Chapter 03

39 10 0
                                    


Author POV

Ina tak konsentrasi saat ini. Dia takut!!! Ya, gadis itu benar-benar takut! Bagaimana jika nanti si cowok yang bernama Kevin itu menemuinya?

"Kenapa loe?" Tanya tari yang duduk di sebelahnya.

"Ha? Ah...gak..."

Hening, hanya terdengar suara guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Ina melirik temannya itu sekilas. Lalu dia mengubah posisinya menghadap kearahnya.

"Ri!" panggilnya sedikit pelan, karna takut di dengar oleh guru dan teman-teman sekelasnya.

"Hm" balas tari.

"Uum...kevin itu kelas berapa sih?" Tanya ina dengan raut yang penasaran.

Mendengar itu, tari langsung terkesiap.

"Sssttt loe gak boleh nyebut namanya kayak gitu!" seru tari sedikit berbisik.

"Loh, emang kenapa? Nama dia kan Kevin" ujar ina.

"Ya elo gak boleh ngomong gitu! Loe harus panggil dia kak Kevin! kalo elo bilang gitu, gimana kalo ntar ada yang denger? Kalo mereka ngasih tau ke kak Kevin, loe bisa abis di tangan dia!" ucap tari antusias.

"Ck! Emang kenapa sih? Dia kan Cuma bad boy di sini!" celetuk ina.

"Ssstt! Jaga mulut loe!"

Ina mencibir.

Dia kembali mengubah posisinya kearah depan. Dia menyesal harus berbicara dengan tari. Tunggu dulu! Bukannya tadi dia berniat untuk bertanya?

Ina mengubah posisinya lagi. Menghadap ke arah tari.

"Emang dia kelas berapa?" Tanya ina.

"Dia siapa maksud loe?" Tanya tari, mencoba ingin tahu apakah ina masih menyebuutnya Kevin atau kak Kevin.

"Ehhem! Itu...si kak Kevin" ucap ina.

"Hh! Kenapa emang? Mau loe gebet?" selidik tari.

"Gebet? Boleh juga" jawab ina dengan senyum jahilnya.

"Sadar woi!!! Sadar!!!"

"Itu yang disana!!! Kalo gak mau belajar, lebih baik keluar!" seru sang guru.

Ina dan tari langsung menunduk.

Lima detik kemudian, barulah mereka saling lirik. Masih dengan posisi menunduk.

"Elo sih! Treak-treak!" tuding ina.

"Yang ada elo! Mimpi mau ngebet kak Kevin" ledek tari.

Mulut bagian atas ina naik sebelah.

"Dia kelas berapa?" Tanya ina.

"XII IPS 5" jawab tari.

***

Kevin terdiam menatap vino yang sedang memperhatikannya di samping pak kepsek yang duduk di kursi putarnya. Kini hanya dia sendiri yang di interogasi. Karna dava dan reza di suruh keluar 15 menit yang lalu.

"Saya heran sama kamu! Sudah berapa lama kamu seperti ini? 3 tahun! Masih tidak terlihat perubahan di diri kamu, Kevin!" pak kepsek memulai ceramahnya.

"Coba kamu lihat si vino! Jauh beda! Seharusnya kamu mengikuti perilaku kakak kamu. Sudah pintar, disiplin, rapi lagi! Coba kamu bandingkan. Ckckckck...wajah kalian saja sudah tak bisa di samakan lagi karna luka-luka yang ada di wajah kamu! Apa kamu tidak malu di banding-bandingkan? Hah?!" lanjut pak kepsek.

Kevin hanya diam menatap kembarannya yang juga menatapnya datar.

"Saya ingin tau. Apa mau kamu sebenarnya? Sampai kamu setiap hari bikin ulah?" Tanya pak kepsek.

Kevin menoleh. Lalu tersenyum miring kearah lelaki paruh baya itu.

"Kasih saya surat panggilan orang tua pak. Biar orang tua saya datang kesini" ucapnya.

"Wah wah wah...selalu itu yang kamu inginkan. Setiap saya kasih kamu surat panggilan orang tua, orang tua kamu tak pernah datang ke sekolah. Bagaimana kamu ini? Atau surat ini langsung kamu buang ke tong sampah?!" tuding pak kepsek.

Kevin hanya diam. Dia mengalihkan pandangannya kearah vino.

"Hufp! Sudah lah! Saya capek menasehati kamu, Kevin" ujar pak kepsek.

"Vino, kamu urus siswa yang selalu buat onar ini" ucapnya pada vino.

"Baik pak"

n><>

VANA ILUSIONWhere stories live. Discover now