CHAPTER 01

88 13 0
                                    



Hai guys! Ketemu lagi sama gue si penulis amatiranJ disini, gue bakal ngasih cerita baru karya gue. Buat cerita ICE BOY sama DISTANCE OF LOVE, itu cerita masih lanjut kok...Ok sebelumnya gue minta maaf banget udah lama gak muncul soalnya kemarin kan ada ujian, so...gue harus fokus gitu. Dan khusus buat malem ini, gue udah nulis cerita baru buat kalian. Moga suka sama karya gue yang satu ini.Jangan lupa vomentnya ya gays! Ok lets read aja

Author POV

Dia berjalan menyelempangkan tasnya asal-asalan. Kancing baju seragam bagian atas, sengaja di bukanya. Dasi yang seharusnya di lingkarkan ke kerah baju, malah terikat di kepalanya. Ikat pinggang yang di pegangnya di sebelah tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang sebelah tali tas hitamnya. Bolos. Itu adalah kata yang tak asing lagi untuk cowok yang satu ini.

Namanya Kevin. Kevin reyjesson. Sudah tiga tahun dia seperti ini. Menghabiskan waktunya dengan semaunya tanpa ingin di ganggu orang lain. Dia berasal dari keluarga kaya. Ayahnya bahkan pemilik perusahaan terkenal dan memiliki saham terbesar. Ibunya seorang disaigner handal dan sudah membuka beberapa cabang butik. Hidupnya sangat jauh dari kata 'kekurangan' namun dia seakan merasa lebih kurang dari kata itu.

Dia berlari menyebrangi jalanan ramai yang sudah padat oleh beberapa kendaraan. Kakinya terus melangkah. Entah kemana dia akan berhenti. Hingga sepatu bermerk yang di kenakannya menginjak lumpur yang berada di sepanjang jalan kecil yang cukup sepi.

Tentu saja dia tidak sendiri. Dia selalu ditemani oleh temannya, dava dan reza. Mereka bertiga tak dapat di pisahkan oleh siapapun. Kini mereka akan ikut tawuran, menerima tantangan dari anak SMA Kencana.

"Yakin disini tempatnya?" Tanya dava. Karna tak ada siapapun di lorong buntu ini.

"Loe dapet chat, mereka bilang disini kan?" Tanya Kevin pada reza.

Reza mengangguk membenarkan.

Lalu Kevin duduk di atas tembok lorong dengan santainya. Menatap ke segala arah mencari sosok yang sudah berani menantang mereka.

"Udah di sini rupanya"

Kevin Dkk langsung menoleh ke asal suara. Itu dia orangnya! Bagas Dkk. Kevin turun dari duduknya dan menghampiri mereka dengan senyum miringnya. Di lemparnya tas sandang hitamnya itu ke tanah.

BBUUUKKKk!!!

Satu bogeman menghantam wajah bagas dengan kencangnya. Kevin menatap bengis kearah mereka. Matanya berapi-api menatap segerombolan anak SMA Power School.

"Berapa rupiah duit yang loe taruhin?" Tanya Kevin pada bagas yang sedang mengelap darah di bibirnya.

"700 ribu!" jawab bagas.

"Ok! Kita taruhin satu juta! Tapi setelah loe sama anjing-anjing loe ini habis, loe harus bilang sama orang satu sekolahan loe, kalau kita adalah orang yang paling jago diantara semua orang. Deal?" ujar Kevin.

"Deal!" balas bagas.

BBUUUKKk!!!

Lagi, Kevin menonjok muka bagas tanpa aba-aba lagi. Dan terjadilah suatu keributan antara mereka yang tak mau kalah satu sama lain. Dava dan reza menghabisi ke lima orang dari bagas, sedangkan Kevin? Dia yang mengurus ketua geng mereka. Bagas.

Kakinya terus melayang ringan seakan angin memihak padanya. Dia melayang dengan ringan, berlari dengan kencang, dan menghajar dengan cepat. Begitulah dia. Tak peduli dengan uang yang di pertaruhkan oleh orang itu. Bahkan dia mempertaruhkan satu juta untuk melawan mereka.

Tidak, dia tidak butuh uang. Yang dia lakukan saat ini, hanya kesenangan fisiknya. Dia juga tidak masalah jika satu jutanya menghilang begitu saja asalkan dia mendapat kesempatan untuk menghajar seseorang. Tak peduli seberapa sakit yang dilakukannya pada mereka. Yang dia tau, dia hanya merasa senang dan tenang. Karna dia, tak pernah merasa sakit yang dialami oleh orang, ataupun dirinya sendiri.

Dia tak tau apa itu sakit. Dan orang lain tak juga tau kalau dia tak bisa merasa sakit. Karna Kevin, tak akan pernah bisa lagi merasakan yang namanya 'sakit'. Yang dia tau, dia Cuma bisa merasakan 'rasa'. Ya. Di dalam hatinya.

***

Di lain tempat, seorang gadis yang sedang berbicara dengan gadis lainnya tertawa renyah di koridor sekolah yang sangat ramai seperti ini. Namanya Ina. Ndriana Alexa. Gadis periang yang baru pindah beberapa hari ini. Tubuhnya langsing, wajahnya tirus, kulit yang putih itu sangat serasi dengan rambut pirangnya yang panjang dan lurus. Tingginya pas, dan bukan berarti dia sangat cantik. Tidak, dia tak cantik. Hanya saja...dia terlihat manis dan menggemaskan.

"Eh ada paan tuh? Kok rame gitu?" Tanya nya pada tari temannya.

"Gak tau. Samperin yuk!" ajak tari yang langsung menarik tangan ina menghampiri kerumunan di tengah lapangan.

Mereka mencoba menyempil di antara siswa siswi yang sudah berada di sana. Hingga akhirnya mereka sampai di tengah kerumunan. Ina langsung meringis ketakutan melihat wajah ketiga cowok itu. Bawah mata yang membiru, ujung bibir yang berdarah, kening yang sedikit robek, dan kulit punggung tangan yang terkelupas dan berdarah.

Tapi ina lebih meringis saat melihat pipi sebelah kanan cowok itu yang sedikit teriris dan berdarah. Tiga orang, terluka dan kesakitan. Tapi tidak dengan satu cowok. dia terlihat santai dan biasa-biasa saja. Kening ina berlipat heran.

'Itu gak sakit? Kenapa biasa-biasa aja?' batinnya.

Diliriknya nametag yang berada di saku baju putihnya. Kevin Reyjesson.

"Itu kak Kevin! most wanted di SMA Trisakti! Jangan main-main sama dia" bisik tari.

Ina hanya menganggguk paham. Matanya masih melirik cowok itu. Diperhatikannya baik-baik dari atas hingga bawah. Benar, ina benar-benar yakin dia pantas mendapat gelar 'most wanted' seantero sekolahan. Penampilannya yang begitu jauh dari kata rapi, membuatnya yakin dengan gelarnya.


Gimana? suka gak? jangan lupa Vomentnya ya:) ok...see you next part!

VANA ILUSIONWhere stories live. Discover now