Junhoe tersenyum lebar. Lelaki itu lalu menopang dagunya dengan tangan kiri, sedang tangan kanannya bergerak naik meraih pipi bulat Rosie dengan jari telunjuknya. Senyumnya melebar, dengan iseng ia mulai menekan-nekan pipi Rosie, membuat gadis itu merasa risih karena ia sedang minum."Ck, apa sih?"
Rosie berdecak, lantas menatap lelaki di sampingnya itu dengan tatapan kesal.
Bukannya risih, Junhoe malah tersenyum semakin lebar. Jarinya bahkan terus menekan-nekan pipi Rosie, seakan mengundang gadis itu untuk marah.
"Suka deh sama pipi kamu, gemes."
Wajah Rosie sukses memerah. Junhoe bilang apa tadi? Suka sama pipinya? Gemes? Mana pake kamu lagi.
Woy ah.. Rosienya ambyar...
"Makin suka kalo muka kamu merah gini," ucap lelaki itu. Kini sudah mencubit-cubit kecil pipi Rosie.
Rosie diam, berusaha tenang. Padahal ia sudah ingin berteriak dan guling-guling. Junhoe tuh ya, emang dari dulu suka banget buat dia ngerasa gak karuan kayak nih.
"Iih, apa sih, June?" gadis itu lalu berusaha berucap galak. Seperti setiap kali ia menghadapi lelaki itu. Tapi, kenapa jadi terdengar seperti itu? Ini sedikit terdengar manja. Dan sungguh, ia merasa geli sendiri.
Lalu Junhoe? Lelaki itu tersenyum makin lebar. Ia sungguh suka dengan nada suara Rosie barusan. Manja dan imut. Ah, Rosie memang sesuatu baginya.
"Aku makin suka sama kamu," ucap Junhoe, lalu mencubit kecil hidung Rosie, membuat gadis itu memekik sakit.
"Heh taplak meja, mana traktiran gue?!"
Junhoe tersentak saat ada suara lain tiba-tiba terdengar di dekatnya. Hal yang sama juga terjadi pada Rosie. Keduanya lantas mendongak dan menemukan Hana serta Jungkook sudah berdiri di samping meja mereka di caffe tempat mereka berada saat ini.
"Gue juga, Jun," timpal Jungkook.
Junhoe berdecak malas, membuat Hana dan Jungkook kompak mendelik kesal ke arahnya.
"He, lo jangan jadi orang gak tahu diri ya, Jun! Gue udah banyak nolongin lo. Lo juga udah janji, jadi siniin traktiran gue," Hana berucap lagi, membuat Junhoe gatal ingin melemparnya dengan gelas plastik berisi minuman milik Rosie yang ada di depannya.
"Lo gak iklas nolongin gue?" tanya Junhoe.
"Gue iklas ya! Kalo kagak, mana ada gue bantuin lo sampe titik darah penghabisan?!"
Junhoe berdecak, namun diam tak menjawab banyak. Teringat lagi kejadian beberapa hari lalu di kelas mereka hingga ia dan Rosie bisa duduk tenang berdua di caffe itu tanpa pertengkaran yang berarti.
"Pacaran yuk, Ci?"
Mata Rosie membulat, dengan bibir sedikit terbuka menatap Junhoe yang baru saja mengajukan pertanyaan tadi dengan santai. Ia bahkan tersenyum, tanpa raut gugup atau sejenisnya seperti yang biasa para lelaki alami ketika sedang menyatakan perasaannya pada seorang gadis. Lelaki itu bahkan tidak terlihat seperti sedang meminta seorang gadis untuk menjadi kekasihnya. Ia lebih terlihat seperti bocah tujuh tahun yang sedang mengajak temannya untuk mengejar layangan di lapangan.
"WOOAAA... ASYIK BANGET, JUN! BARU ISI BENSIN YA?!"
"GAS BANGET, ANYING!"
"YA AMPUN, KOK LO BISA SO SWEET SIH, JUN?!"
"GUE BAPER MASA!"
"JUNE YA AMPUN, LO GENTLE BANGET! GUE BANGGA SAMA LO!"
"CI, AWAS HILANG!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Enemy (Junhoe-Rose)
FanficiKON School Life (New Version) Junhoe kerjaannya ribut mulu. Dan Rosie adalah yang paling gak suka kalo dia mulai ribut. Tapi, kok lama-lama mereka jadi keliatan manis ya? Harap meninggalkan jejak untuk menghargai setiap karya yang ditulis. YoaMaria