Dua Puluh Satu

1.9K 236 14
                                    


Semalam Junhoe tak menghubungi Rosie seperti apa yang Jungkook sarankan. Bukan lupa atau malas, ia memang sengaja melakukannya sehingga pagi ini, ia sudah ada di depan rumah Rosie. Membuat Remon yang akan ke kampus karena ada kelas pagi, menatapnya dengan heran sekaligus penuh dengan delikan.

"Pagi, bang," Junhoe tersenyum lebar, menyapa Remon yang baru keluar dari dalam rumah.

Remon mengernyit, menatap Junhoe yang sedang duduk di atas motor besarnya dengan tatapan memincing. "Ngapain lo pagi-pagi udah di depan rumah gue?" tanyanya tak sabar dan bahkan tak menjawab salam Junhoe.

Junhoe melebarkan senyumnya, tidak peduli segalak apa kakak dari gadis yang ia sukai. Toh, Rosie lebih galak lagi kan.

"Mau jemput Ocie, bang," jawabnya kemudian.

"Adek gue tiap hari berangkat sama gue, ngapain lo harus jemput?!"

"Biar bisa barangkat bareng, bang."

"Ngapain harus berangkat bareng?"

"Biar bisa pedekate, bang."

Junhoe menepuk bibirnya sendiri saat ia sadar sudah keceplosan. Aduh, bahaya ini karena keceplosannya di depan Remon. Ck, kenapa juga ia harus seceroboh ini, sih? Setelah insiden salah group kemarin, kenapa sekarang harus di depan Remon juga?

"Biar apa lo bilang?"

Entah apa yang salah dengan pertanyaan yang Remon ajukan, yang jelas Junhoe merasa terintimidasi begitu saja. Apalagi dengan tatapan tajam yang lelaki itu layangkan padanya. Huh, jika dia bukan kakak lelaki seorang Roseanne, percayalah! Junhoe pasti sudah menghajarnya.

"Hehe, pedekate, bang," Junhoe membuka suaranya, mencoba menjawab pertanyaan Remon dengan tenang.

"ABANG, TUNGGUIN OCIE IIH!"

Beruntunglah, suara teriakan cempreng Rosie segera terdengar sehingga Junhoe bisa sedikit bernafas lega. Setidaknya kehadiran gadis itu bisa menyelamatkannya dari tatapan penuh intimidasi Remon.

"Eh, ada June," Rosie yang berlari tergesa dari dalam rumah, sontak menghentikan langkahnya saat ia mendapati sosok lain yang duduk di sebuah motor di hadapan kakaknya. Ia jelas kaget karena dari rumahnya, sosok Junhoe dan motornya sama sekali tak terlihat.

Gadis itu mengerjap dua kali, dan saat ia sadar apa yang baru saja ia katakan, ia segera menepuk pelan bibirnya begitu saja.

"Hai Ci," sapa Junhoe sambil tersenyum lebar pada Rosie, menyadarkan gadis itu yang masih menatapnya kaget.

"Ngapain lo pagi-pagi di sini?" dan sedetik kemudian, reaksi yang sama dengan yang diberikan Remon tadi ia terima dari Rosie.

"Mau jemput lo," jawab Junhoe tenang. "Berangkat bareng."

"Ha?"

Rosie melongoh, tak tahu harus bereaksi macam apa. Ia masih kaget dan semakin kaget saat tahu apa yang lelaki itu katakan.

"Gak ada berangkat bareng, Ocie sama gue," namun gadis itu segera sadar saat suara sang kakak terdengar disusul dengan tangan besar sang kakak yang menggenggam tangannya.

"Eh, bang?"

"Apa?" Remon menoleh, menatap adiknya dengan tatapan menuntut.

"Abang iih," Rosie sedikit merengek, membuat Remon menatap tajam padanya.

Sementara itu, Junhoe yang masih diam di tempatnya tidak bisa menahan diri untuk mengangah dengan ekspresi takjub saat melihat Rosie merengek. Ia tak pernah melihat itu sebelumnya. Dan itu membuatnya... Hem, katakanlah terpesona. Karena Rosie terlihat begitu imut saat merengek seperti tadi.

"Apa? Emang kamu mau berangkat sama dia?" tanya Remon kini lebih lembut. Ia tahu, adiknya itu tak bisa ia ketusi.

"Enggaklah," jawab Rosie cepat, membuat Junhoe kembali melongoh tak percaya.

"Ya, Ci. Kok gak mau sih?" tanya lelaki itu kemudian dengan gaya sok imutnya.

Rosie mendelik, menatap Junhoe dengan gaya jijik walau dalam hati, ia berusaha keras agar tidak maju dan mencubit pipi lelaki itu karena gemas. Sementara Remon sudah maju selangkah, lalu menjitak Junhoe begitu saja.

"Apaan lo? Gak usah sok imut depan adek gue," Junhoe merengut begitu saja lalu melempar tatapan memohonnya pada Rosie.

Namun, seakan tak melihat apa yang Junhoe suguhkan, Rosie mulai berjalan dengan santai saat Remon mulai menarik tangannya. Hal itu membuat Junhoe kesal. Namun ia hanya bisa menatap saat pasangan kakak beradik itu mulai melangkah menjauhinya.




Rosie menautkan alisnya saat Remon tiba-tiba menghentikan langkahnya karena mereka bahkan belum tiba di depan mobil lelaki itu. Gadis itu lalu mendongak, manatap sang kakak yang kini sudah berbalik dan menatapnya.

"Kenapa, bang?" tanya gadis itu heran.

Remon tersenyum menggoda, lalu melirik Junhoe yang masih belum beranjak dari halaman rumah mereka.

"Kamu berangkatnya sama June aja ya," ucap Remon kalem, membuat Rosie melebarkan mata tak percaya.

"Loh? Tadi katanya sama abang aja," protesnya kemudian. "Lagian aku gak mau pergi sama dia."

"Pergi sama dia aja," jawab Remon dengan santainya. "Abang harus jemput Charli ni," lanjutnya dengan sebuah alasan.

"Ih, abang bohong. Bang Charli kan punya motor, ngapain pake dijemput segala?!" Rosie masih protes.

"Motornya rusak, lagi masuk bengkel."

"Ya udah, aku ikut. Abang kan bawa mobil."

"Gak bisa, Ci. Kalo jemput Charli baru ngater kamu, kamu telat, abang juga telat. Kalo anter kamu baru jemput Charli nya, abang sama dia yang telat."

"Ah, alesan aja. Abang pasti bohong."

"Gak, sayang," jawab Remon. "Jadi, kamu sama June aja ya."

"Gak mau!"

"Abang panggilin ya?!"

"Gak mau!"

"Kenapa gak mau? Kamu malu ya sama dia?!"

"Gak mau!"

"Ocie lucu deh kalo lagi salah tingkah. Abang kasih tahu June ya kalo kamu sebenarnya suka sama dia?!"

Rosie melotot tajam pada sang kakak begitu kakaknya itu menyelesaikan kalimat tadi, membuat kakaknya tertawa begitu saja. "Ya udah, abang panggilin."

"Gak mau, abang!"

"JUN," seakan tak peduli jika adiknya benar-benar tak mau, Remon dengan santainya meneriki nama Junhoe yang mana pemilik nama itu masih mendumel kesal di depan sana. "SINI LO!"

"ABANG IIH! AKU PERGI SENDIRI AJA!"

Sementara itu, Rosie yang semakin kesal dengan kelakuan kakaknya, berteriak keras sebelum melangkah ke luar halaman rumah begitu saja. Membuat Remon yang melihatnya tak dapat menahan diri untuk tertawa.

Dan Junhoe?

Saat ia melihat Rosie sudah melangkah keluar halaman dengan kesal, ia mempercepat langkahnya menghampiri Remon yang kini sudah berhenti ketawa.

"Ocie kanapa, bang? Kok ke sana sendiri?" tanyanya langsung, membuat Remon mendengus malas padanya.

"Berangkat sama lo!"

"Ha?" Junhoe mengangah, menatap Remon tak percaya.

"Apa lo mangap kayak gitu?" tanya Remon sok galak. "Sana kejar adek gue. Awas lo kalo sampe kayak kemarin!"

"Eh, i-iya, bang."

Junhoe mengerjap beberapa kali, lalu menatap Remon sebentar sebelum berbalik dan berlari ke arah motornya untuk segera menyusul Rosie.






<*fake enemy*>






YoaMaria

Fake Enemy (Junhoe-Rose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang