Vanya masih berada di rumah sakit. Dia masih diharuskan untuk banyak istirahat. Bahkan Vanya membutuhkan berbagai asupan tambahan yang disuntikkan pada infusan yang dia peroleh dari para tenaga medis. Tidak ada seorang pun yang menemani Vanya di sana kecuali Adrian Virano.
Maka tidak ada jarak yang memisahkan kedua sahabat itu. Bahkan Adrian tidak keberatan untuk menemani Vanya di rumah sakit dengan tertidur di salah satu sofa yang teletak di sisi ujung kamar VIP. Namun itu saja sudah membuat Vanya tersenyum dan kuat. Vanya tidak menuntut hal yang lebih, dia hanya menginginkan hidup yang jauh dari kesedihan. Maka dia harus segera menjauh dari Dievo bagaimana pun caranya. Walau harus menempuh jalan terpahit yang akan mempertaruhkan nama baik keluarganya.
Vanya sudah bertekad untuk tidak mau lagi mengetahui tentang kehidupan pria brengsek itu. Dia akan menunggu hingga waktu yang tepat untuk memutuskan yang terbaik. Untuk sementara waktu Vanya memilih untuk menghilang dari kehidupan Dievo. Bukan untuk mencari perhatian pria tidak berperasaan itu, melainkan tidak ingin lagi dia melihat wajahnya yang busuk. Lebih baik dia menanamkan perasaannya yang bahagia kepada calon bayinya dibandingkan selalu mengenalkan kebencian kepada calon bayinya.
Vanya terlihat ragu untuk mengatakannya, namun dia merasa harus memberitahu Adrian apa yang dia inginkan. "Adrian, apa aku bisa meminta sesuatu?" tanya Vanya.
"Silahkan nyonya Vanya," jawab Adrian.
"Yang pertama, jangan panggil aku nyonya. Yang kedua jangan membantah. Yang ketiga jangan katakan pada siapa pun tentang kehamilanku. Ingat, tidak seorang pun!" ucap Vanya.
"Baik nyonya. Maksudku...," ucap Adrian. Dia nampak ragu, namun dia tidak ingin mengecewakan Vanya yang masih begitu terlihat rapuh. "Tapi, apakah tidak terdengar lancang jika aku hanya memanggil namamu?" tanya Adrian. Dia mengatakannya dengan hati-hati.
Vanya menghela napasnya dengan kencang sebagai tanda dia merasa sedikit kesal. "Apa kamu lupa dengan permintaanku yang kedua Adrian?" jawab Vanya. Dia kembali mengulangi perkataannya.
"Maaf. Aku tidak bermaksud untuk...," ucap Adrian. Perkataan Adrian terhenti karena Vanya memotongnya begitu saja.
"Panggil saja namaku. Jika itu membuatmu kurang nyaman, lakukan jika tidak dihadapan orang lain. Aku mengerti posisimu Adrian," ucap Vanya. Dia mengatakannya dengan santai.
"Baiklah Vanya," ucap Adrian.
Mendengar Adrian akhirnya menuruti keinginannya. Maka seketika Vanya tersenyum dengan begitu manis seakan menunjukkan perasaan bahagianya. Mendapati ekspresi Vanya yang begitu terlihat tanpa beban, membuat Adrian merasa sangat lega dan bahagia. Karena kini wanita cantik itu mampu bangkit dari kesedihannya yang terbesar. Maka detik itu juga Adrian semakin memantapkan hatinya untuk melindungi Vanya, walau bahaya menghadang dirinya.
***
Hari berganti hari Adrian tidak merasa lelah sedikit pun menemani Vanya di rumah sakit. Dia bahkan terlihat selalu bersemangat menebarkan keceriaan.
"Apa kamu tidak bosan dengan menu makanan di rumah sakit Vanya?" tanya Adrian. Dia mengatakannya dengan santai seraya menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.
"Sebenarnya aku sudah bosan Adrian. Tetapi apa yang bisa aku lakukan?" jawab Vanya. Dia nampak tidak bersemangat.
"Aku bisa mencarikan apa yang kamu mau. Memangnya kamu mau makan apa?" ucap Adrian. Dia mengucapkannya seraya menyesap perlahan kopi panasnya dengan meniupnya sesekali.
"Aku mau dim sum," ucap Vanya. Dia mengatakannya seraya sibuk mencari tontonan yang menarik pada layar datar itu.
"Baiklah. Aku akan mencarikannya untukmu. Tidak apa-apa kan aku tinggal sebentar?" tanya Adrian dengan hati-hati.
"Iya aku akan baik-baik saja," jawab Vanya. Kini dia mengalihkan pandangannya pada Adrian dan tersenyum ramah pada sosok lelaki itu.
"Aku habiskan kopi dulu ya, setelah itu aku baru pergi," ucap Adrian.
Kini Vanya menatap ke arah Adrian dengan terkesima. "Apa kamu akan melakukannya?" tanya Vanya.
"Jika kamu mau makan dim sum. Maka aku akan mencarikannya untukmu. Supaya kamu tidak jenuh dengan menu makanan di rumah sakit," jawab Adrian. Kini Adrian sudah menghabiskan kopinya.
"Terima kasih Adrian," ucap Vanya. Dia mengucapkannya dengan tulus. Dia merasa begitu diperhatikan oleh sahabatnya itu.
"Aku pergi dulu ya. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku. Aku janji tidak akan lama, bye Vanya," ucap Adrian. Dia melukiskan senyumanya yang bersahabat sebelum tenggelam di balik pintu.
"Bye Adrian," ucap Vanya. Terlukis senyuman indah pada wajah cantiknya. Jika saja Adrian melihat senyuman itu, mungkin saja dia akan merasa gugup.
Vanya merasa rongga hatinya yang semula terasa begitu suram kini perlahan mendapatkan sinarnya. Semenjak dirinya bersahabat dengan Adrian, maka kebahagiaan serta keceriaan selalu menghiasi hari-harinya. Vanya semakin yakin dengan keputusannya untuk berpisah dengan Dievo walaupun kini dia sedang mengandung anak dari pria tidak bermoral itu.
Bahkan Vanya tidak akan bisa melupakan sikap Dievo yang begitu kasar terhadap dirinya pada saat itu. Dievo nampak tanpa ragu berniat untuk menyakiti dirinya. Seandainya saat itu Adrian tidak datang menolong dirinya, mungkin saja kini Vanya akan terbaring di rumah sakit dalam kondisi terluka karena dianiaya oleh suaminya sendiri. Namun Tuhan sudah memberikan dirinya kesempatan untuk terlepas dari pria yang sesungguhnya tidak baik.
Maka kini Vanya tidak akan menjatuhkan dirinya pada pria yang salah. Maka detik itu juga Vanya berusaha untuk mengikis perasaan cintanya terhadap Dievo secara perlahan. Dia tidak ingin semakin terluka karena rasa cintanya yang cukup besar terhadap pria yang masih resmi menjadi suaminya. Vanya juga akan berusaha menutup mata dan telinganya terhadap pemberitaan yang menyangkut Dievo dan Ciara.
Karena tidak baik baginya untuk mengalami kesedihan secara terus menerus. Kini sudah ada calon bayi yang sedang mulai berkembang di dalam rahimnya. Yang kelak akan memberikan dirinya kebahagiaan yang sesungguhnya.
Vanya tidak perlu merasa khawatir karena bukan hal mustahil bagi dirinya untuk menghidupi anaknya kelak seorang diri. V.H Boutiques sudah berkembang dengan begitu pesat hingga mencapai pendapatan yang melebihi target yang dia tentukan.
Maka tidak perlu lagi ada keraguan pada hatinya untuk melupakan serta meninggalkan sosok pria yang sudah menghianati dirinya dengan keji. Vanya juga tidak ingin lelah memikirkan tentang bagaimana kelak status anak yang kini sedang tumbuh dalam rahimnya. Dia hanya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sosok ibu serta ayah bagi anaknya kelak.
Kekuatan terbesar yang kini membangkitkan dirinya adalah sang buah hati beserta sosok Adrian yang telah menjadi sahabat terbaiknya.
♡♡♡
_TBC_
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER LOVE (Completed)
RomantizmAnother Love The Series - Season 1&2 Full Of DRAMA Story [21++] Sinopsis Season 1 : Banyak mata mengagumi kemesraan yang terjalin antara Vanya Harari dengan Dievo Ragas. Tatapan iri tertuju kepada sepasang kekasih yang terlihat saling mencintai. Dib...