Ina POV
Sehabis olahraga keliling komplek, gue langsung balik dan sekarang posisi gue lagi di bagasi rumah. Gue letakin sepeda gue dan langsung jalan masuk ke rumah. Gue lirik jam tangan gue, udah jam 10:23 dan gue langsung ke dalem. Langkah gue langsung terhenti karna gue liat si Rian yang lagi berdiri di hadapan papa gue yang lagi duduk di sofa sambil natap adek gue itu. Gue yakin, papa pasti pulang buru-buru dari kantor ke sini karna baju jas papa gue yang masih rapi.
"Loh? Rian? Kok ada disini? Bukannya loe belom libur ya?" tanya gue langsung dan duduk di samping mama gue yang masih pake celemek dan itu udah pasti mama gue abis dari restoran.
Gue tatap tuh muka si rian yang di tekuk. Gue heran, bukannya gak suka kalo rian ada disini...masalahnya, adek gue ini kan sekolahnya di Amrik dan gue bingung kenapa dia ada di indo.
"Kapan loe balik? Kok gak ngasih kabar?" tanya gue sumringah karna sekarang gue bener-bener kangen sama tuh cunguk.
"Adik kamu ini kabur dari sekolah! Bisa-bisanya kamu pulang ke indo! Kenapa?" tanya papa dengan nada emosinya.
Gue lirik si Rian yang kesal.
"Rian gak mau sekolah disana pah!" ucap rian.
"Apa kata mu!?!" papa bangkit dan hendak mukul rian. Tapi langsung gue tahan tangan bokap gue.
"Pah...tenang paaa" ucap gue.
Papa ngelirik gue dan langsung ngelepas tangan gue di lengannya. Tanpa gue sadar, papa langsung ninggalin kita dan deru mobilnya terdengar di ujung jalan sana.
"Bisa-bisa nya kamu pulang? Gimana sekolah kamu ian?!? Mau jadi apa kamu!?!" mama mukul-mukul rian.
Sedangkan si kunyuk itu Cuma bisa mengerang sambil ngehindar.
"Kan udah ian bilang! Ian gak pernah mau sekolah di Amrik!" seru rian.
"Setidaknya kamu bisa jadi insinyur nantinya!" teriak mama yang masih memukul rian.
"Akh!!! Ma sakit ma!!! Kak inemmm tolongin gue kakkk! Help meeeeee!!!"
Gue berdecak malas karna sekarang si rian malah ngumpet di balik punggung gue.
"Udahhh lah maa mama balik aja ke restoran. Biar ina yang urus anak mama yang satu ini" ucap gue.
Mama berhenti mukul rian dan mengangguk membenarkan. Lalu pergi setelah memberikan tatapan mematikannya pada rian.
***
Author POV
Ina memandang wajah adik nya yang sedang memakan jajanannya yang berada di lemari penyimpanannya.
"Sekarang, ceritain kenapa loe balik ke sini tanpa kabar dan kenapa loe gak mau lagi sekolah di AS, kenapa juga loe mesti balik? Dan lagi, kenapa loe buka-buka jajanan gue tanpa minta ijin?" segudang pertanyaan meluncur begitu saja dari mulut ina.
" Yaaelah... biasa aja kali!" celetuk rian dan mengunyah Qitela.
"Ok, loe Cuma perlu ngejelasin kenapa loe sekarang ada disini?"
Rian langsung duduk di hadapan ina yang sedang menatapnya intens. Di pegangnya kedua bahu kakaknya itu.
"Kak...gue sebenarnya gak suka sekolah di AS! Gue dikucilkan karna gak lancar bahasa inggris! Gue streess!!! Dan gue di pandang turisssss" teriaknya sok dramatis.
Ina melepasnya tangan adiknya dari bahunya.
"Terus? Apa rencana loe sekarang? gue harap loe gak ada niatan buat nganggur seumur hidup loe" ucap ina.
"Rencana? Gue berencana buat ngelanjutin sekolah gue Di SMA Trisakti" ucap rian dengan nada angkuhnya.
"Excuse me? Helloo my brother!!! Loe pikir dengan keadaan loe sekarang, loe bisa lanjut sekolah? Loe pikir papa bakal mau ngejamin materi loe? Nyambung sekolah juga butuh duiittt cuii!" ledek ina.
"Masalah duit? Gue gak butuh duit orang tua!" seru Rian.
Ina melongo menatap adiknya itu. Gak butuh duit orang tua? Ah...yang benar saja!
"Gue rasa loe udah mulai gilaaa" lirih ina menatap sedih adiknya yang malang.
PLETAKk!!!
"Aaoucch! Sakiit bego!!!" ringis ina karna satu jitakan mendarat mulus di kepalanya.
"Loe pikir gue orang miskin? Nih, liat!" rian membuka tas ranselnya.
"WHATT!!?!?!" mata ina nyaris keluar dari tempatnya saat melihat tas rian berisi uang dolar yang begitu banyak.
Rian yang melihat aksi berlebihan kakaknya, hanya mampu mengangkat dagu dengan tinggi-tinggi sambil tersenyum miring.
"LOE ABIS NGERAMPOK BANG AMRIK!?!?" teriak ina.
"Sembarangan!!!" celetuk rian yang langsung memeluk tas ranselnya karna ina yang sedari tadi ingin menyentuh uang-uang dolarnya.
"Rian...." ina menatap adiknya dramatis. "Ceritain ke gue...apa yang loe lakuin...dan gue harap...selama di AS...loe gak jual diri ke om-om bule kan??"
"Stupid! Gue laki-laki, bego!"
"Hah? Wah...loe...loe harus cerita ke gue se-detil mungkin!!!" ucap ina sambil memegang kedua bahu adiknya.
Rian tersenyum miring dan melepaskan cengkeraman kakaknya itu.
"Ini semuaaaa duit yang papa kirim selama satu tahuun" ucapnya dengan angkuh.
"Maksudnya? Gue gak ngerti" ucap ina dengan tampang polosnya.
"Ck!" rian berdecak kesal. "Ini semuaaaa uang yang papa and mama kirim selama gue ada di AS. Gak usah motong dulu karna gue bakal jelasin se-detil mungkin!"
Ina mengangguk-angguk paham dan menatap si rian seakan murid yang sedang mendengar gurunya menjelaskan peajaran.
"Selama sekolah di Amrik, gue tuh kayak orang yang berpenyakit sosial karna gue gak begitu lancar bahasa inggris. Tiap hari papa ngirim duit ke rekening gue, dan gue simpen terus karna gue sulit belanja kemana-mana" ucap rian.
"Kenapa?" potong ina.
"Jangan bikin gue ngulangin kalimat kalo gue gak lancar bahasa inggris!" jawab rian sinis. Ina hanya cengengesan. "Dan selama di AS, gue Cuma makan roti isi yang gue pesen sama temen gue. Loe gak tau seberapa menderitanya gue disana...loe tau?"
Ina menggeleng.
"Kan! Loe gak tau! Dan karna itu, gue gesek terus ATM gue dan gue simpan. Dan inilah hasilnya!!!" seru rianmenunjukkan dolar-dolarnya.
"Ok. Gue paham, dan sekarang gue mau ngasih tau sama loe kalau elo gak bisa lanjut ke SMA Trisakti karena SMA itu berada jauh dari sini. Jadi? Gue saranin loe masuk ke SMA yang ada di seberang jalan perempatan depan komleks sebelah"
"No Way!!! Thas school not my type!" balas rian.
Ina mencibir 'Sok-sok inggris loe!' batinnya.
"Yaudah, itu mah serah lo!" ina langsung baring di ranjangnya.
"Mending loe balik ke kamar loe! Gue gak suka ada orang yang liat gue tiduran" ucapnya.
Rian langsung bangkit dan keluar dari kamar ina.
"Oh my room!!! I miss youuuu!!!" teriaknya.
"Berisik!!!" teriak ina dari dalam kamar.
YOU ARE READING
VANA ILUSION
RomanceKamu, adalah alasan ku untuk hidup ~Baca aja dulu...ntar suka😁~