Kevin hanya tersenyum miring mendengar itu.
"Seenggaknya loe harus mikir mama papa yang udah cari duit mati-matian buat kita sekolah! Selama ini loe pernah bikin mama papa bangga? Gak kan? Loe kenapa sih lebih milih jalan hidup yang gak jelas?"
"Gak jelas? Loe bilang hidup gue gak jelas? Emang hidup loe udah jelas?" balas kevin.
"Sampai kapan loe bohongin diri loe sendiri? Sampai kapan loe harus pake topeng sok baik di hadapan semua orang? Loe pikir gue gak tau? Hah!?!" ujar kevin dengan nada yang cukup tinggi.
Ina terperanjat mendengar suara kevin yang begitu berat.
"Per...permisi?" ucap gadis itu sedikit kikuk.
Sontak kedua kakak beradik itu langsung menoleh ke asal suara. Ina yang di lihat begitu, menundukkan kepalanya karna takut mengganggu.
"Eh, loe Alexa kan? Ayo silahkan duduk" ujar vino dengan suara lembutnya.
Kevin yang mendengar itu hanya tersenyum miring meremehkan vino yang mulai sok sopan dan teladan.
Ina manut dan langsung duduk di samping kevin yang sedang duduk dengan kaki yang terangkat di atas meja.
"Udah kan? Gue mau ke kelas" ucap kevin yang sudah beranjak dari duduknya.
"Gue belum selesai!" seru vino.
Kevin menghentikan langkahnya.
"Duduk!" titah vino.
Kevin tersenyum samar lalu berbalik ke posisi sebelumnya. Duduk di sebelah ina yang sedang menunduk. Di angkatnya keki kanannya ke atas meja kaca yang ada di hadapan sofa itu.
Vino hanya menatap kelakuan adiknya itu dengan geleng-geleng kepala. Barulah ia beralih menatap ina yang di panggilnya beberapa menit lalu.
"Ok, nama kamu alexa kan?" tanya vino berbasa-basi.
"Iya. Tapi biasa di panggil Ina kak" jawab ina dengan nada sesopan-sopan mungkin.
"Uumm ina, inii gue dapet tugas dari kepsek buat nyusun data murid kelas 11-12, Cuma elo aja yang belum soalnya kita gak punya akte sama KK loe" jelas vino panjang lebar.
"Loh, bukannya pas daftar sekolah, pake KK sama Akte ya kak? Perasaan, kemarin pas ina mau daftar sekolah, semuanya udah di kumpul deh" ucap ina.
"Iya, tapi masalahnya...berkas-berkas yang isinya data anak baru, udah di pisahin keruang kepsek. Dan masalahnya lagi, pak kepsek malah salah buang sampah kedalam tong depan ruangan..."
"Hah!?! Kok malah kebuang sih?" tanya ina dengan ekspresi menahan tawa.
"Hahaha! Biasalah..."
"Itu tandanya tuh kepsek udah lansia! Mata rabun malah sok-sok beres ruangan..." celetuk kevin.
Vino dan ina sontak langsung menoleh kearahnya. Vino tak percaya dengan yang tadi. Beru kali ini, dia mendengar suara kevin merespon cerita orang. Itu...benar-benar langka!
"Ehhem!" kevin berdehem dan menatap pokus layar ponselnya.
"Yaudah, besok tolong bawain ya Akte sama KK. Dan satu lagi, loe harus isi data diri loe dulu" ucap vino.
"Kertasnya mana ya?" gumamnya.
"Tunggu bentar ya, gue cari dulu!" ucapnya pada ina.
Ina mengangguk dan melihat sekeliling ruangan osis yang baru kali ini dimasukinya. Lalu tatapannya beralih pada kevin yang sedang antusias memainkan handphonenya. Ditatapnya wajah cowok itu lekat-lekat. Memastikan perkataan tari apakah benar kevin dan vino itu kembar atau tidak.
Kening ina berkerut. Wajah kevin tak bisa dikenali. Mukanya yang banyak bekas luka, lebam di bawah mata kirinya, ujung bibir yang masih sedikit berdarah, dan keningnya yang teriris sesuatu seperti...pisau lipat? Ya! Ina yakin itu!
"Tunggu disini bentar ya!" ujar vino yang sudah berada di hadapannya.
Ina langsung terperanjat dan mengerutkan keningnya.
"Gue mau ke ruang kepsek dulu ngambil kertas data siswa. Soalnya gue lupa narokin dimana" jelas vino.
Ina manut dan mengangguk perlahan. Lalu vino langsung melesat keluar dari ruangan itu. Sepeninggal vino, ina kembali memperhatikan kevin dengan seksama.
'Mukanya sama lah...Cuma karna si kevin banyak luka doang...' batinnya.
"Gak usah liat gue gitu" ujar kevin yang tak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Ina membelalak. Lalu mengalihkan pandangannya kearah poto yang berjejer rapi di dinding dekat kursi ketua osis. Dia bisa menebak itu. Itu pasti poto ketua osis dari jaman-jaman dulu sampai ketua osis yang sekarang. Pikirnya. Lalu dia kembali melirik wajah kevin. Ntah kenapa, matanya tak bisa beralih dari cowok itu.
"Itu gak sakit?" tanya ina perlahan.
Kevin menoleh dan hanya diam.
"Itu...kena pisau lipat ya?" tanya ina lagi menunjuk irisan yang ada di keningnya.
"Hm" jawab kevin singkat. Lalu kembali sibuk dengan handphone nya.
"Itu kalo gak di kasih betadin, bisa kena infeksi loh..." ucap ina.
Kevin hanya diam.
"Kalo gak mau pake betadin, dibersihin pake alkohol juga gapapa" lanjut ina.
Lagi, kevin tak menggubris.
"Bibir loe juga! Kalo minum, rasanya perih kan? Gue udah pernah ngerasa gitu! Pas gue sariawan sih...Oh iya! Loe bisa minum pake sedotan kok. Biar airnya gak kena bibir. Itu lebam di bawah mata loe, pasti sakit banget kan? Hmm...kalo itu sih, gue gak punya saran yang bagus." Celoteh ina.
Kevin hanya mendengar tanpa merespon. Sakit? Tau dari mana? Pikir kevin.
"Uuum...btw...loe kenapa di panggil kesini?" tanya ina.
Tak ada jawaban dari kevin.
"Mau isi data siswa juga ya?" tanya nya lagi.
Kevin menoleh dan meletakkan ponselnya di atas meja. Diturunkannya kaki kebawah lalu menatap ina lekat-lekat.
"Gue kesini...mau abisin loe" bisik kevin dengan senyum miringnya.
Ina hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Lalu mengalihkan matanya dari kevin dan bergeser sedikit dari cowok itu.
"Hh. Takut? Makanya...jangan sok akrab. Harusnya loe diem aja. Kalo perlu loe keluar dari sini supaya gue gak macem-macem sama loe! Eh ternyata pikiran loe Cuma ngarah ke yang positif" ujar kevin. Lalu dia sedikit lebih bergeser ke dekat ina lalu berbisik.
"Ingat...kita Cuma berdua disini" bisik kevin.
Ina langsung bangkit dari duduknya dan menatap kevin tajam.
"Ckckck" decak kevin dan kembali meraih handphonennya dan mengabaikan aksi ina yang terperanjat tak percaya.
Kkreeekk!!!

YOU ARE READING
VANA ILUSION
RomanceKamu, adalah alasan ku untuk hidup ~Baca aja dulu...ntar suka😁~