Season 2 | Bab 68 - Kenyataan Yang Terkuak

6.8K 187 114
                                    


Adrian melangkahkan kakinya dengan perlahan. Dari kejauhan dia sudah dapat melihat sosok Bayu yang kini sedang terduduk seraya memegangi kepalanya karena mendapatkan tekanan yang luar biasa. Bagaimana tidak, selama ini dia sudah menyimpan kejahatan Dievo yang terbesar. Dia lah saksi kunci atas semua tindakan Dievo yang melanggar asusila. Namun dia tidak berani melakukan apa pun dan memilih untuk tetap bungkam.

Namun kali ini semua akan semakin terkuak. Semua itu terjadi karena Adrian yang telah memberanikan diri untuk menjadi seseorang yang memberikan pelajaran berharga bagi Dievo. Berbanding terbalik dari Bayu yang hanya memilih menjadi saksi bisu.

"Bagaimana keadaanmu Bayu?" ucap Adrian.

"Adrian?" ucap Bayu. Dia terkejut mendapati Adrian yang kini sudah berdiri tepat di depannya.

"Jangan seperti ini Bayu. Berhentilah bekerja dengannya. Tidak ada gunanya kamu mempertaruhkan kesetiaanmu. Yang kamu dapat hanyalah beban hidup yang berat. Dia bahkan tidak pernah berterima kasih kepadamu. Lalu apa yang kamu harapkan darinya?" ucap Adrian. Dia berusaha menyadarkan Bayu dari kebodohan. Dia tidak ingin sahabatnya itu terus menerus melakukan kesalahan yang kelak akan menyeret dirinya masuk ke pusaran yang sama.

Bayu diam terpaku. Dia tidak tahu harus merespon perkataan Adrian yang terdengar bagaikan sambaran petir yang seketika menyadarkan dirinya dari semua kesalahannya. Namun apakah tidak terlambat baginya untuk memperbaiki semua kesalahan. Akan tetapi di mata Tuhan tidak pernah ada kata terlambat untuk meminta maaf dan memperbaiki diri sebelum napas berhenti karena ajal menjamput.

Maka detik itu juga Bayu memutuskan untuk berhenti menjadi saksi bisu bagi Dievo. Dia akan memulai hidupnya yang baru dan jauh dari kehidupan Dievo. Karena itu lah keputusan yang terbaik bagi dirinya yang seharusnya sudah dia putuskan sejak lama.

Adrian memberikan waktu bagi Bayu untuk berpikir dengan jernih. Maka kini dia memutuskan untuk memberi sambaran petir kepada sosok pria yang kini masih terbaring lemah. Adrian melangkahkan kakinya memasuki ruangan kamar rawat Dievo. Dia memandang Dievo dengan tatapan kebencian. Terasa belum puas dia memberikan pukulan demi pukulan itu. Karena semuanya hanya akan memberikan sebuah luka di luar tubuhnya bukan luka yang dalam seperti yang Vanya dapatkan selama ini.

Bagaimana Adrian tidak membenci Dievo, dia sudah mengetahui semua perilaku serta tindakan pria tidak bermoral itu kepada istrinya yang sudah berubah dan berniat untuk menjadi sosok istri yang terbaik. Namun Dievo tidak pernah mau merubah sikapnya. Bahkan perilakunya semakin memburuk dan menyakiti jiwa serta raga istrinya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Maka dengan begitu tidak salah bagi Adrian untuk membalaskan semua perasaan sakit hati kepada Dievo atas semua perilakunya terhadap wanita yang kini begitu berarti di dalam hidupnya.

Berseling tiga puluh menit berlalu, Adrian hanya menatap tubuh Dievo yang terbaring dan tidak merespon kehadirannya. Namun kini pria itu nampak mulai sadarkan diri dan terkejut melihat kehadiran Adrian di dalam kamarnya.

"Akhirnya kamu membuka matamu Dievo," ucap Adrian. Dia berusaha menekan kuat emosi yang masih tersisa di dalam relung hatinya.

"Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Dievo. Dia nampak gelisah ketika melihat sosok Adrian.

"Aku tidak akan menyakiti kamu. Karena aku sudah merasa cukup memberikan kamu luka secara fisik. Namun perlu kamu ingat ini baru permulaan. Karena aku akan kembali memberikan berbagai kejutan yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya," ucap Adrian. Dia mengatakannya dengan sunguh-sungguh, bahkan tatapan matanya begitu terasa menusuk.

"Kenapa kamu melakukan hal ini Adrian?" tanya Dievo.

"Pertanyaan yang sama juga untuk kamu, kenapa kamu melakukan semua itu padanya?" jawab Adrian.

"Kenapa kamu peduli dengan Vanya? Apa karena kamu menyukai dia?" tanya Dievo. Namun kali ini dengan nada bicara yang sopan.

"Pada awalnya tidak. Aku hanya mengagumi sosok istrimu dan aku tidak bisa melihat seorang wanita yang tersakiti begitu dalam. Jika bukan aku, maka siapa yang akan menyelamatkan dirinya dari kekejamanmu Dievo," jawab Adrian. Dia tidak kalah tenang ketika mengatakan kata-kata yang terasa begitu menghujam perasaan Dievo.

Dievo kini terdiam. Dia tidak tahu apa yang akan dia katakan selanjutnya. Semua perkataan Adrian begitu terasa bagaikan sambaran petir yang menyakitkan dan juga mampu untuk menyadarkan Dievo dari kebodohan terbesarnya.

"Aku datang kesini untuk memberitahukan kebenaran yang selama ini tidak kamu ketahui. Karena kamu terlalu terlena dengan kisah cintamu yang terlarang, hingga kamu tidak menyadari kebahagiaan sudah datang ke dalam hidup kalian," ucap Adrian. Dia memberikan sebuah teka-teki bagi Dievo. Dan hal itu berhasil membuat Dievo menjadi gelisah.

"Apa maksud perkataanmu Adrian?" tanya Dievo. Untuk kali ini dia sudah mengubah nada bicaranya menjadi lebih baik.

"Sesungguhnya aku tidak punya hak untuk mengatakannya dan Vanya juga sudah melarangku untuk memberitahukan hal ini kepadamu. Namun aku rasa kamu perlu mengetahuinya sebelum semakin menyakiti Vanya," jawab Adrian. Dia begitu bijak mengatakan semua kalimatnya. Sehingga mampu membuat Dievo kini tertegun.

"Namun berjanjilah satu hal! Lepaskan Vanya, biarkan dia meraih kebahagiaannya jauh dari kehidupanmu bersama istri keduamu itu," ucap Adrian. Untuk kali ini Adrian mengatakannya dengan begitu tegas.

"Aku akan berusaha melakukannya. Walau itu tidak akan mudah bagiku untuk melepaskan Vanya," ucap Dievo. Terlihat sekilas sebuah perasaan bersalah pada wajah Dievo untuk yang pertama kalinya.

"Baiklah, karena kamu sudah berjanji untuk melepaskan Vanya. Maka itu artinya kamu tidak keberatan untuk menceraikan dia secepatnya bukan? Maka tanda tangani surat ini sebagai bukti tertulis dari semua janjimu," ucap Adrian seraya memberikan secarik kertas kepada Dievo.

Di dalamnya sudah tertulis sebuah perjanjian mengenai Dievo yang akan menceraikan Vanya dalam kurun waktu beberapa bulan. Namun selama proses itu Dievo tidak diperkenankan untuk mengganggu kehidupan Vanya. Dievo terlihat tidak menolak perjanjian itu. Dia tanpa berpikir panjang kini menyetujinya. Serta tanpa paksaan menandatangani suratnya.

Melihat hal itu Adrian tersenyum di dalam hati. Dia merasa begitu lega karena Dievo tidak berusaha menolak ataupun berdebat dengannya. Tidak lama kemudian Adrian segera mengambil kembali surat perjanjian itu dan memberikan lembaran kedua untuk Dievo simpan.

"Terima kasih atas kerja samanya Dievo. Sekarang aku akan mengatakan satu rahasia terbesar untukmu. Dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan," ucap Adrian. Dia memberikan waktu untuk Dievo berkonsentrasi, agar pria itu dapat mendengar dengan jelas apa yang akan dia katakan.

Dievo hanya menjawab dengan anggukan kepalanya. Melihat respon itu maka kini Adrian berencana untuk mengatakan semuanya.

"Vanya sedang mengandung anakmu!" ucap Adrian. Dia mengatakannya dengan sangat jelas dan tegas.

Perkataan Adrian begitu terasa menyakitkan bagaikan sambaran petir di siang hari bolong. Dan seketika menghancurkan semua kesombongan dan keangkuhan Dievo. Dia kini terpukul dengan kenyataan yang baru saja dia ketahui. Tetapi begitu terlambat bagi dirinya untuk memperbaiki semuanya. Karena semua perbuatan Dievo sudah begitu menyakitkan dan melukai perasaan Vanya.

Hingga Dievo merasa begitu malu dan tidak pantas untuk dimaafkan.

***

_End_

DESTINY (Affair Series)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DESTINY (Affair Series)

ANOTHER LOVE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang