Season 2 | Bab 50 - Semakin Menjauh

1.9K 89 45
                                    

Vote-Vote-Vote ⚘⚘⚘

*****


Sepasang suami dan istri itu semakin jarang bertemu. Karena selain Dievo yang sibuk dengan dunianya, Vanya kini juga memiliki dunia baru. Dengan hadirnya V.H Boutiques dari hasil jerih payahnya sendiri tanpa bantuan dari siapa pun, berhasil membuat Vanya melupakan semua kesedihannya. Vanya bukanlah seorang istri yang lemah tanpa perlawanan. Mungkin saja saat ini dia memilih untuk mengalah bukan melawan. Namun tidak serta merta hal itu membuat dirinya menjadi pihak yang kalah.

Vanya hanya ingin menyelesaikan permasalahan rumah tangganya dengan cara yang lebih cerdas. Maka pilihan hidupnya kini adalah pilihan terbaik yang telah dia putuskan untuk kembali melangkahkan kakinya menjemput masa depan yang lebih baik. Hingga kini Dievo belum berusaha mencari sosok istrinya yang sudah semakin jarang berada di rumah. Vanya hanya berada di rumah untuk istirahat di malam hari, selebihnya Vanya lebih memilih untuk berada di butik miliknya.

Namun hal itu tidak serta merta membuat Vanya mencurigai Adrian. Dia yakin Adrian mampu memberikan penjelasan yang baik jika Dievo mempertanyakan tentang kegiatannya. Namun itu lah perkerjaan yang Adrian miliki. Di balik semua hal itu Vanya justru merasa beruntung karena Tuhan sudah mentakdirkan Adrian untuk hadir di dalam hidupnya untuk menemani dan mengobati luka hatinya.

Vanya kini lebih memilih bersikap dengan dewasa dan mengesampingkan perasaannya terhadap pria yang masih menjadi suaminya. Bukan berarti Vanya sudah tidak mencintai Dievo, namun dia lebih memilih menyimpan rasa cintanya rapat-rapat di dalam relung hatinya dan menggantinya dengan perasaan cintanya dengan pekerjaan barunya sebagai owner dari V.H Boutiques.

Vanya tidak akan menuntut apa pun kepada Dievo. Dia hanya ingin agar Dievo tidak menghalangi langkah kakinya yang menjalankan usaha butik. Vanya hanya ingin Dievo tidak mengusik usahanya yang diperjuangkan dari bawah. Namun di dalam lubuk hati Vanya yang terdalam masih tersisa harapan Dievo akan berubah. Akan tetapi Vanya tidak ingin semaki larut di dalam haparannya yang kelabu.

Vanya masih bertahan pada posisinya sebagai seorang istri dari Dievo Ragas. Namun bukan berarti dia mengunci diri dari berbagai kegiatan. Bahkan kini Vanya mulai mengukuti berbagai acara amal. Sebagian dari hasil penjualan butik miliknya, dia alihkan pada pos amal yang membantu sesama.

Vanya dengan pintar membentuk citra diri yang baik. Bukan untuk mencari sebuah pujian ataupun sorotan media, dia hanya ingin yang lain mengenal sosok dirinya sebagai manusia biasa bukan sebagai pemilik butik yang kini begitu fenomenal.

***

Vanya menyempatkan diri untuk sarapan pagi di meja makan yang besar namun sunyi itu. Sebelumnya tidak nampak seorang pun selain dirinya. Namun Vanya tidak mau lelah berpikir, maka dia dengan santai mulai menyantap sarapan paginya dengan pakaian yang lengkap. Karena Vanya akan segera berangkat ke butik untuk melakukan banyak kegiatan.

Namun sebuah langkah kaki terdengar semakin mendekati meja makan besar itu. Vanya mengetahui dengan pasti siapa sosok yang datang. Akan tetapi hal itu tidak serta merta membuat Vanya menjadi gelisah. Vanya berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang.

Vanya mengalihkan pandangannya ke arah langkah kaki itu. "Selamat pagi Dievo," ucap Vanya. Dia menyapa suaminya dengan ramah. Vanya berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyembunyikan rasa getir yang ada di dalam hatinya.

"Va...Vanya. Selamat pagi," ucap Dievo. Entah mengapa Dievo menjawab sapaan istrinya dengan sangat gugup. Suara serta tatapan yang diberikan Vanya untuknya terasa begitu menusuk hatinya yang mendua dengan wanita lain.

"Ayo kita sarapan bersama. Sepertinya selama ini kita sudah sangat sibuk, hingga tidak mempunyai waktu untuk saling bertegur sapa," ucap Vanya. Dia mengatakan kalimatnya dengan sangat sempurna, hingga tidak terdengar sedikit pun perasaan sakit maupun kecewa dengan situasi yang sudah terjadi.

"Iya. Maaf pekerjaanku sedang menumpuk. Mungkin setelah ini aku akan lebih meluangkan waktuku untukmu," ucap Dievo. Terdengar suara yang mencerminkan perasaan bersalah dari tenggorokan Dievo.

"Ah tidak apa-apa Dievo. Tidak usah memaksakan waktumu untukku. Karena aku juga sedang sibuk mengurus butikku," ucap Vanya. Dia melukiskan senyuman termanis miliknya ke arah pria yang kini diam terpaku mendapati istrinya yang sudah jauh berbeda

"Ba...baiklah," ucap Dievo. Terlihat raut wajah Dievo yang terkesima mendapati reaksi Vanya yang begitu tenang. "Semoga butikmu semakin sukses sayang," ucap Dievo. Entah dengan sengaja atau pun tidak, namun kini Dievo memanggil istrinya dengan sebutan sayang, bukan lagi dengan menyebut namanya.

"Terima kasih suamiku sayang," ucap Vanya. Dia seolah tidak ingin kalah dengan sikap Dievo yang seolah memanggil dirinya dengan ucapan mesra. Hal itu berhasil membuat Dievo tersedak ketika sedang asik minum.

Kini mereka berdua fokus dengan makanan mereka dan bergegas untuk pergi sesuai dengan keperluan mereka masing-masing.

"Aku sudah selesai, aku akan berangkat duluan ya suamiku sayang," ucap Vanya. Dia bangkit dari posisinya setra tanpa ragu dia mengecup mesra pipi suaminya sebagai ucapan selamat tinggal.

"Hati-hati di jalan sayang," ucap Dievo. Dia berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya mendapati sikap istrinya yang begitu lembut dan mesra. Tidak sedikit pun tersirat sebuah kemarahan dari reaksi dan sikap Vanya atas perilaku Dievo yang sudah melewati batas.

"Saya permisi tuan Dievo," ucap Adrian. Dia berpamitan dengan sopan.

"Iya silahkan." Dievo menjawab singkat.

Kini Dievo menatap istrinya yang melangkah pergi meninggalkan dirinya bersama dengan pria yang dia bayar menjadi bodyguard untuk istrinya sendiri. Seketika dia merasa sudah salah mengambil keputusan, namun semua sudah terjadi dan tidak bisa diperbaiki. Dia harus rela melihat Vanya berada dekat dengan pria lain yang tidak lain adalah Adrian. Semua itu adalah ulah Dievo sendiri yang dengan bodohnya menitipkan istri terbaiknya kepada pria yang memiliki paras tidak kalah tampan dibandingkan dengan dirinya.

***

Kini Adrian bersama Vanya sudah berada di dalam mobil menuju butik Vanya di pusat kota. Adrian memandang dengan perasaan kagum ke arah Vanya melalui pantulan kaca. Dia melihat sosok wanita yang begitu kuat dan tegar menghadapi sikap suaminya yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Bahkan nonya Vanya terlihat begitu santai ketika menghadapi suaminya yang terlihat gugup. Adrian merasa nyonya Vanya begitu hebat karena mampu menenangkan dirinya dan menguasai semua perasaan getir yang tersimpan erat di dalam relung hatinya. Vanya begitu terlihat berbeda, kini dia sudah menjadi pribadi yang tidak mudah dijatuhkan.

***

Ini adalah sosok Vanya dengan Adrian

Ini adalah sosok Vanya dengan Adrian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡♡

_TBC_

ANOTHER LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang