Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki ] ✔✔✔

二 十 : Ni Juu

♫☼☼☼☼☼♫

"Habis ini gimana, Rein?" tanya gue kepada sosok gadis yang saat ini sibuk memainkan permainan Hay-Day dari handphonenya.

Dia berbalik, menatap gue dengan kening berkerut.

"Ngomong apa lo tadi?" tanyanya.

"Setelah ini, gue mesti gimana lagi, Re--"

"Kak Rein," potongnya.

Gue memutar bola mata. "Okay, Kak Rein. Apa lagi yang mesti gue lakuin?"

"Oh itu," tukas Kak Rein--jangan tanya mengapa gue mesti nyebut nama dia dengan awalan 'Kak' ketika umurnya sepantaran dengan gue, karena sejujurnya gue juga nggak ngerti-- "Olesi salah satu sisi roti dengan minyak zaitun. Sisihkan. Lalu, olesi juga potongan tomat dan terong. Taburi garam dan merica untuk menambah rasa gurih. Panggang tomat dan terong sampai matang. Susun semua bahan; roti, selada, tomat, keju, terong, paprika, roti; lalu panggang kembali sampai roti garing," jelasnya cepat membuat gue menganga.

"Apa?"

"Hei, ngapain bengong? Gue udah lapar nih." Kak Rein memerintah tak tahu diri.

"Iya, iya."

♫☼☼☼☼☼♫

Gue melepaskan apron bermotif kotak-kotak merah dari tubuh gue dan beranjak menghampiri dua orang yang saat ini sedang asik-asiknya mengobrol, mengabaikan gue yang kesusahan dalam mengingat segala titah sang nyonya, sehingga membuat gue menyerah dan beralih membuka youtube.

"Ehm." Gue berdehem membuat Ryu dan Kak Rein menyadari atensi gue.

"Udah selesai?" tanya Kak Rein membuat gue mengangguk.

"Good. Ryu, dorongin gue dong. Males nih gue," pintanya pada Ryu dengan raut manja.

Wkwk. Rasanya ngga tahan buat ketawa ketika ngeliat ekspresi Ryu saat ini. Ogah tapi nggak sanggup buat ngebantah perintah sang kakak.

Menyadari gue yang terlihat menahan tawa, Ryu berbalik. "Bantuin bawa makanannya. Gue dorong kursi roda Kak Rein dulu."

Ya, Kak Rein lumpuh. Tapi, dia tidak pernah mau dipandang cacat. Bagi gue dan Ryu, dia istimewa. Gue mendesah. Tanpa banyak membantah, gue mengambil sandwich yang baru saja gue buat, dan beralih mengikuti langkah Ryu.

♫☼☼☼☼☼♫

[11.02.2018]