Neoui Hoegaeneun Naleul Goelobhinda

1.7K 190 19
                                    

Pagi itu
Di meja makan

"Taehyung-ah. Hari ini aku akan berangkat ke Jerman, ada urusan mendadak yang harus aku kerjakan di sana. Bisakah kau mengantarku sampai bandara?"

Pantas saja sejak semalam Tuan Jeon terlihat sibuk sampai-sampai lewat tengah malam ia baru tidur, rupanya ia tengah mengemas semua barangnya.

"Hari ini? Mianhae appa, tapi aku rasa hari ini aku tidak bisa mengantarmu. Aku sudah terlanjur berjanji pada Tzuyu untuk membantu menyelesaikan masalahnya."

"Oh benarkah? Yasudah tidak apa-apa. Jungkook. Kau bisakan mengantar appa?"

"Ne appa."

"Oya, tadi kau bilang apa? Membantu Tzuyu menyelesaikan masalahnya? Memangnya ada masalah apalagi?"

"Masalah yang sama. Persoalan Jimin."

"Lagi? Aish! Semakin tua bukannya semakin dewasa si Choi itu. Aku serahkan semuanya padamu, Taehyung. Aku yakin kau bisa menangani selama ini kau yang selalu membantunya."

***

Tzuyu tampak gusar dalam kandangnya. Ibu jarinya tidak berhenti ia gigiti saking takutnya menerima kenyataan bahwa Taehyung tidak berhasil membujuk appa-nya agar mau menerima Jimin kembali.

.

Gazebo

"Apa yang ingin kau bicarakan padaku Taehyung?" Dr. Choi menatap penuh tanya pada pemuda di hadapannya saat ini.

Kini sudah saatnya aku mengungkap jadi dirimu yang sebenarnya, Choi. Aku tidak akan membiarkanmu tenang tanpa adanya sedikitpun penyesalan.

Taehyung meletakkan handphonenya di atas meja. "Aku datang ke sini untuk mewakili Tzuyu. Aku ingin semua perselisihan ini selesai."

Kedua pasang mata itu saling bertemu. Tidak ada lagi tatapan hormat yang Taehyung berikan selain tatapan tajam seolah sebilah pedang yang sewaktu-waktu bisa melukai musuhnya.

"Aku yakin kau sangat menyayangi puterimu, Tzuyu. Bukankah jika kita menyayangi seseorang maka kita harus membuatnya bahagia?"

Dr. Choi tidak mengerti namun ia tetap menanggapinya.

"Ya, tentu saja aku sangat menyayanginya. Semua yang bisa membuatnya bahagia.. pasti akan aku berikan untuk puteriku."

Taehyung tersenyum sinis. Cih! Persetan dengan ucapan manismu itu, Choi.

"Kalau begitu lakukanlah. Lakukan suatu hal yang bisa membuatnya bahagia. Kau tidak taukan kalau saat ini puterimu tengah menderita? Selama ini ia selalu menuruti keinginanmu, tidak ada sedikitpun bantahan dari mulutnya karena ia pikir dengan begitu kau akan memberikan apa yang ia mau."

"Memangnya apa yang dia mau? Dia tidak pernah mengatakannya padaku."

"Kau ayahnya tapi kau tidak tau apa yang dia mau. Kalau dia memang puterimu seharusnya kau lebih tau dari aku."

"Apa maksudmu?" Dr. Choi mulai kesal.

"Jimin. Kebahagiaan Tzuyu ada pada pria itu. Kau bilang kau sangat menyayangi puterimu tapi kau tega merenggut kebahagiaannya."

Kill Me With Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang