• • • • •Gue diem. Sumpah, gue langsung kicep denger Ryu ngomong gitu. Semenjak gue kenal Ryu--baik sebagai enemy sampai naik tingkat jadi temen-- ini kali pertama, gue denger dia ngomong 'seserius' itu ke gue. Kalau ada yang denger, terus orang itu nggak kenal gue ama Ryu secara deket, gue jamin Ryu bakalan di cap sebagai 'pacar' posesif. Iyuhhh... Bulu kuduk gue ampe merinding disko nyandingin kata pacar dengan Ryu.
Gue berdehem, sedikit menggelengkan kepala untuk menghilangkan fantasi menggelikan gue, "Lo... apa?"
Ryu berdecak. "Intinya, lo nggak boleh ngejauh atau ngindarin gue. End of discussion."
"Eh, tapi---"
"Udah. Gue ke kelas dulu. Urusan si cewek manja itu, biar gue yang urus. Lo belajar aja yang rajin."
• • • • •
Esok hari di istirahat pertama. Gue memutuskan untuk pergi ke kantin, berharap semangkuk bakso berhasil ngebuat mood gue yang masih buruk menjadi lebih baik. Tetapi, expectation memang terkadang tidak sesuai dengan reality. Bukannya menemukan sumber ketenangan, kepala gue malah bertambah mendidih mendengar gosip-gosip tak mengenakkan tentang gue. Fey yang ternyata adalah pelakor. Perebut pacar oranglah. Apalah. Bla. Bla. Bla. Banyak banget. Padahal, faktanya nggak seperti itu. Emang ya, jaman sekarang, mulut lebih tajam daripada pisau. Gue mungkin udah berdarah disini saking nyelekitnya tuh mulut!
Gue menelungkupkan kepala ke atas meja. Huh. Gue capek banget, Ya Tuhan. Udah lelah hati, lelah jiwa pula!
"Hei, Fey. Kita duduk disini, ya. Udah penuh soalnya."
Ling-ling datang bersama Chika dengan senyum sumringah, sambil membawa semangkuk bakso ditangan masing-masing. Gue nggak menyahut, hanya menggeser tubuh sedikit ke samping, tanda mengiyakan.
"Kalian ini nggak takut duduk bareng gue? Hati-hati, loh. Bisa aja kan, gebetan kalian yang jadi incaran gue selanjutnya."
Mereka berdua terkekeh. Gila! Kompak bener! Ketawa aja barengan!
"Ya enggak mungkin, lah! Lo nggak mungkin ngerebut Lee Jong Suk di Korea, kan?" Chika menyahut, garing.
Mana mungkin!
Memilih untuk tidak menanggapi, gue memasukkan sesendok bakso--yang baru saja diantar--- ke dalam mulut. Gue hampir aja tersedak, ketika mendengar suara kursi berdecit, yang disusul dengan duduknya seseorang di samping gue.
Ngapain nih orang duduk disini, sih?!
• • • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki ] ✔✔✔
Short Story"Benar nggak sih, antara benci dan cinta itu beda tipis?" --- Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki] --- #TrueShortStory #Bseries #ProjectJanuary2018 © Copyright 2018 Written by iamfeyber