• • • • •
Nggak mungkin. Ini... Jelas nggak mungkin terjadi. Ryu dateng. Setelah sekian lama, dia... Beneran dateng. Gue kira, dia dateng buat nemuin gue. Nagih janji gue. Tapi..., harapan gue, mungkin terlalu muluk. Dia memang dateng. Tapi, dia bareng cewek. Dan itu... Bukan gue.
Gue menggelengkan kepala. Berhenti pesimis. Gue harus segera nemuin Ryu. Gue... Mesti ngelihat langsung siapa cewek yang saat ini dibawa Ryu. Setidaknya, gue mesti tau, alasan Ryu pindah dan ninggalin gue waktu itu.
Gue berlari, ya... nggak benar-benar berlari, karena mana mungkin gue lari dengan sepatu hak 10 cm. Bisa patah kaki gue!
Gue memelankan langkah begitu gue melihatnya disana. Tertawa bahagia, dengan cewek tinggi di sampingnya. Gue tersenyum miris. Lo mah, nggak ada apa-apanya dibanding tuh cewek, Fey. Gue berbalik arah. Menolak untuk menemui Ryu dan kehidupan barunya yang bahagia. Tanpa... Gue.
"Fey?" sapaan bernada ragu keluar dari mulut seseorang membuat gue terpaku.
Gue... Kayaknya kenal banget sama suara ini.
"FEY!!!" teriakan itu gue dapati bersamaan dengan pelukan erat yang gue rasakan di tubuh gue, "sumpah, gue kangen berat sama lo!"
Gue memandangi cewek yang memeluk gue tak percaya. Kak Rein. Kenapa dia bisa ada disini? Dan lebih hebatnya lagi, Kak Rein nggak pakai kursi roda. Dia... Nggak lumpuh lagi!
Kak Rein memutar-mutar tubuhnya di hadapan gue. Mungkin sadar, mengapa gue bengong memandangnya. "Taraa... Gue udah sehat, Fey."
Gue mengangguk lantas kembali memeluknya, "Lo... Dari mana aja, kak? Gue kangen sama lo."
Kak Rein terkekeh, "Kangen gue... Atau adek gue?" tanyanya jahil.
Gue memandangnya jengah. "Kalian berdua. Puas?!"
"Hahaha. Banget." akuinya, "nanti aja gue kasi tahu, ada orang yang sedari tadi nunggu giliran buat kangen-kangenan sama lo."
"Ngaco!" suara yang nggak pernah lagi gue denger setahun ini, terdengar lagi. Gue menunduk, menolak memandangnya.
"Hai, Fey. Gue kembali buat nagih janji lo. Dan kali ini, gue nggak nerima penolakan. Lo, memang ditakdirkan buat gue. Lo, Fey. Hanya lo," ujarnya lantas menarik gue ke pelukannya, "Miss you so much, my enemy..."
Gue terisak, ini benar-benar dia. Ryu gue. Best Enemy gue.
--- TAMAT ---
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki ] ✔✔✔
Short Story"Benar nggak sih, antara benci dan cinta itu beda tipis?" --- Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki] --- #TrueShortStory #Bseries #ProjectJanuary2018 © Copyright 2018 Written by iamfeyber