Tiga puluh lima. Total Recall

1K 147 56
                                    

Total recall means 'I wish I could exchange my memories of you with something worth remembering' -unknown

-----^^-----

Cowok yang memakai bomber hijau itu berjalan menenteng gitar besar di punggungnya sambil sesekali merapatkan jaket yang dia pakai karena angin yang bertiup kencang. Rasanya dia ingin segera pulang dan menghindari cuaca yang terus berubah-ubah seminggu terakhir ini jika saja tak ada tangan yang menepuk bahunya.

"Loh Bin! Balik kapan lo?" teriakan rusuh Bambam berhasil menggetarkan otaknya karna terlampau keras.

"Baru minggu kemaren bang" jawab Hanbin sambil melemparkan senyum tipis.

"Kok gak bilang sih di grup BEM? Dicariin lo dari kemaren sama Jaewon"

"Ya ngapain juga bilang sih bang" sahut Hanbin sambil kembali berjalan.

"Terus siapa yang jemput? Masa dianter rame rame baliknya sendirian? Miris"

"Mending gue balik sendiri daripada malu dikira supoter bola" sindirnya.

"Yee, emang apa yang salah sama suporter bola?" sahut Bambam tak terima.

"Ya itu rame rame kayak mau tawuran. Ah udah ah, gue ada kelas--"

"Hanbiin!" cowok itu menoleh dan menemukan Jennie dengan dandanan serba hitamnya berlari kecil menghampiri. Mantannya sewaktu SMP itu makin terlihat cantik disaat Hanbin kembali bertemu dengannya di depan gedung Seni saat OSPEK dua tahun yang lalu.

"Oy?"

"Nih surat dari bang Jaewon" Hanbin hanya membolak balik amplop putih itu sebelum mengembalikannya lagi pada Jennie.

"Kembaliin aja, gue gak mau jadi seme-annya. Gue straight, lurus terus menuju ke jalan yang benar"

Cewek berjaket kulit hitam itu berdecak dan memukulkan amplop putih itu ke jidat Hanbin. Matanya menatap Hanbin sebal, seolah ingin melemparkannya ke danau kampus sekarang juga kalau bisa.

"Ini surat undangan rabes, ketua BEM lo itu gak bisa dateng ke auditorium besok. Lo bisa kan gantiin dia?"

"Kok gue sih?!"

"Ya kan lo wakilnya! Goblok kok dipelihara" semprot sekretaris BEM Seni itu.

"Kan masih ada lo sama Eunha?"

"Bin, otak lo ketinggalan di Aussie apa gimana sih? Capek gue ngajak omongnya. Udahlah, pokoknya besok rabes di auditorium jam 4 sore!" Jennie melesakkan amplop putih itu ke saku bomber Hanbin dan pergi sebelum dirinya meledak karena emosi.

"Cih" bibir Hanbin menjadi 1cm lebih panjang yang menandakan bahwa dia sedang merajuk.

Bukannya bego atau gak tau menau tentang rapat besar yang rutin dihadiri seluruh perwakilan BEM setiap fakultas dua bulan sekali itu. Masalahnya, Hanbin lebih suka untuk maju mendemo student loan didepan rektorat daripada duduk tenang dan beradu argumen untuk memperebutkan uang PNBP. Karena hanya duduk diam dan mendengarkan kadang membuat otaknya berjalan jalan ke masa lalu.
(Fyi PNBP: uang dari penerimaan negara bukan pajak. Jadi kyk udah ada jatahnya sendiri2 per univ dan ntar dibagi ke fakultas sesuai kebutuhan)

Hanbin masih terus cemberut membaca isi amplop itu disaat suara tawa Bambam yang menggelegar lagi lagi mengguncang otaknya.

"Udah lah ikut sana, lagian lo aktivis huru hara mau aja dijadiin wakabem. Cawww Bellahh~~" cowok berambut merah muda itu meninggalkan Hanbin sambil tertawa setan.

"His untung kating, dasar bencong" gerutu Hanbin dan kembali menenteng gitar besarnya menuju kelas.

Di lain tempat, kamu sedang berdiri kikuk di depan kelas setelah memaparkan materi presentasi. Masih menunggu pertanyaan berturut-turut yang ditanyakan teman sekelasmu sampai selesai.

Hollow [Kim Hanbin iKON] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang