Season 2 | Bab 66 - Pria Jahat

2.2K 126 73
                                    


D

i tengah konsentrasi dalam memeriksa beberapa angka, Vanya dikejutkan oleh suara seseorang yang kini menjadi sosok yang paling dia benci.

Dievo datang menyapa di butiknya tanpa pemberitahuan. Pria itu seenaknya saja datang setelah semua yang sudah terjadi. Raut wajahnya pun sama sekali tidak nampak bersalah. Bahkan Dievo mampu tersenyum ke arah Vanya.

"Halo Vanya," ucap Dievo.

Vanya terperangah mendegar suara yang begitu menyayat perasaannya. Suara yang sebelumnya menjadi penyemangat dalam hidupnya, namun kini suara itu terdengar bagaikan sambaran petir.

Vanya mengalihkan pandangannya ke arah suara yang menghancurkan hatinya berkeping-keping. Vanya berusaha sekuat tenaga untuk menekan rasa rindunya kepada suaminya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Vanya. Dia berbicara dengan kasar, seolah hal itu telah menunjukkan kebenciannya kepada sosok Dievo.

"Untuk bertemu denganmu Vanya. Bagaimana kabarmu?" jawab Dievo. Dia melukiskan senyuman terbaiknya, dia pun berbicara dengan sangat lembut.

"Ternyata kamu masih peduli dengan keadaanku, heh?" ucap Vanya. Dia berbicara dengan ketus. Dia seolah tidak peduli dengan suaminya yang berusaha bersikap manis.

"Aku merindukanmu Vanya," ucap Dievo.

"Hentikan itu! Aku tidak ingin mendengarnya darimu!" ucap Vanya. Dia melangkahkan kakinya menjauhi Dievo.

"Jangan seperti itu Vanya," ucap Dievo. Dia begitu manis di hadapan Vanya. Seolah dia ingin meluluhkan hati Vanya yang telah membeku kepada dirinya.

"Aku ingin kita berpisah Dievo. Ceraikan aku!" ucap Vanya. Dia berbicara dengan tegas. Seolah tidak ada yang mampu mengubah keputusannya.

"Aku tidak ingin kehilangan dirimu Vanya," ucap Dievo. Dia bersikap begitu egois hingga tidak memikirkan perasaan istrinya.

"Masih berani kamu mengatakan hal itu, hah? Setelah beberapa waktu lalu kamu tidak pernah mencari keberadaanku!" ucap Vanya. Terdengar perasaan kecewa yang teramat dalam dari suara Vanya.

"Maaf. Itu karena...," ucap Dievo. Dia terdengar ragu melanjutkan kata-katanya.

"Karena kamu sibuk mengurus wanita itu. Dan kamu nekat menikahinya walau aku tidak mengijinkan. Tetapi sekarang kamu mau aku menerima keputusan sepihak itu? Kamu keterlaluan Dievo!" ucap Vanya. Dia terlihat semakin kalut.

"Aku terpaksa menikahi dia Vanya. Dia sudah mengandung anakku," ucap Dievo. Dia menjawab dengan begitu tenang.

"Karena dia, kamu juga tidak peduli keadaanku. Itu menyakiti perasaanku Dievo. Kamu kejam!" ucap Vanya. Dia berbicara dengan bahasa yang ketus.

"Maaf Vanya. Tetapi semuanya sudah terjadi," ucap Dievo. Tidak nampak sebuah penyesalan di wajahnya.

"Semudah itu kamu mengatakan semuanya!" ucap Vanya. Dadanya terasa begitu sesak.

"Pulanglah bersamaku Vanya. Kita perbaiki kesalah pahaman yang ada," ucap Dievo. Dia berusaha membujuk Vanya.

"Tidak. Aku tidak ingin kembali ke rumahmu. Aku ingin kita bercerai Dievo," ucap Vanya. Dia nampak tidak tergoyahkan.

"Tapi aku tidak ingin menceraikanmu Vanya," ucap Dievo.

"Jangan egois. Kamu sudah memiliki dia dan calon anakmu di rahimnya. Maka lepaskan aku," ucap Vanya. Dia mengucapkannya dengan tenang.

"Jangan begini Vanya," ucap Dievo.

"Kamu saja tidak mencariku. Maka itu tandanya kamu tidak peduli bagaimana keaadaanku. Jadi untuk apa mempertahankan aku sebagai istrimu. Ceraikan aku Dievo. Aku sudah tidak bisa melanjutkan pernikahan ini," ucap Vanya. Dia bersikeras untuk berpisah dengan Dievo

"Kamu sungguh keras kepala Vanya," ucap Deivo dengan santainya.

"Aku tidak peduli apa yang kamu katakan. Tetapi ini lah aku yang sekarang. Maka aku tidak akan diam saja kamu perlakukan dengan seenaknya," ucap Vanya. Dia berbicara dengan tegas. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memberanikan diri melakukannya.

"Kamu jangan memancing emosiku Vanya," ucap Dievo. Dia berbicara dengan suaranya yang terdengar menyeramkan. Hingga hal itu berhasil membuat Vanya bergidik.

"Pergilah Dievo. Aku tidak akan mengubah keputusanku," ucap Vanya. Dia bernicara dengan tegas. Dia segera meraih ponsel miliknya yang tersimpan di dalam saku celana dan memencet angka satu sebagai speed dial nomor Adrian.

"Aku tidak akan melepaskanmu Vanya. Kita tidak akan pernah bercerai. Dan sekarang kamu harus ikut denganku kembali ke rumah," ucap Dievo. Dia mulai menunjukkan sikapnya yang kasar. Sama seperti kemarahannya di ruang kerjanya dahulu ketika Vanya memergoki dirinya berselingkuh

"Berhenti di tempatmu Dievo. Jangan mendekat," ucap Vanya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk berbicara dengan tegas.

"Kenapa sayang? Apa kamu begitu takut denganku?" tanya Dievo. Dia menatap Vanya dengan tatapan yang mengerikan.

Vanya semakin kehilangan keberaniannya. Dia begitu ketakutan mendapati sikap Dievo yang mulai hilang kendali.

***

Di seberang sana nampak seseorang yang dengan khawatir mengangkat panggilan telepon dari Vanya.

"Halo Vanya," ucap Adrian.

"Halo, Vanya. Ada apa?" tanya Adrian. Dia mulai cemas ketika mendapati Vanya yang tidak kunjung menjawab.

Adrian nampak berusaha memahami maksud Vanya. Kini dia berusaha mendengarkan suara yang terdengar samar-samar. Seketika Adrian merasa Vanya sedang membutuhkan pertolongan darinya. Maka kini Adrian segera bergegas melajukan mobilnya tanpa mematikan sambungan telepon dari Vanya. Dia berusaha terus mendengarkan percakapan Vanya dengan seorang pria melalui headset.

Setelah menyimak percakapan antara Vanya dengan seseorang beberapa waktu. Akhirnya Adrian memahami maksud Vanya, kini wanita itu sedang berbicara dengan Dievo, pria yang tidak punya hati. Dengan kecepatan penuh Adrian melaju. Hingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tempat itu.

Adrian segera melangkahkan kakinya dengan cepat. Kini dia tidak bisa merasa tenang ketika mengetahui Dievo sedang mengganggu ketenangan hidup Vanya. "Pria brengsek! Masih berani dia muncul di hadapan Vanya! Sekarang aku tidak akan menahan diri lagi kalau dia bersikap kasar!" Adrian kini sudah terpancing emosinya. Seolah apa pun tidak akan mampu menahan dirinya untuk memberi pelajaran kepada pria tidak bermoral itu.

***

"Jangan mendekat Dievo. Kumohon," ucap Vanya. Kini dia terlihat semakin takut dengan sikap Dievo.

"Kamu adalah istriku Vanya. Bagaimana bisa kamu melarangku untuk mendekatimu," ucap Dievo. Dia bersikap begitu menyebalkan. Hingga hal itu membuat Vanya merasa jijik.

"Hentikan Dievo. Jangan seperti itu padaku," ucap Vanya. Dia mengatakannya dengan perasaan yang getir.

"Aku merindukan Vanya," ucap Dievo. Tanpa ragu Dievo semakin mendekati Vanya. Dia seolah tidak peduli dengan perasaan Vanya yang kini takut terhadap dirinnya.

Dievo meraih pergelangan tangan Vanya dan memegangnya dengan erat. Dengan cepat Dievo segera mendekap tubuh Vanya dan mencium bibir Vanya dengan kasar. Vanya berusaha berontak dan melawan perlakuan Dievo yang begitu menyakitkan. Namun semua terasa sia-sia, karena tenaga Dievo jauh melebihi kekuatannya.

Namun Vanya tidak ingin menyerah begitu saja, dia tetap berusaha untuk mendorong tubuh Dievo dengan semua tenaga yang tersisa. Tuhan telah memberikan tenaga kepada Vanya, agar wanita itu mampu menjatuhkan sosok pria yang menyakiti dirinya tanpa batas.

Vanya berhasil mendorong tubuh Dievo dengan kuat. Namun Dievo terlihat begitu emosi hingga dia melakukan kesalahan terbesarnya dengan menampar pipi Vanya.

Seketika pintu terbuka dan Adrian segera berlari mendekati Vanya dan menahan tubuhnya yang nyaris terjatuh karena tamparan Dievo yang cukup kuat.

Dengan gerakan cepat Adrian mendudukkan tubuh Vanya pada sebuah sofa, lalu dengan segera dia menghampiri Dievo yang nampak terpaku. "PRIA BRENGSEK!" Adrian langsung melayangkan kepalan tangannya ke arah wajah Dievo. Dan hal itu berhasil membuat Dievo jatuh tersungkur.

♡♡

_TBC_

ANOTHER LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang