• • • • •Pagi yang cerah, di hari senin yang kelam. Gue tadi berangkat ke sekolah setengah berlari menuju halte depan kompleks. Gue telat. Enggak tahu kenapa, alarm yang gue setel tiba-tiba aja nggak berbunyi--hmm, atau gue yang nggak denger, yah. Entahlah. Pokoknya, gue harus rela desak-desakan di angkot karena papa udah keburu berangkat. Tau gini, gue terima aja tawaran Ryu tadi malam. Huh, dasar sial!
Sampai di sekolah, seperti yang sudah gue perkirakan sebelumnya, gerbang sekolah udah ditutup. Alamakjang! Gue baru inget, kalau hari senin, gerbangnya ditutup lebih cepet daripada biasanya. Ogeb, ogeb.
"Neng Fey, kok tumben telat?" tanya Pak Udin, satpam sekolah.
Gue nyengir, "Telat bangun, pak."
Pak Udin menggeleng. "Wallah, neng... Kok bisa? Maaf ya, neng. Neng baris ya di pojok sana. Bareng temen yang telat juga," ujarnya seraya mengarahkan tangan menunjuk pojokan yang lumayan ramai dihuni siswa-siswi seperti gue.
"Lumayan banyak juga yang telat, ya pak? Emang... selalu kayak gini?" tanya gue agak penasaran.
"Enggak, neng. Mungkin karena sempat libur tiga hari, jadi masih pada kerasan tinggal di rumah."
"Iya, ya. Kalau gitu, Fey pamit ya pak. Nanti ditegur bu guru BK galak."
Pak Udin tergelak; mungkin tidak menyangka gue bakalan nyinggung Bu Dona, "Iya, neng. Monggo."
Gue berjalan menghampiri kerumunan tadi. Sesampai disana, gue menepuk punggung seseorang yang juga telat kayak gue. "Woi, telat juga lo?"
Ryu mendengus, "Pake nanya. Masa iya, gue ada disini, kalau nggak telat, ogeb!"
Gue tertawa, "Nggak usah nge-gas dong, Bro. Eh, tumben lo telat? Bocor lagi?" tebak gue, mengingat terakhir kali ban motor Ryu pecah.
Ryu menggeleng. "Enggak. Telat bangun tadi."
Gue melebarkan kedua mata gue, "Wah, kok sama kayak gue," ucap gue sambil menepuk kedua tangan heboh. "Jangan-jangan, kita jodoh? Wkwkwk."
"Gue harap sih, gitu. Tinggal tunggu respon lo aja." Ryu menjawab datar, tanpa tahu ucapannya berdampak besar bagi kesehatan jantung gue.
Gue terdiam. Kok, jadi awkward gini ya, suasananya. Berpikir... Berpikir.
"Kelas XI IPA yang telat, silahkan masuk. Setelah ini, XI IPS ya." Salah satu staf ruang BK yang bertubuh mungil memerintahkan kami untuk segera memasuki ruang BK. Yang untung saja, juga menyelamatkan gue dari suasana canggung kayak tadi.
"E-Eh. Ki-kita disuruh masuk, nih." Gue berujar gugup yang hanya dibalas gumaman tak jelas dari Ryu.
Fyuuu!!!
• • • • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki ] ✔✔✔
Short Story"Benar nggak sih, antara benci dan cinta itu beda tipis?" --- Her Theory : Best Enemy [Saikō no Teki] --- #TrueShortStory #Bseries #ProjectJanuary2018 © Copyright 2018 Written by iamfeyber