Delapan

2.4K 309 9
                                    


Junhoe tersenyum lebar saat baru melangkah memasuki kelas dan menemukan apa yang ia cari. Seorang Rosseanne duduk tenang dengan diam di bangkunya.
Tanpa ragu-ragu, lelaki tinggi itu lalu menggerakan kakinya, melanjutkan langkahnya dan berjalan ke meja gadis itu.

Tiba di sisi meja Rosie, Junhoe langsung menggebrak kecil meja gadis itu. Sambil tersenyum lebar, lelaki itu lalu menunggu reaksi gadis itu.

Rosie yang memang sedang membaca sebuah novel itu terlihat mendengus. Dengan gerakan malas, gadis itu lalu mendongak dan menatap Junhoe. Jika boleh jujur, Rosie sebenarnya malas meladeni tukang ribut satu itu, seperti yang sudah-sudah. Namun, seperti yang sudah-sudah juga, si sialan Junhoe itu pasti tidak akan berhenti dan membuat mereka berakhir dengan sebuah pertengkaran.

"Apa?"

"Ih, jutek banget, mbak," bukannya menjawab ucapan Rosie, lelaki itu malah mengucapkan sesuatu yang jelas membuat emosi gadis itu tersentil.

"Mau lo apa, setan?" nah kan. Junhoe paling senang kalau Rosie sudah mengajukan pertanyaan seperti itu dan menatapnya dengan tajam.

"Mau gue jalan sama neng Ocie," jawab Junhoe tanpa beban.

Rosie menahan dirinya mati-matian agar tak bangun dan menjambak rambut hitam Junhoe. Ia sedang tak ingin memukul orang hari ini, jadi sebaiknya katakan pada Junhoe agar segera menjauh jika tak ingin terjadi perang dunia yang kesekian kalinya.

Sayangnya, Junhoe adalah sosok pejuang pencinta perang. Jadi, diamnya Rosie seperti menjadi tanda baginya agar ia kembali melancarkan serangannya.

Dan yang dilakukannya adalah mengulurkan tangannya dan dengan gerakan cepat merampas novel yang sedang dibaca Rosie.

"Apa lagi sih, hah?!" tanya Rosie yang sudah hampir meledak.

"Gue lagi ngomong sama lo. Perhatiin dulu, bego!" jawab Junhoe yang jelas membuat Rosie semakin emosi.

"Lo gak bilang kalo lo lagi ngomong sama gue, setan!"

"Tapi dari tadi lo denger 'kan?"

"Gak!" jawab Rosie. "Lo setan dan gue gak denger suara setan!"

Junhoe mengumpat kasar begitu saja, saat Rosie dengan enaknya mengatakan kalimat tadi.

"Balikin novel gue!" Rosie berucap lagi, meminta novelnya yang kini ada di tangan Junhoe.

Namun, bukan Junhoe namanya jika novel itu akan ia berikan begitu saja pada pemiliknya. Ia justru menggerakan tangannya, menunjukan novel di tangannya pada pemilik aslinya dan tersenyum dengan menjengkelkan.

"Lo tahu barter kan, cantik?" tanyanya santai.

Rosie berdecak lalu bangun dari duduknya dengan kasar, menimbulkan sedikit keributan akibat suara kaki kursi yang beradu dengan lantai. Gadis itu kembali melempar tatapan tajamnya pada Junhoe, membuat seringaian di wajah lelaki itu semakin lebar.

"Balikin, gak?!"

"Gak!"

"Balikin!"

"Gak mau!"

"Balikin!"

"Gue kan udah bilang. Gue mau barter cantik!"

Rosie yang semakin kesal dengan tingkah Junhoe mulai bergerak, mengulurkan tangannya dan berusaha meraih novel kesayangannya yang kini ada di tangan Junhoe. Dan Junhoe dengan senang hati meladeni gadis itu. Membuat gerakan kecil untuk menghindar sehingga gadis itu tak mendapatkan apa yang ia mau dengan mudah.

"BALIKIN, SETAN!"

"Tukeran cantik. Gue cuma mau sesuatu dari lo, kok!"

"CK, BALIKIN!"

Fake Enemy (Junhoe-Rose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang