Season 2 | Bab 57 - Pria Egois

2K 121 117
                                    


S

etelah Ciara pergi dalam tangisnya meninggalkan ruangan Dievo, maka saat itu lah Dievo mulai bereaksi terhadap Vanya. Dia tidak ingin terlihat oleh Ciara.

"Tunggu Vanya," ucap Dievo. Dia menahan langkah kaki Vanya yang ingin pergi dari ruangannya.

"Lepaskan tangan kotormu dariku!" ucap Vanya. Dia nyaris berteriak. Dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari tangan Dievo.

"Vanya kumohon," ucap Dievo.

"Lepaskan!" ucap Vanya. Dia menghentakkan tangannya untuk yang kesekian kalinya hingga berhasil melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Dievo. "Kenapa menahanku?" tanya Vanya. Kini dia menatap nanar ke arah suaminya. "Dari tadi kamu hanya diam bagaikan patung. Namun kini kamu mulai bicara. Apa karena sudah tidak ada wanita itu yang melihatmu, heh?" ucap Vanya. Dia tidak lagi peduli dengan siapa dia sedang bicara.

"Jangan seperti itu Vanya. Aku hanya tidak ingin semakin rumit," ucap Dievo. Dia mencoba berkelit.

"Jangan bercanda Dievo! Kamu yang membuat semuanya menjadi seperti ini. Tapi sekarang kamu bersikap seolah aku yang sedang berulah. Tidak masuk akal!" ucap Vanya. Dia menjawab dengan ketus.

"Jangan berbicara seperti itu Vanya. Aku adalah suamimu," ucap Dievo dengan santai.

"Kamu masih bisa dengan santai mengatakannya. Tapi suami macam apa kamu yang tega membagi cintanya dengan wanita lain," ucap Vanya. Dia menjawab dengan kesal.

"Apa kamu semarah ini karena aku memberikan dia kalung? Kalau begitu besok aku juga akan memberikanmu kalung yang sama Vanya," ucap Dievo. Dia berbicara tanpa beban dan rasa bersalah.

"Kamu memang tidak punya perasaan hingga tega mengatakan hal itu padaku. Aku mampu membelinya sendiri. Jangan samakan aku dengan wanita itu," ucap Vanya. Dia mulai kalut karena Dievo berhasil menghancurkan pertahanan dirinya.

"Nama dia Ciara, Vanya," ucap Dievo.

"Kamu keterlaluan Dievo. Tidak perlu mengingatkanku terhadap namanya yang paling aku benci," ucap Vanya. Dia mulai meluapkan emosinya yang sudah tidak terbendung lagi.

"Tenanglah Vanya, jangan berlebihan seperti itu," ucap Dievo dengan santai. Dia bahkan berjalan menjauhi Vanya dan kembali ke kursi kerjanya.

"Kamu memintaku tetap tenang? Setelah apa yang sudah aku ketahui?" tanya Vanya. Dia menghembuskan napasnya dengan perlahan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan diri dan memutuskan menghadapi pria kurang ajar itu dengan sikap yang tenang.

Dievo memperhatikan Vanya yang nampak terdiam. "Apa kamu sudah puas marah-marahnya?" ucap Dievo tanpa rasa bersalah.

Vanya tersenyum dengan manis ke arah Dievo dan kini dia berjalan mendekati meja kerja suami terkutuknya. "Memangnya kenapa Dievo? Apa aku tidak boleh melakukannya?" tanya Vanya. Kini Vanya berbicara dengan sangat santai. Hingga tidak terdengar sebuah kemarahan yang terpendam seperti sebelumnya.

"Bu...bukan begitu Vanya," jawab Dievo. Dia terlihat gugup.

"Lalu apa maumu sekarang suamiku?" tanya Vanya. Dia kini terlihat begitu tenang dan telah membuat dirinya menjadi lebih waspada.

"Aku...," jawab Dievo. Dia ragu melanjutkan kalimatnya. Namun dia harus mengatakannya. "Aku mau kamu menerima Ciara. Aku juga mencintainya. Sama seperti aku mencintaimu Vanya " ucap Dievo. Dia mengatakannya dengan hati-hati.

"Oh jadi itu keinginanmu?" tanya Vanya. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Dievo.

"Iya sayang. Apa kamu bisa melakukannya?" ucap Dievo. Dia kini nampak tersenyum.

ANOTHER LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang