Kevin berjalan di sepanjang koridor yang begitu ramai. Semua orang menatapnya dengan bermacam pandangan. Dia tak suka dengan itu. Sengaja, di ambilnya jalan belakang menuju gedung IPA di koridor belakang yang cukup sepi.
Ada yang di carinya disana. Kini dia hanya sendiri, tak ada dava bahkan reza yang biasanya selalu mengikutinya kemana-mana. Sampai akhirnya langkah kaki itu berhenti di depan pintu berwarna coklat bertuliskan IPA I di atasnya. Tanpa pikir panjang, langsung di tendangnya pintu itu.
BRAKK!!!
Sontak, seluruh penghuni kelas langsung menoleh ke asal suara. Kevin sudah berdiri di sana. Mata tajamnya menatap kesegala penjuru arah hingga akhirnya pandangan nanar itu berhenti pada satu titik yang duduk paling pojok. Dengan langkah besar, kevin langsung menghampirinya.
BUUKKK!!!
Tangan cowok itu spontan menonjok wajah cowok itu. Dimas Anggara.
"Aaaaa!!!" teriak para siswi yang kaget dengan aksi kevin.
Di tariknya kerah baju Dimas dengan tatapan emosi dan tangannya yang sudah mengepal erat.
"Loe!!! Loe apain temen-temen gue?!!" tanya kevin dengan nada tinggi.
"Apa? Loe nyalahin gue?" balas Dimas balik bertanya.
"Loe apain temen gue sampe mereka di keluarin!?! Bangsat!!!" bentak kevin.
Dimas tersenyum miring. Mengelap ujung bibirnya yang sudah berdarah.
"Loe bilang itu temen loe? Sedangkan loe gak tau apa yang mereka lakuin selama ini? Loe masih ngaku temen?" ucap dimas dengan nada datarnya yang meremehkan.
BUKK!!!
Lagi, kevin memberinya bogeman keras.
"Loe apain temen gua!?! Hah? LOE APAIN!!?!" teriak kevin tepat dihadapannya dan menarik kerah baju dimas dengan kasar.
"Temen loe nyabu!!! Mereka pecandu narkoba!!!" jawab dimas dengan nada tinggi dan menyingkirkan tangan kevin dari kerah bajunya.
Kevin tersentak dan hanya diam. Menatap lantai keramik yang begitu mengkilap seakan lantai itu lebih menarik dari apapun saat ini.
"Gue tau kalian tawuran sama anak SMA kencana dan kalian bakalan dapet duit tawuran. Tapi loe Cuma ngasih ke temen-temen loe duit itu. Iya kan? Selama ini loe gak pernah tau mereka gunain apa duit tawuran. Mereka beli sabu! Nge Vape, ngerokok, dan bahkan narkoba!!! Loe gak tau kan?" ucap dimas.
Kevin hanya diam mencerna setiap kalimat yang di ucapkan oleh dimas.
"Atau loe juga gitu?" sindir dimas dengan senyum miringnya.
Kevin mendongak dan menatap dimas dengan bengis.
"Loe juga pecandu?" sindir dimas lagi.
BUKK!!!
Kevin meninju perutnya.
"Jaga mulut loe!" seru kevin.
"Kenapa? Gue bener kan?"
"ANJING!!!" kevin menendang meja yang ada disana.
Siswi di kelas itu berteriak histeris.
"Sekali lagi loe ngomong, gue robek mulut loe!" ujar kevin dan langsung meninggalkan tempat itu dengan membanting pintu kelas.
Vino yang berada di sana, hanya menatap apa yang dilakukan adiknya. Awalnya, dia kaget melihat kevin yang tiba-tiba menggebrak pintu kelasnya. Dia hanya bisa melihat jika tak ingin terlibat dengan kevin. Dia memang kakanya. Tapi dia merasa kevin bukan adiknya karna dia malu memiliki adik seperti kevin. Kevin yang sekarang, bukanlah kevin yang dulu. Ya, kevin yang dulu adiknya, kini malah seperti monster yang bengis setelah kejadian itu.
Setelah keluar dari kelas IPA I, dia hanya duduk menyendiri di taman belakang sekolah. Dia kesepian, tak ada lagi orang yang mau bergaul dengannya. Dava. Reza, sudah tak ada lagi bersamanya. Kini dia benar-benar sendiri. Dia baru tau kalau teman-temannya seperti itu. Mereka pecandu. Tapi tidak dengannya. Dia bahkan tak pernah merokok. Dia benci asap, dan tak suka bau obat-obatan. Senakal-nakal apapun dia, bibirnya sama sekali belum pernah menyentuh pangkal rokok yang terasa manis itu.
***
Disisi lain, ina beru saja keluar dari toilet. Saat berjalan membeloki koridor, dia hampir saja menabrak seseorang.
"Aahh sorry kak" ucap ina.
"Iya gapapa. Loe gak masuk? Udah bel" ucap cowok itu.
"Iya kak, ini mau ke kelas" jawab ina. Matanya melirik name tag di dada cowok itu. Kelvino reyyjesson.
'Ooo jadi ini si ketos cogan itu...' batinnya. Di tatapnya wajah tampan itu.
'Kok kayak pernah liat ya?'
"3 menit lagi jam pelajaran. Mending loe masuk sebelum di hukum" ucap vino.
"Ah, iya kak...permisi..." ucap ina dan langsung ngacir.
Dia berlari kencang menuju kelasnya yang berada di depan lapangan yang lumayan luas. Dengan langkah kaki yang cukup besar, dia melangkah masuk ke kelasnya. Gadis itu menghembuskan nafas lega. Untung saja guru belum masuk.
"Tar! Tadi gue ketemu kak vino!" ucap ina yang sudah ambil posisi duduk di samping tari yang sedang merecoki ponselnya.
"Truuz?" respon tari tanpa menoleh.
"Tapi kok gue ngerasa familiar banget ya, sama mukanya? Kayak udah pernah liat gitu...padahal kan gue baru ketemu tadi" ucap ina dengan kening berkerut.
"Familiar gimana maksud loe?" tanya tari masih sibuk dengan ponselnya.
"Yaa...kayak udah pernah liat gituuuu"
"Mungkin loe sering liat di sosmed"
"Mungkinlah. Tapi kok kayaknya nggak ya?"
YOU ARE READING
VANA ILUSION
RomanceKamu, adalah alasan ku untuk hidup ~Baca aja dulu...ntar suka😁~