3

746K 43.8K 4.2K
                                    

Kini Dita sudah kembali dengan berbagai makanan di tangannya. Tiga mie ayam, empat jus mangga dan satu mangkuk bakso.

"Ngapain sih ribut banget? Kedengeran noh sampe tukang mi ayam di pojok kantin," tanya Dita seraya memakan bakso miliknya.

"Emang siapa bilang abang mi ayam pindah jadi di sebelah kita?" jawab Siska asal sambil memakan mie ayam miliknya.

"Iya, siapa bilang, Dit?" tanya Putri menimpali ucapan Siska.

"Dasar kalian!" jawab Dita kesal sambil mengelus dadanya.

Sahabatnya itu memang kalau tidak gila ya sinting.

"Lo tau gak, Dit?!" seru Salsa pada Dita menggebu-gebu.

"Enggak," jawab Dita acuh tak acuh masih sambil memakan bakso miliknya.

"Dita!" sentak Salsa kencang.

"Apa?" jawab Dita santai sambil meminum jus mangga miliknya.

Salsa hanya bisa melotot mendengar jawaban Dita. Niatnya untuk mengadukan kedua sahabatnya yang tadi menyiksanya itu, yang sekarang malah makan dengan santainya, sudah pupus saat mendengar jawaban Dita.

Salsa hanya bisa mengelus dada lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Benar-benar sahabat laknat, pikir Salsa.

Tiba-tiba terasa getaran di meja tempat mereka makan. Keempat orang yang berada di meja itu langsung bersembunyi di bawah meja tempat mereka makan.

Lebay? Memang!

Mereka langsung bertatapan saat berlindung di bawah meja. Tetapi, Siska keluar dari 'tempat persembunyiannya' dengan cepat.

Siska mengambil ponselnya yang bergetar dan menunjukkan nama 'Raga' di layar ponselnya, dengan cepat ia menggeser layar ponselnya untuk tidak menjawab telepon dari Raga. Bisa mati diserbu fans Raga ia jika tahu Raga sang pangeran sekolah menelepon remah-remah kue nastar gosong seperti dirinya.

"Woi keluar! Ini HP gue yang getar bukan gempa!"

Setelah mendengar ucapan Siska, ketiga orang yang masih bersembunyi di bawah meja itu segera keluar dan menyalahkan satu sama lain.

"Si Salsa, sih pake ngumpet segela!" gerutu Putri sambil menunjuk Salsa.

"Lo juga ngumpet!" teriak Salsa tidak terima karena Putri menyalahkannya.

"Kita cuma ikut-ikutan lo aja!" jawab Dita menimpali perkataan Putri.

"Ya Allah! Sabar gue di-bully mulu!"

"Lagian muka lo enak di-bully!" jawab Dita dan Putri lalu tertawa kencang.

"Udah ah gue mau nonton 'dia' main basket dulu. Nanti maung murka kalo gue gak nonton, bye!" Memilih tak memedulikan ketiga sahabatnya, Siska memilih pamit dan melenggang pergi meninggalkan kantin.

Siska berjalan melewati koridor sekolahnya untuk bisa sampai di lapangan indoor sekolahnya. Saat jam istirahat seperti ini koridor terlihat sepi karena kebanyakan siswa akan memilih mengisi perut mereka ke kantin.

Saat sampai di lapangan, Siska langsung memilih untuk duduk di kursi tribun paling atas. Ketika ia sampai, kegiatan latihan baru saja dimulai.

Mata Siska tak henti-hentinya memerhatikan gerakan Raga mendribbling bola basket hingga dimasukkan ke dalam ring yang menggantung di atas tiang.

Sorak teriakan nama Raga sontak menggema di lapangan indoor itu ketika Raga berhasil mencetak poin untuk timnya.

Berbeda dengan murid lainnya, Siska lebih memilih tersenyum dalam diam di tempatnya. Raga terlihat berkali-kali lebih memukau saat berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket seperti tadi.

Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang