Dua Belas

1.9K 255 8
                                    


Junhoe tidak pernah merasa sekesal ini sebelumnya. Junhoe tidak pernah merasa sejengkel ini sebelumnya. Ia tak pernah merasa semarah ini sebelumnya.

Kenapa semua orang begitu melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting?

Ia sama sekali tak mengerti di mana letak kesalahan terbesar dari meninggalkan seorang Rosseanne di pinggir jalan. Gadis itu sudah dewasa dan Junhoe bukan meninggalkannya di jalanan sepi yang sering menjadi tempat pembunuhan, perampokan, pemerkosaan atau kejahatan sejenis itu. Ia meninggakan Rosie di jalanan di depan komplek perumahan yang ia tahu pasti jika tempat itu ramai. Lagi pula, ia punya alasan mendesak sehingga meninggalkan gadis itu di sana.

Tapi, kenapa semua orang menyalahkannya?

Bahkan Hana yang ia tahu sama sekali tak dekat dengan gadis galak itu seperti akan meledak padanya.

"Ck, apaan sih? Lebay banget!"

Mana ditambah dengan ekspresi datar yang Rosie tampilkan, Junhoe tiba-tiba merasa seperti diejek. Ekspresi yang Rosie tampilkan itu seakan mengatakan 'rasain! Mampus lo dimarahin semua orang,' padanya. Dan Junhoe jadi kesal dengan tatapan itu.

"Jun?"

Junhoe mendengus malas saat suara ketukan pintu terdengar disusul suara ibunya terdengar. Ia masih kesal dan tak ingin diganggu siapapun termasuk ibunya. Tapi, ia juga tak mau jadi anak durhaka. Maka dengan perasaan setengah malas, lelaki itu akhirnya beranjak dari lantai di mana karpet bulu tebal yang ia duduki itu berada lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya.

"Kenapa, Ma?" tanyanya pelan.

"Ada Jungkook tuh di depan," jawab mamanya.

Junhoe mengerutkan kening, merasa heran dengan jawaban mamanya.

"Kok di depan? Biasanya kan langsung ke sini?"

"Sama cewek jadi nunggu di depan."

"Siapa?"

"Mama gak tahu. Pacarnya kali," jawab mamanya seadanya. "Samperin sana."

Junhoe mengangguk saja lalu melangkah keluar dan menarik pintu. Mamanya sendiri sudah kembali melangkah ke lantai utama rumah. Ia lalu mengekor dan berjalan ke ruang depan, tempat yang dimaksud mamanya.

Junhoe mengertukan keningnya saat menangkap sosok Jungkook dan Gea. Tumben, Jungkook bawa Gea ke rumahnya. Biasanya, cowok itu tak akan membawa Gea.

"Tumben lo bawa Gea ke sini," celetuk Junhoe saat Jungkook masih sibuk berbicara pada siswa kelas XI IPA 1 itu, membuat kedua orang itu kompak menatapnya. Cowok itu kini sudah mendudukan dirinya di sofa di hadapan mereka.

"Suka-suka gue lah. Pacar gue juga," jawab Jungkook masa bodoh, membuat Junhoe mendengus malas.

"Serah."

Junhoe diam, tak ingin bicara. Suasana hatinya belum baik jadi ia sama sekali tak punya niat untuk bicara lagi.

"Jun?" suara Gea tiba-tiba terdengar. Cewek itu kini duduk di sofa, bersebalahan dengan Jungkook. Dan suaranya itu sukses membuat Junhoe mendongak. "Lo gak apa-apa?" tanya Gea kemudian.

Junhoe mengerutkan kening, merasa heran mengapa Gea bisa mengajukan pertanyaan itu. Untuk apa? Memangnya dia baru selesai kecelakaan atau baru saja ikut tawuran dan kalah sehingga harus ditanya apa ia baik-baik saja atau tidak?

"Gue gak apa-apa," jawab Junhoe tenang. "Kenapa emangnya?"

"Elah, jawaban lo cewek banget. Lagi ada apa-apa juga bilangnya gak apa-apa," Jungkook tak dapat menahan diri untuk berceletuk, membuat Gea menatapnya tajam.

Fake Enemy (Junhoe-Rose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang