat keras untuk bertahan hidup meski dirinya seorang wanita.

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang