CHAPTER 05

29 11 0
                                    


Kevin berjalan memasuki rumahnya dengan malas. Dia malas jika harus bertemu dengan vino. Dan dia, juga malas jika harus menatap wajah-wajah asisten rumah tangganya yang menatapnya dengan tatapan kasihan.

Dia tak butuh belas kasihan. Yang dia butuhkan sekarang adalah kasih sayang dari orang tuanya. Di bantingnya pintu kamar dengan sekencang-kencangnya. Semua penghuni rumah menatap kamar bagian atas dengan ekspresi cemas.

Selalu begitu, jika tuan muda mereka pulang kerumah, pasti ada saja yang di buatnya hancur. Kemarin, vas bunga milik elena (pemilik rumah itu dan mamanya kevin dan vino) pecah di lempar kevin karna wanita itu tak bias menemuinya. Padahal itu vas kesayangan elena yang di beli di spanyol.

Kevin merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu. Tatapannya kosong. Pikirannya melayang-layang.

Tok tok tok!!!

Pintu kamarnya di ketuk seseorang dari luar. Kevin tak menggubris. Dia tak mempedulikan siapa itu.

Tok tok tok!!!

Lagi, kevin tak peduli.

Tok tok tok!!!

"Berisik!!!!" teriak kevin.

Dia sudah bangkit dari posisinya. Namun tak bangkit berniat membuka pintu itu.

"Maaf tuan, makan malam sudah siap. Tuan vino sudah mengunggu di bawah" ucap seorang asisten rumah tangganya.

Makan malam? Ya, hari memang sudah malam. Dan kevin memang selalu pulang malam.

"Tuan?"

Kevin menggeram kesal, lalu bangkit dari ranjangnya dan berjalan ke pintu kamar. Di bukanya pintu itu dan menatap seorang wanita yang kira-kira berumur 40-an.

"Bilang sama vino, gua udah makan di luar. Jadi jangan sok care" ucap kevin dengan nada ketus.

GGAARR!!!

Lagi, kevin membanting pintu kamarnya.

Wanita itu terperanjat. Lalu menatap pintu itu dengan sia-sia. Lalu berjalan pelan menuruni tangga yang memiliki berpuluh-puluh anak tangga. Hingga langkah wanita itu sampai di lantai dasar.

Semua orang menatap wanita itu meminta jawaban. Lagi, mereka mendapatkan tatapan hampa dan gelengan kepala.

"Sudahlah. Tuan muda tak akan mungkin mau memakan makanan di rumah ini" ucap lelaki paruh baya yang sepertinya salah satu pekerja di rumah itu.

Vino yang sedang duduk di ruang makan, menoleh ke arah pelayan yang baru datang. Pelayan itu menggeleng lemah ke arahnya. Ya, dia tau itu, kevin tak akan mau makan di rumah ini.

***

Pagi ini, kevin berangkat ke sekolah dengan sangat pagi. Ralat, nyatanya, cowok itu selalu keluar rumah pagi-pagi dan pulang ke rumah malam-malam. Alasannya, dia tak mau bertemu dengan vino.

Jam baru menunjukkan pukul 4 pagi. Matahari belum mau menampakkan diri sepagi ini. Tapi dia tak peduli, dan langsung melangkah keluar dari rumah besar itu sebelum ada yang dilihatnya. Dia malas bertatap muka dengan penghuni rumah yang selalu memandangnya dengan tatapan yang tak di sukainya. Dia benci semua orang yang ada disana.

***

Vino keluar dari kamarnya dan menatap ke atas. Ya, kamar kevin berada di lantai tiga. Sedangkan kamarnya di lantai dua. Dia tak menemukan kevin, bahkan suara dari atas saja sudah tak ada. Dia tau itu. Kevin pasti sudah pergi dari jam 4 pagi tadi. Selalu, adiknya itu tak pernah mau pergi bersama ke sekolah. Dia tidak tau kemana si kevin pergi pagi-pagi buta seperti itu. Gerbang sekolah tak akan buka jam segitu.

Tanpa pikir panjang, dia pergi ke ruang makan dengan seragam sekolahnya. Tak ketinggalan almamater biru yang selalu di kenakannya sebagai tanda bahwa dia ketua Osis di sekolah.

"Selamat pagi tuan..." sapa semua pelayan yang sudah berbaris di samping meja makan.

"Hm. Selamat pagi" balas nya.

***

Di sisi lain, kevin yang sedang berada di warnet, melirik jam di lengan kirinya. 07:12. Sudah lewat 12 menit, barulah dia keluar dari sana dan memacu motornya menuju sekolah.

Sampainya di sekolah, sudah di pastikan gerbang sudah tutup. Pak satpam yang sedang duduk bersandar di kursi posnya, terlihat sedang tertidur lelap. Kevin berdecak kesal. Dengan malas di bukanya gerbang itu dan kembali ke motornya. Menghidup moge itu dan melaju menuju parkiran sekolah. Tak ada yang tau itu karna semua murid sudah berada di dalam kelas. Dan pak satpam juga sedang tidur di pos.

Selalu begitu, gerbang sekolah selalu tertutup tanpa di kunci. Sehingga memudahkan kevin masuk begitu saja. Itu sudah kebiasaan pak satpam. Dan itu hanya di ketahui oleh kevin.

Di parkirnya moge itu di tempat biasa. Saat melepaskan helm, matanya mendapati vino. Lagi.

"Dari mana aja loe?" tanya vino.

Kevin tak menggubris. Melainkan dia menyandang tas nya asal-asalan dan berjalan santai menuju koridor. Vino mengejarnya.

"Selalu gini! Loe pergi dari rumah jam 4 pagi dan loe kesekolah jam 7 lewat!" omel vino."selama 3 jam loe ada dimana?" tanya nya.

Kevin hanya diam.

"Loe kapan mau berubah? Mama sama papa tuh capek sama tingkah laku loe yang gak jelas!"

Langkah kevin terhenti. Lalu dia berbalik, menatap vino yang juga sedang menatapnya.

"Mereka peduli apa? Emang loe pernah liat mereka datang ke sekolah buat gue?" tanya kevin.

"Nggak kan? Jadi loe jangan sok tau" lanjutnya dan berbalik lagi, berjalan meninggalkan vino di ujung koridor yang sepi.

Vino hanya menatapnya. Hingga punggung itu menghilang di balik dinding koridor.

odXH

VANA ILUSIONWhere stories live. Discover now