Chapter 11

66 11 1
                                    

Sebelum pulang, aku memutuskan untuk bermain basket. Ya aku izin 1 jam mata pelajaran. Aku minta izin pulang dengan alasan ada urusan yang penting dengan kakakku. Padahal sih tidak ada urusan apa-apa. Tapi aku tidak sepenuhnya berbohong. Menurutku bermain basket adalah urusan yang penting juga. Ketika aku sedang asik bermain basket seorang diri, suara yang tak asing terdengar memanggilku.

"ZAYN!"

Aku pun membalikkan badanku untuk melihat siapa orang tersebut.

"Dad?"

Ya itu dad. Maksudku Ayah nya Aldera. Kalian ingat bukan, kalau mereka memintaku memanggil dengan sebutan mom & dad?
Aku pun menghampiri dad yang masih tersenyum memandangiku.

"Permainan yang bagus nak! Mau bertanding dengan ku?" Tanya dad dengan tersenyum menantang.

Aku hanya tersenyum dan menaikkan sebelah alisku.

"Kenapa? Kau tidak yakin kalau aku handal dalam bermain basket?"

"Bukan begitu dad. Hanya saja, aku sudah sangat jarang bermain basket. Sudah pasti aku kalah jika bertanding denganmu."

Tunggu! SEJAK KAPAN SEORANG ZAYN MALIK JADI MERENDAH SEPERTI INI? apa yang terjadi padaku?

"Jangan merendah seperti itu Zayn. Lebih baik kita bertanding sekarang saja. Yang memasukkan bola paling banyak, dia jadi pemenangnya. Deal?"

"Deal."

Kami pun memulai pertandingan ini. Ternyata dad sangat handal dalam bermain basket. Dan bisa dibilang usia nya tidak dibilang muda lagi, tapi permainan basketnya sangat mengagumkan.

"Come on Zayn! Ayo rebut!"

Aku mencoba merebut bola itu. Tapi rasanya sangat sulit. Hingga akhirnya dad berhasil memasukkan bola itu ke dalam ring. Teknik nya sangat bagus ketika dad hendak melempar bola itu.

"Kau kurang semangat Zayn! Ayolah!"
Semangat sekali dad sambil bertepuk tepuk tangan tanda ia juga menyemangati.

Cukup lama kami bermain, hingga dad merasa pinggang nya sakit. Lalu aku membantu nya berjalan ke arah kursi di sekitar lapangan.

"Huhhh! Tidak biasanya pinggangku sakit begini. Apa aku sudah benar-benar tua?"

"Mungkin karena kita lupa melakukan pemanasan."

"Ah ya! Kau benar! Syukurlah, ku kira aku sudah terlalu tua sehingga pinggangku sakit."

Aku hanya terkekeh.

"Oh iya Zayn, kenapa hanya kau saja yang keluar dari kelas."

"Emmm"

Apa aku harus jujur jika aku berbohong pada guru.

"Berniat bolos, hah?"

Kenapa dia tau?

"Begitulah. Aku sangat bosan."

"Dulu aku juga sama seperti mu! Sering bolos, nakal, sering mendapat peringatan dari sekolah, dan masih banyak lagi. Tapi banyak yang bilang jika wajahku ini seperti anak yang sangat polos. Wajah tanpa dosa."

"Oh ya? Wow! Aku tidak menyangka."

"Tapi aku juga merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan masa depan yang cerah. Maksudku, nilai kelulusan ku bisa dibilang rendah, jadi saat itu aku sangat sulit mendapat pekerjaan. Orang tuaku membuka usaha, sama seperti orang tuamu. Tapi, mereka sama sekali tidak mau membantuku, mereka bilang aku harus belajar mandiri dan bertanggung jawab, hingga akhirnya aku melewati banyak sekali tantangan, untuk mendapat semua yang aku miliki saat ini."

L.O.V.E?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang