Chapter 11

23 12 0
                                    

Hai guys! come back lagi sama gue si penulis amatiran:)

sorry updatenya agak lamaan karna sekarang gue lagi ujian UN di sekolah gue...dan sorry juga buat cerita ICE BOY nya agak lamaan karna gue lagi semangat banget buat lanjutin VANA ILUSION. ok next read aja ya guys! jangan lupa buat di komen sama vote ya! biar gue tambah semangat lanjutinnya.


Kkreeekk!!!

Pintu ruangan terbuka dan muncul lah vino yang membawa beberapa lembar kertas.

"Ini. Loe isi ya!" kata vino memberikan kertas itu pada ina.

Ina mengambilnya dan mengangguk. Lalu kembali duduk di sofa itu lagi. dengan cepat di isinya semua data-data itu sebelum kevin keluar duluan dan menunggunya di suatu tempat dan menariknya, dan...Akh!!! lupakan!

"Ini kak. Udah selesai" ucap ina yang langsung memberikanya pada vino yang sedang mengetik sesuatu di komputernya.

"Oh, ok thanks...loe boleh ke kelas sekarang" balas vino dan mengambil alih kertas itu.

"Loe juga" lanjutnya pada kevin.

Kevin langsung bangkit dan memasukkan ponselnya ke saku celana. Ina yang melihat itu, dengan secepat kilat membuka pintu ruangan dan langsung berlari keluar ke arah kelasnya karna takut dengan kevin yang sudah mengatakan hal-hal yang aneh padanya tadi. Ina takut itu.

Kevin yang melihat tingkah gadis itu yang berlari tunggang langgang, menggeleng kepalanya dengan senyum geli.

***

Ina menggeleng-geleng kepalanya sekencang kencang mungkin. Dia tak boleh memikirkan yang tadi. Tidak boleh!

"Kenapa loe?" tanya tari yang sedari tadi memperhatikannya.

"Hah? Ah gapapa" jawab ina.

"Yaudah. Gue pulang duluan ya. Daah!" tari langsung melesat keluar kelas.

Jam pulang sudah lewqat 7 menit yang lalu. Ina mengemasi barang-banrangnya dan langsung keluar kelas setelah pasti tak ada lagi barang yang tertinggal.

Disisi lain, kevin berjalan menelusuri lorong yang cukup panjang di sini. Dia sedang berada di Lapas. Mencari sosok temannya di setiap sel yang berjeruji besi. Hingga akhirnya kakinya berhenti melangkah di depan sel yang berada di sebelah kiri.

Disana ada dava dan reza yang sudah babak belur. Matanya menatap mereka dengan tatapan nanar. Dia tak tau apa yang harus dikatakannya. Kalian pasti bertanya kenapa kevin bisa langsung menemui mereka di jeruji besi iu tanpa harus menunggu di ruang kunjungan yang di batasi kaca tebal antara tahanan dan pengunjung. Tak ada yang tak bisa dilakukan kevin. Dia selalu bisa melakukan segalanya. Ya, siapa yang berani menghalangi orang yang punya jabatan di atas jabatan? Jangan lupa kalo kevin adalah anak dari seorang pengusaha terbesar di seluruh kota.

"Vin...tolongin kita vin...please tolongin kita..." mohon reza yang menatapnya di balik sel.

Kevin hanya bungkam. Dia hanya bisa menatap teman-temannya dengan tatapan nanar. Kali ini, dia tak akan membantu mereka.

"Vin...kita minta maaf sama loe vin...tolong bebasin kita dari sini..." ucap dava.

Kevin tersenyum miris.

"Seharusnya gue yang minta maaf. Sorry sebab selama ini gue ngasih duit tawuran Cuma bikin kalian kayak gini. Gue sebegai teman seharusnya tau semuanya. Ternyata gue bukan temen kalian" ucap kevin lirih.

"Gak vin! Loe gak salah! Kita yang salah vin. Kita minta maaf...vin tolong keluarin kita dari sini" ucap dava.

"Sorry" balas kevin dan langsung berbalik pergi meninggalkan tempat itu dengan mata yang memerah.

VANA ILUSIONWhere stories live. Discover now