Dua Puluh Delapan

1.7K 194 8
                                    


Rosie membuka gerbang rumahnya dan matanya langsung melebar kaget karena menangkap Junhoe yang tengah berlari cepat ke arahnya dengan tangan kanan menenteng sebuah kantong plastik. Dan selanjutnya, mata gadis itu semakin melebar saat Junhoe yang tengah ngos-ngosan itu langsung memeluknya dan bersembunyi di belakang tubuhnya.

Rosie mematung. Ini terlalu mendadak dan ia benar-benar kaget. Namun, sebisa mungkin ia menguasai diri, tidak ingin terlihat senang di depan lelaki itu.

"He, apa sih lo peluk-peluk?!" gadis itu lalu membuka suara, bertanya dengan galak seperti seharusnya.

"Itu, Ci. Anjing tetangga lo galak banget. Dari tadi gonggongin gue mulu," jawab Junhoe cepat, seperti seorang anak yang sedang mengadu pada ibunya.

"Mana anjingnya, sat?!" tanya Rosie yang memang tak melihat ada anjing di sekitar situ, walau suara gonggongannya masih ada. "Gak ada juga."

"Ada, Ci. Emang itu yang gong-gong suara apaan coba?" jawab Junhoe masih pada posisi yang sama.

Rosie mendengus kecil, lantas mengulurkan tangannya dan menepuk kepala lelaki itu. "Anjingnya gak ada. Gak usah modus peluk-peluk gue," ucap gadis itu kemudian. "Lepasin gak?!"

Junhoe terdiam. Seakan baru sadar dengan apa yang ia lakukan, lelaki itu lantas merunduk melihat apa yang ia lakukan. Matanya melebar, bersamaan dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat membentuk sebuah senyuman manis. Detik berikutnya, ia malah mempererat pelukannya pada tubuh gadis itu.

"Gak mau ah, mau peluk Oci terus," jawabnya dengan nada dibuat manja lalu menyenderkan kepalanya pada kepala Rosie.

Rosie kembali merasakan serangan jantung atas apa yang lelaki itu lakukan. Wajahnya memanas dan ia merasa seluruh darahnya mengalir dan berkumpul di kedua pipinya. Namun, bukan Rosie namanya jika ia diam dan membiarkan lelaki itu merusak pertahannya.

"Apaan sih, lo? Lepasin, setan!" ucapnya lebih galak lagi.

"Kan udah bilang, mau peluk Oci lagi," sahut Junhoe masa bodoh.

Rosie berdecak, lantas mengangkat tangannya dan kembali memukul kepala Junhoe. Kali ini lebih keras, hingga lelaki itu meringis dan melepas pelukannya.

"Elo ngapain sih?" tanyanya sudah setengah mangamuk.

Junhoe mengerucutkan bibirnya, masih dengan tangan mengelus kepalanya yang memanas akibat pukulan gadis cantik di depannya itu.

"Sakit, Ci. Kasar banget sih sama calon pacar," ucapnya tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.

"Gue tanya lo mau ngapain, setan!?"

"Ya itu, mau jemput lo tapi malah digonggong anjing," jawab Junhoe dengan ekspresi yang masih sama. Membuat Rosie berusaha keras menahan dirinya agar tak maju dan mencubit gemas lelaki itu.

"Cih, ternyata lo gak ada bedanya sama Jungkook. Sama-sama sok keren tapi takut sama hewan peliharaan," Rosie mencibir. Lalu menutup gerbang rumahnya dan berjalan menuju rumahnya.

Sementara itu, Junhoe terlihat mendengus usai mendengar cibiran gadis itu.

"Masih bagus guelah takut sama anjing galak," ucapnya sambil mengekori gadis itu. "Lah si badak, takut sama kucing."

"Alah, sama aja!" sahut Rosie tak peduli.

Rosie naik ke teras, membuat Junhoe mengekornya dan langsung duduk di kursi yang ada di teras tanpa dipersilahkan. Hal itu membuat ia menoleh dan menatap malas lelaki itu.

"Ngapain lo duduk di situ?"

Junhoe mendongak, menatap Rosie dengan tatapan herannya. Namun sedetik kemudian, ia langsung bangun dari duduknya.

"Ha? Mau duduk di dalam?"

Lelaki itu melangkah maju, hendak masuk ke dalam rumah gadis itu.

"Eh, siapa yang ngijinin lo masuk?" tanya Rosie menghadang, membuatnya menghentikan langkah dan menatap gadis itu polos.

"Kan di luar gak boleh, berarti di dalam dong, Ci," jawabnya polos.

Rosie mendengus malas. Mengapa lelaki itu mendadak bodoh begini? Padahal, dia kan gaulnya sama Hana, Sohyun, Donghyuk yang juara umum? Ck, ini nih contoh pertemenan yang gak saling menguntungkan.

"He, maksud gue tuh, lo ada keperluan apa duduk di situ?" tanya Rosie kini sudah memperjelas maksud pertanyaannya.

"Mau nungguin lo lah," jawab Junhoe cepat. "Kan kita mau jalan."

"Siapa yang mau pergi sama lo, sih?"

"Kamu dong, Oci sayang."

"Geli, nyet!"

"Iih, Oci lucu deh kalo lagi salting kaya gini."

"MUSNAH AJA LO, SETAN!"

Junhoe tertawa keras saat melihat reaksi Rosie. Gadis itu bisa saja berteriak kesal namun wajahnya menunjukan hal sebaliknya. Wajah cantik itu memerah padam dan Junhoe yakin penyebabnya bukan karena kemarahan gadis itu, melainkan rasa malunya.

"CI, KATANYA MAU PERGI. KOK MASIH TERIAK-TERIAK DI SITU?!"

Rosie tak dapat menahan dirinya untuk mengumpat. Sementara Junhoe sudah kembali tertawa senang saat suara teriakan Remon terdengar dari dalam rumah. Lelaki itu senang luar biasa saat tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Gue tahu kok, Ci. Lo gak mungkin gak mau jalan sama gue. Kapan lagi coba jalan sama cogan kesukaan lo?!"






<*fake enemy*>






"Apa lo senyam senyum?!"

Bukannya berhenti tersenyum, pertanyaan bernada galak yang baru saja terucap dari mulut seorang Rosseanne membuat senyuman itu semakin lebar menghiasi wajah tampan Koo Junhoe. Lelaki itu masih terlalu senang bisa pergi berdua dengan gadis pujaannya sehingga ia akan kebal dengan segala macam bentakan yang biasa gadis itu berikan.

Junhoe sudah sangat kebal malah.

Dan itu bukan lagi membuat ia takut pada sosok galak Rosie. Kini kegalakan Rosie sudah membuatnya menjadi gemas dengan gadis itu. Rasanya, setiap kali Rosie mengamuk, ia ingin sekali mencubit kedua pipi bulat gadis cantik itu.

"Kenapa? Lo takut banyak cewek yang suka sama gue ya kalo gue senyum?!"

Rosie mendengus keras lalu mengumpat tanpa saring di depan lelaki itu, walau dalam hati membenarkan apa yang lelaki itu tanyakan. Sudah biasa mengamuk pada Junhoe membuat ia tak tahu marah dengan gaya anggun pada lelaki itu.

Junhoe kembali tertawa saat Rosie kembali mengumpat. Lelaki itu lalu mengulurkan tangannya, meraih puncak kepala gadis itu dan mengacaknya pelan. Membuatnya langsung dihadiahi jitakan super keras.

"Berhenti ketawa, setan! Suara lo ganggu!"

Rosie menyuruh Junhoe menghentikan aksinya karena ia mulai merasa tak nyaman dengan semua tatapan yang kini mengarah pada mereka. Mereka saat ini sedang duduk bersama di bangku depan tempat penjualan tiket film. Sedang menunggu untuk pintu studio dibuka.

"Iya, kanjeng ratu," jawab Junhoe sambil menghentikan tawanya.

Junhoe tersenyum lembut. Menatap Rosie yang kini mengalihkan tatapannya dengan wajah yang memerah. Ia tebak, gadis itu pasti salah tingkah.

"Ehm, Ci?"

"Oci?!"






<*fake enemy*>






YoaMaria

Fake Enemy (Junhoe-Rose)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang