Nal Deligo Nawa

1.6K 190 39
                                    

Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang hangat menembus celah jendela, berbanding terbalik dengan hati Tzuyu yang cenderung dingin.

Jam yang berdenting membelah kesunyian di kamar bernuansa indigo itu. Di antara seluruh sudut rumah, Tzuyu paling menyukai kamarnya. Karena apa? Karena warna indigo membawa sejuta ketenangan untuk fikirannya yang sedang kacau saat ini.

Saat masih sekolah dulu, biasanya jam segini Tzuyu sudah turun untuk sarapan di ruang makan. Namun kali ini rasanya untuk keluar kamar saja ia terlalu malas. Terkadang Ahjumma lah yang mengantarkan makanannya ke sini baru kemudian Tzuyu pergi ke dapur untuk memberikan piring kotor. Seperti Tuan Puteri saja yang semua kegiatan dalam hidupnya digantungkan pada dayang-dayang istana.

Tok
Tok
Tok

Pasti itu dia orang yang baru saja dibicarakan. Dengan malasnya Tzuyu turun dari ranjang untuk membukakan pintu. Betapa terkejutnya ia saat menyaksikan siapa yang berdiri di hadapannya saat ini.

"Sana???" pekiknya. Terlalu gembira melihat sahabatnya datang ke rumah. Rasanya seperti bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Tzuyu mendekap erat tubuh ramping Sana hingga membuat gadis itu kesulitan bernapas.

"Ya-yak! Aku tidak bisa bernapas bodoh! Lepaskan! Uhuukk uhuuukkkk."

"Mian." ucapnya seraya melepaskan pelukan itu. Aura bahagianya tidak bisa disembunyikan lagi, Tzuyu terlalu senang mendapatkan teman penghibur seperti Sana. Tanpa banyak bicara lagi, Tzuyu segera menyeret lengan Sana membuat gadis itu duduk manis di atas ranjangnya yang empuk.

"Kau merindukanku ya sampai-sampai sehisteris itu saat aku datang ke sini," godanya mencolek bahu Tzuyu.

"Sangat! Aku sangat-sangat merindukanmu, Sana-ya.." balasnya bergelayut manja di lengan Sana.

"Uncchhhh.. nado...."

Layaknya Upin dan Ipin yang saling melengkapi, Tzuyu senang bertemu Sana yang kelakuannya menyebalkan namun menyenangkan seperti Upin.

"Yak.." teriaknya setengah berbisik, "...bagaimana dengan pernikahanmu bersama pria itu?"

Down!

Mengapa Sana harus membahasnya di saat ia ingin melupakan masalah itu? Oke, tidak ada pertanyaan yang tidak ada jawabannya hanya saja Tzuyu terlalu bingung harus menjawab apa.

Sana menyenggol lengan Tzuyu karena gadis itu tidak menjawab justru malah mengosongkan pikirannya dengan menatap lurus ke arah cermin.

"Kenapa bengong? Aku sedang bertanya bukan menghipnotis."

Tzuyu menggeleng lemah seolah sudah tidak ada lagi harapan dalam hidupnya.

"Apa maksudmu menggeleng, hah? Kalian merencanakan pernikahan ini atas dasar suka sama suka kan, bukan karena ada maksud terselubung?" selidik Sana memperhatikan Tzuyu yang masih memasang wajah datarnya.

"Yak! Kenapa kau diam saja? Kalian tidak sedang bertengkarkan? Tzuyu-ah, pasalnya aku belum pernah melihat pria itu dari dekat. Aku belum tau asal usulnya, seperti apa sifatnya, dan bagaimana perasaan sesungguhnya terhadapmu.. Aku hanya khawatir kau kenapa-napa."

Memiliki sahabat seperti Sana sangat Tzuyu syukuri, selain tipikalnya yang menyenangkan gadis itu juga penuh perhatian. Tidak ada masalah yang tidak Tzuyu ceritakan padanya kecuali menyangkut hal-hal yang memang tidak terlalu penting.

"Chou Tzuyu.. jangan diam saja, tolong katakan sesuatu."

Ada keraguan di dalamnya yang bisa terbaca langsung oleh Sana. Hatinya bersikeras mengatakan kalau Tzuyu memang sedang memendam masalah hanya saja ia tidak mau mengatakannya.

Kill Me With Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang