"Lajukan mobilnya lebih cepat Zayn! Aku ingin segera pulang dan mengajak dad ke sekolah. Aku akan buktikan yang mereka katakan tidak benar. Itu semua omong kosong!"Zayn hanya diam dan fokus menyetir.
Suasana hening hingga Aldera kembali membuka suaranya."Zayn?"
Lagi, Zayn hanya diam.
Zayn terlalu kalut dengan pikirannya. Berita tentang kepergian Ayah barunya itu terus berputar di pikirannya.
"Dad. Dia semalam berjanji akan mengajak aku dan mom liburan. Dad tidak pernah mengingkari janji nya. Dad juga pernah berjanji tidak akan meninggalkan aku. Jadi mana mungkin dia meninggalkan aku dan mom. Iya kan, Zayn?"
Aldera berbicara dengan pelan dan lambat. Tatapan matanya kosong.
Zayn hanya diam sembari berharap bahwa yang dikatakan Aldera benar adanya.
Hingga mobil berhenti tepat di pintu pagar rumah Aldera.
Aldera langsung keluar dari mobil dan melihat bendera kuning di pinggir pintu gerbangnya. Dengan emosi, Aldera mengambil dan membuang bendera itu ke sembarang arah.
Ketika memasuki gerbang rumahnya, terlihat beberapa orang sedang menyusun kursi dan membuat tenda biru.
Langkah Aldera melambat. Air mata turun semakin deras tanpa izin.
Zayn menopang Aldera berjalan hingga menuju di depan pintu masuk rumah nya.
Dari luar, terlihat dengan jelas Ibunya yang menangis dan memeluk seorang yang terbaring. Dan benar, ayahnya pergi. Sang ayah telah meninggal dunia.
Aldera berlari memasuki rumahnya. Ia duduk di sebelah Ibunya yang tak henti menangis. Dia memegang perlahan tangan sang ayah yang dingin.
"Mom. Tolong ambilkan selimut, Dad kedinginan. Mengapa Mom tidak menyuruh Dad tidur ke kamar saja?" Aldera berkata dengan sangat pelan dan lemah.
Sontak sang ibu semakin menangis mendengar perkataan putrinya.
Lalu tangan Aldera beralih ke wajah Ayahnya. Masih bisa terlihat sedikit lekukan senyum di wajah tampan sang ayah, walau ada luka yang terpampang jelas di wajah itu. Aldera mengusap pipi mr. Stanlee dengan begitu lembut.
Setelah beberapa saat memandangi wajah ayahnya, seketika tangis Aldera pecah begitu saja.
"DADDY! KENAPA?! KENAPA KAU PERGI? AKU DI SINI DAD! AYO BANGUNLAH. BUKA MATAMU SEKARANG!"
Aldera terus berteriak meminta sang ayah untuk bangun.
Mrs. Stanlee memeluk Aldera dengan erat.
"Aldera jangan berteriak, nak. Ikhlaskan Dad."
Seketika Aldera langsung diam dan menatap ibunya.
"Oh baiklah. Jika aku terus berteriak, Dad akan terganggu. Sepertinya Dad nyenyak sekali tidurnya. Apa perlu kita bawa Dad ke kamar?"
"Apa yang kau katakan, Al? Dad sudah tidak ada! Sadarlah sayang!"
"Tidak Mom! Dad hanya tidur. Dia sedang mimpi indah sekarang, maka dari itu dia tidak mendengar teriakanku."
Mrs. Stanlee menangis sejadi-jadinya.
"Mom, berhenti menangis! Itu bisa mengganggu Dad. Dia sedang tidur. Jangan ganggu dia, mom"
Ia beralih menatap wajah Ayahnya.
"Tidurlah Dad. Aku akan menunggu di sini. Tidurlah tidur. Jangan cemas, aku ada di sini." Aldera mengusap pipi ayahnya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E?
FanfictionKetidakpercayaan Zayn Malik terhadap cinta perlahan hilang, semenjak hadir pengganggu di hidupnya.