Season 1 | 14 - Lamaran

4.6K 140 7
                                    


Vanya berusaha mengubur dalam-dalam kenangan tentang Natha. Itu bukanlah hal yang mudah bagi dirinya. Vanya membutuhkan waktu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya yang kini terasa tersayat tapi tidak berdarah. Lamunan seakan menguasai alam bawah sadar Vanya.

Vanya terkesiap mendapati ponsel miliknya berdering. Dengan perlahan dia meraih ponsel itu dan menatap layar ponsel itu dengan pandangan kosong namun yang muncul pada layar ponselnya adalah nama kekasih hatinya Dievo. Vanya merasa gelisah dan ragu untuk menjawab panggilan telepon itu pada kondisinya sekarang. Namun hal itu membuat Dievo menjadi resah dan khawatir tentang kondisi Vanya.

Ketika seluruh pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, maka seketika Dievo memutuskan untuk mengunjungi rumah pujaan hatinya yang hari itu sudah membuat dirinya hilang konsentrasi. Kini mobil keperakan itu melaju dengan kecepatan tinggi sehingga tidak butuh waktu lama untuk mencapai rumah Vanya.

Dengan rasa gundah yang menyelimuti hatinya, perlahan Dievo memasuki pekarangan rumah Vanya dan mulai mengetuk pintu. "Tok-tok-tok." Terdengar langkah kaki menuju pintu utama dan perlahan terbuka "Klek." Vanya terperangah mendapati sosok Dievo sudah ada di rumahnya. Entah apa yang terjadi, Vanya terjatuh dan pingsan di hadapan Dievo, hal itu seketika membuat Dievo panik dan dengan segera membopong tubuh mungil Vanya masuk ke dalam rumah dan merebahkannya di dalam kamar.

Dievo segera memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa Vanya. Tidak butuh waktu lama dokter yang memiliki warna kulit eksotis itu memasuki pintu rumah Vanya dan segera memeriksa kondisi kesehatan Vanya.

"Bagaimana dengan kondisi tunangan saya dok?" tanya Dievo. Dia begitu terlihat gelisah.

"Tidak ada hal yang serius, hanya saja tekanan darahnya sangat tinggi, mungkin dia sedang banyak pikiran Dievo," jawab dokter Feliz.

"Iya saya mengerti," ucap Dievo dengan singkat.

"Ini obat-obatannya. Tolong segera diminum jika dia sudah sadarkan diri," ucap dokter Feliz.

"Terima kasih dokter Feliz," ucap Dievo. Dia berusaha untuk tetap bersikap ramah.

"Iya sama-sama Dievo. Oh iya kenapa saya tidak di undang ke acara penting itu?" tanya dokter Feliz. Muncul rasa penasaran pada pikiran Dokter Feliz tentang hubungan Vanya dengan Dievo.

"Maksud dokter?" tanya Dievo. Dia berbicara dengan santai dan terdengar sangat berwibawa.

"Pertunangan kalian, kok saya tidak diundang?" ucap dokter Feliz dengan santai.

"Untuk acara resminya ditunggu saja dokter. Nanti akan saya kirimkan undangannya," ucap Dievo. Dia  berbicara dengan kepercayaan diri yang tinggi.

"Baiklah. Maaf saya bertanya soal masalah pribadi," ucap dokter Feliz. Dia seketika merasa tersayat mendengar jawaban yang diucapkan oleh Dievo. Mencul kekecewaan ketika mendengar jawaban itu.

"It's Ok," ucap Dievo.

"Saya permisi ya Dievo," ucap dokter Feliz.

"Iya silahkan dokter Feliz. Mari saya antar sampai pintu utama," ucap Dievo. Dia berusaha untuk tetap tersenyum.

Dengan tenang Dievo menantikan Vanya untuk tersadar dari tidurnya. Betapa bahagianya Dievo ketika mendapati Vanya sudah tersadar dari tidurnya.

"Vanya, bagaimana keadaanmu?" tanya Dievo. Dia terlihat begitu cemas.

"Di...Dievo," jawab Vanya. Dia berbicara dengan terbata.

"Iya. Aku disini menemanimu," ucap Dievo. Dia bersikap begitu manis kepada Vanya.

ANOTHER LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang