• • • • •
"Eh, cepat pindahin meja itu kesana! Lo yang pake baju biru, pitanya agak dimiringin dikit, biar lampunya nggak kehalang."
Gue menghela nafas, agak lelah mendengar Rahmat--seorang banci gendut---yang lebih sering dipanggil Rahma sama orang-orang seenak jidatnya memerintah.
"Ngapain bengong?! Miringin pitanya dikit!"
"Iya. Iya." Gue menggeram lantas mulai memperbaiki pita-pita yang digunakan untuk mendekor ruangan yang akan digunakan sebagai tempat dilaksanakannya perpisahan angkatan gue.
Enggak kerasa, udah lebih dari setahun semenjak gue mendengar pertanyaan Gege. Udah lebih dari setahun juga, gue nggak pernah denger tentang dia lagi. Dan nggak kerasa, udah selama itu, gue jalanin hidup gue tanpa dia.
Tanpa... Ryu.
"Huh," gue mendesah kasar, "kenapa keinget si-kamfrett Ryu sih gue!"
"Eh, Fey." Tepukan pada bahu gue berhasil membuat gue terperanjat, "nanti malam, lo berangkat sama siapa?"
Gue memandangnya bingung. Melirik ke tanda pengenal yang tergantung di lehernya. Namanya Dion. "Nebeng temen." Gue menyahut singkat.
Dion menggaruk tengkuknya canggung. Mungkin kaget dengan respon gue yang dingin, "Oh. Enggak mau bareng gue?" tawarnya membuat gue menggeleng.
"Enggak usah. Gue udah janji sama temen gue."
"Gitu..." suara Dion terdengar kecewa, "mungkin lain kali."
Gue hanya bergumam sebagai jawaban.
"Kalau gitu, gue pamit ya."
"Iya."
Sorry, Dion. Hati gue masih belum bisa ngegeser nama Ryu dengan orang lain.
• • • • •
"Fey, nanti malem gue jemput. Lo dandan yang cantik, ya." Gege berpesan dari balik kemudi.
Gue memberi gestur 'oke' dengan ibu jari.
Dan seperti janjinya, pukul tujuh tepat, Gege datang menjemput gue.
"Tumben, lo nggak ngaret," gue menyahut begitu melihatnya turun dari mobil.
"Tuh, gue juga dijemput," ujarnya seraya mengendikkan kepala ke arah mobil.
"Bareng kak Aldy?"
"Iya."
"Malem, kak."
"Malem, Fey."
Yap, Gege tau-tau aja deket sama kak Aldy. Gue sempat heran, gimana nih anak bisa deket sama mantan ketua klub penyiaran sekolah. Gue pernah nanya, tapi dicuekin.
Sesampai di sekolah, gue langsung membaur dengan yang lainnya. Ketawa-ketiwi. Haha-hihi bareng sampai gue nggak mikirin hal lain. Sampai Gege datang dengan berita yang membuat jantung gue berhenti berdetak.
"Fey! Ryu dateng!" lapornya, "tapi... Dia..., bareng cewek."
Dan kalimat terakhir Gege, sukses membuat saraf gue berhenti berfungsi.
• • • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki ] ✔✔✔
Short Story"Benar nggak sih, antara benci dan cinta itu beda tipis?" --- Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki] --- #TrueShortStory #Bseries #ProjectJanuary2018 © Copyright 2018 Written by iamfeyber