Author'pov
Di tengah perjalanan ke rumah sakit, Aldera sadar dari pingsannya dan melihat ke sekelilingnya. Zayn yang melihat Aldera membuka matanya, langsung menghentikan mobil.
"Hey, akhirnya kau sadar."
"Kau? Kenapa..."
"Aku ingin mengantarmu ke rumah sakit, karena bajingan itu memukulmu dengan kayu, lalu kau pingsan."
"Rumah sakit? Aku tidak mau ke sana. Lebih baik aku pulang untuk bersiap kemah."
"Tidak boleh. Jika terjadi sesuatu padamu bagaimana?"
"Aku baik-baik saja. Memangnya apa urusanmu jika terjadi sesuatu padaku?"
Jelas ini ada urusan dengan ku, bodoh! Dad meminta aku untuk menjagamu!~Batin Zayn
"Terserah!"
Mereka diam sejenak, lalu Aldera mulai berbicara lagi
"Zayn, jangan beritahu orang tuaku tentang kejadian tadi ya."
"Kau gila! Tadi kau meminta untuk tidak ke rumah sakit, dan sekarang kau ingin aku tidak memberitahu kejadian tadi pada orang tua mu"
"Aku takut, Zayn. Jika mereka tau, mungkin aku tidak diizinkan untuk ikut kemah."
"Aku akan memberitahu mereka."
"Zayn, aku mohon. Jangan beritahu mereka. Aku ingin sekali mengikuti kegiatan itu."
"Tidak mau."
"Oh aku tau. Kau ingin memberitahu orang tuaku tentang kejadian tadi, karena kau tidak mau dekat denganku seperti yang dikatakan Dad, kan? Karena kau tidak mau menjagaku kan?"
"Berhenti menjadi orang yang sok tau"
"Jadi apalagi?! Baiklah, kalau begitu aku tidak mau berteman lagi denganmu!"
"Baiklah, takkan kuberitahu!" Jawab Zayn kalah telak.
"Benarkah?" Aldera langsung melebarkan senyumannya.
"Kau tuli?" Jawab Zayn ketus
"Terimakasih, Zayn!"
Ucap Aldera sambil mencubit pipi Zayn."Hm" Gumam Zayn
Mereka diam sejenak, dan lagi, Aldera mulai berbicara.
"Zayn, kau mau menemaniku membeli beberapa barang untuk kegiatan nanti?"
"Tidak. Dan kau tidak boleh membeli barang itu."
"Apa?! Kenapa tidak?"
"Betapa bodohnya kau!" Zayn menghembuskan nafasnya kasar.
"Kau baru saja pingsan, lalu kau mau pergi membeli barang untuk kegiatan nanti? Harusnya kau istirahat! Bagaimana jika sewaktu kegiatan nanti, kau pingsan lagi?" Lanjut Zayn menaikkan nada bicaranya satu oktaf.
"Ayolah, Zayn. Sebentar saja, aku janji jika nanti ada waktu, aku akan beristirahat."
Zayn diam dan berpikir sebentar
"Terserah padamu. Tapi ingat! Jika kau pingsan lagi, aku tidak akan mau menolongmu lagi!"
"Siap, tuan!"
••••••••••••
Setelah membeli beberapa barang yang dibutuhkan untuk kegiatan kemah, Aldera mengajak Zayn untuk mampir ke kedai kopi.
Awalnya Zayn menolak, tapi Aldera terus merengek. Dengan penuh keterpaksaan, akhirnya Zayn menuruti kemauan Aldera.
"Selamat datang lagi, Al!" Sapa Ara, salah satu pelayan kedai itu.
"Hai, Ara! Lama tidak bertemu denganmu"
Ucap Aldera sambil memeluk Ara."Kau yang jarang mampir ke kedai ini. Dan sekarang, ketika kau kembali ke kedai, kau membawa kekasihmu. Kuakui kau sangat hebat memilih kekasih. Sangat tampan"
"Apa? Kekasih? Astaga Ara, dia ini bukan kekasihku. Baiklah, kenalkan ini Zayn. Dan Zayn, ini temanku Ara."
Zayn hanya memasang wajah datarnya.
"Dan ingat! Dia temanku. Hanya Teman"
Lanjut Aldera sambil menekankan kata teman"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menyiapkan pesananmu. Seperti biasa kan?"
"Iya. Jangan lama ya! Aku sudah tidak sabar."
Ara mengangguk dan pergi menyiapkan pesanan Aldera. Mereka pun menempati meja tepat di samping jendela
"Kau sudah sering ke kedai ini?" Tanya Zayn
"Ya, kalau ada waktu luang, aku pasti pergi ke tempat ini"
"Jadi, kau menyukai kopi?"
"Tentu. Aku sangat suka! Ketika aku menikmati kopi, aku merasa sedang menikmati kehidupan."
"Kenapa kau beranggapan seperti itu?"
"Bagiku, kehidupan itu ibarat kopi. Terdapat rasa pahit dan rasa manis. Hidup juga begitu, Zayn. Ada kegembiraan yang diibaratkan seperti rasa manis, dan ada kesedihan yang diibaratkan dengan rasa pahit. Tapi, aku selalu bersyukur. Ketika aku mengalami kepahitan, tetapi jika aku menikmatinya dan selalu berusaha, aku yakin bahwa kemanisan dan kegembiraan akan datang padaku. Makanya aku sangat menyukai kopi."
Jelas Aldera sambil tersenyum menatap Zayn."Jadi, apa kau menyukai kopi?"
Lanjut Aldera"Tidak. Maksudku, tidak terlalu menyukai, karena aku jarang sekali minum kopi."
"Mulai sekarang, kau harus bisa menikmati kopi. Aku yakin, ketika kau bisa menikmatinya dengan benar, kau akan menyukainya juga."
Pesanan mereka pun datang.
"Selamat menikmati ya." Ucap Ara lalu kembali pergi dengan membawa nampannya.
"Kau lihat aku. Setelah kau memahami benar bagaimana caraku menikmati kopi, kau boleh mencobanya."
Zayn mengangguk paham. Aldera mulai mendekatkan gelas berisi kopi itu ke mulutnya, sebelum mulai minum, Aldera menghirup dalam dalam aroma kopi tersebut. Setelah puas, Aldera mulai meminumnya. Sambil menutup mata, Aldera menikmati setiap tegukan yang dirasakannya. Lalu, Aldera kembali meletekkan gelasnya di meja. Dan kemudian dia menatap Zayn yang masih fokus memperhatikan dirinya
"Hey! Ayo silahkan coba!"
"Sebelumnya aku ingin bertanya."
"Apa?"
"Kenapa kau menutup matamu begitu lama? Aku sampai mengira bahwa kau tertidur."
"Hahahahaha. Kau ini! Ternyata kau juga bodoh, Zayn. Tadi itu aku sangat menikmati makanya sampai lama menutup mata. Sekarang cobalah. Ingat! Nikmatilah perlahan-lahan."
Zayn mengangguk. Dia mulai mengikuti cara Aldera tadi menikmati kopi. Setiap gerakan Aldera diikuti oleh Zayn. Ketika Zayn menutup matanya untuk lebih menikmati, Aldera menatap Zayn dengan tersenyum. Ketika Zayn membuka matanya kembali, ia mendapatkan Aldera tengah menatapnya.
"Apa? Kenapa melihatku seperti itu?"
"Hah? Tidak, lupakan!"
Aldera menjadi salah tingkah di hadapan Zayn."Bagaimana? Kau menikmatinya?"
Tanya Aldera"Ya. Sangat menikmatinya. Kau benar, mungkin aku mulai menyukaimu"
"Hah? Apa katamu?"
"Menyukaimu. Eh maksudku bukan dirimu! Aku suka caramu mengajarkan cara menikmati kopi ini dan aku mulai menyukai kopi. Jangan percaya diri!"
"Apa? Aku tidak percaya diri. Kau saja yang berbicara tidak jelas."
"Sudahlah! Cepat habiskan. Aku belum bersiap untuk kegiatan nanti."
"Iya-iyaa"
Hallooooo! Aku update. Maap lama bat updatenya. Tapi aku akan update beberapa chapter kok. Maap kalo makin gaje.
See you in the next chapter!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E?
FanfictionKetidakpercayaan Zayn Malik terhadap cinta perlahan hilang, semenjak hadir pengganggu di hidupnya.