Chapter 26

24 8 0
                                    

 "selamat pagi semuanya!"

"Pagi!!!"

"Hari ini kita kedatangan dua teman baru. Yo silahkan perkenalkan diri kalian" buk yesi duduk di bangkunya sambil memperhatikan murid-muridnya yang sedang sibuk berbisik-bisik melihat 2 anak baru yang berada di depan.

"Hello! Perkenalkan nama saya Ceciliya Yolanda Agustin. Biasa di panggil ola. Salam kenal"

"Salam kenall!!!" balas penghui kelas.

"Hello guys! I'm rian. Rian Anderson, i'm from in America and I'm is Big brother of Ndriana Alexa" ucap rian sambil menunjuk ke arah ina yang sedang tercengang. "Nice to meet you guys!" lanjut rian.

"Nice to meet you too!!!" balas penghuni kelas.

"Ok baiklah rian, ola, kalian boleh duduk di kursi yang kosong" ucap buk yesi.

Setelah semuanya sudah sedikit tenang, akhirnya proses belajar mengajarpun berlangsung walaupun ada beberapa bisikan-bisikan dari para siswa/siswi.

"Hai bro!" sapa rian pada kevin yang sedang memainkan ponselnya di bawah meja.

"Hai" balas kevin.

"Haii inem" sapa rian pada ina yang hanya di balas putaran mata oleh kakaknya itu.

"Eh anak baru! Loe pindahan dari mana sih?" tanya tasya pada ola yang ternyata duduk di seberang bangkunya.

"Ola pindahan dari bandungJ" jawab ola.

"Busett anak mama nih kayaknya na!" bisik tasya pada ina yang hanya dibalas anggukan oleh temannya itu. Ina sibuk dengan mencatat tulisan yang berada di papan tulis ke bukunya.

"Ola, ntar ikut kita ke kantin bareng ya! Mau gak loe!?" ajak tasya.

"Mauuu"

"Ok deh. Siip"

***

Kevin POV

Pulang sekolah, gue langsung ambil motor di parkiran dan ngikutin bis yang di naikin Vino. Sekarang, gue mau tau dimana mama tinggal. Gue rindu mama, gue rindu sama mama. Gue pengan tinggal sama mama, walaupun gue tau kalau gue bakal gak di anggap sama mama. Dan gue gak peduli itu. Yang gue mau cuma mama. Gue perlahan berhentiin motor gue di pinggir jalan yang agak jauh dari mobil bis yang di tumpangin vino. Gue lihat tuh cunguk udah turun. Pelan-pelan, gue ikutin si vino dari belakang. Gue parkirin motor gue di depan warteg yang ada disitu. Gue berhenti ngelangkah pas vino masuk ke gang kecil yang sempit banget. gue pikir si vino mau ketemuan sama geng tawuran, tapi gue langsung kaget pas ngeliat mama keluar dari rumah yang menurut gue tuh kayak gudang di belakang rumah papa.

"Eh, sayang? Kamu udah pulang?"

"Iya ma. Mama ngapain di luar? Ayo masuk!"

Gue ngumpet di balik dinding gang yang lumayan jauh dari mereka. Gue berusaha ngedengarin percakapan mama sama kevin.

"Mama mau beli obat nyamuk. Kamu aja ya yang beliin. Mama masih ada kerjaan di dapur"

"Yaudah biar vino beliin"

Gue ngeliat vino langsung pergi keluar gang, cepat-cepat gue ngumpet di balik gerobak yang ada disitu. Setelah vino bener-bener gak keliatan, gue langsung jalan ke arah rumah kecil itu. Gue gak abis pikir, mama mau tinggal di kontrakan kumuh kayak gini. Gue masuk pelan-pelan, gue liat semua isi rumah. Gak ada yang menarik sedikitpun.

"Ma?" panggil gue.

Gue masuk lagi sampe ke dapur. Tapi nyokap gue gak keliatan.

"Ma? Mama?"

Gue heran, rumah sekecil gini kok mama gue gak keliatan?

Gue balik lagi ke depan, gue ngeliat pintu warna biru tua yang kayaknya pintu kamar. Gue buka aja, siapa tau mama ada di dalam.

"Ma? Mama ngapain? Ini kevin ma"

Kreeekk

Gue bukain tuh pintu pelan-pelan.

"MAMA!?!?!"

Author POV

Kevin membuka pintu ber cat biru tua itu perlahan.

Kreeekkk

"MAMA!?!"

Kaget, dia malah mendapati mamanya penuh dengan lumuran darah. Dengan cepat, kevin menghampiri mamanya yang sudah terduduk lemas bersandar di tembok kusam bercat kuning itu. Mata mamanya tertutup, lengan kanannya teriris pisau dapur yang berada di samping tubuhnya. Kevin tak percaya ini. Di ambilnya pisau itu, dia yakin, pisau di tangannya inilah yang membuat urat nadi mamanya terputus. Untuk apa? Untuk apa mamanya melakukan ini? Untuk apa mamanya bunuh diri? Batin kevin. Dia tak bisa berkata apa-apa lagi. mulutnya bungkam, matanya tak berkedip, pandangannya kosong. Dia tak percaya ini. Tangannya meremas erat gagang pisau yang berada di tangannya. Dia merasa, benda ini bagaikan kutukan. Dia benci semua ini. Kenapa di saat dia ingin bertemu mamanya, malah seperti ini keadaan yang di temukannya.

"MAMA?!?"

Kevin menoleh, itu vino. Dengan cepat vino menghampiri mamanya yang sudah terkapar dengan lumuran darah di lantai.

"Ma?! Mama?!?" teriak vino. Dia sibuk mencari hembusan napas di hidung mamanya. Tak ada.

Matanya memerah. Ditatapnya kevin yang sedang menunduk menatap lantai dengan tangan yang menggenggam pisau.

"Bangsatt!!!" teriak vino.

BUUKKk!!!

Satu hantaman berhasil mengenai wajah kevin. Karna terlalu mendadak, kevin terbaring di lantai. Dia tak bisa melawan, karna saat ini pikirannya benar-benar kacau.

BUUKK!!! BUUKKKk!!!

Vino tak henti-hentinya memberi pukulan keras pada kevin.

"Loe apain mama gue?!? Anjing?!?!" teriak vino.

Kevin tak menjawab. Dia tak mampu berbicara walau sepatah kata. Vino terus saja memberi pukulan pada adiknya itu. Hingga dia puas, vino berhenti mennghajarnya. Dia bersandar di dinding, menatap kevin yang sudah tak berdaya lagi.

"Pembunuh!!!" umpat vino.

Kevin tak membalas. Ya, vino mengira dialah yang membunuh mamanya. Dan kevin tak peduli itu. Yang di pedulikannya hanyalah mama. Mamanya. Kenapa mamanya bunuh diri? Apa yang terjadi pada mamanya selama ini? Dan bagaimana kehidupan mamanya selama ini? Itulah yang ada di otak kevin sekarang.

VANA ILUSIONWhere stories live. Discover now