Setelah sampai di hotel yang ia tuju dan melakukan check-in, Siska langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk berukuran king size.
"Hah.. Gue kayaknya emang bener-bener butuh piknik buat ngejernihin pikiran gue," monolog Siska.
Siska menatap langit-langit kamar hotel yang ia tempati. Jika dipikir-pikir, ia bisa saja membunuh Raga jika laki-laki itu berani berselingkuh.
Lagipula, Siska tahu seperti apa Raga itu, lalu jika ia mengerti laki-laki itu, kenapa sekarang bisa terdampar seorang diri di dalam kamar hotel?
Siska menghela napas kasar, bangkit dari posisi tidurnya lalu berjalan ke arah jendela besar yang langsung berhadapan dengan Ibu Kota Indonesia, Jakarta.
Dengan gedung-gedung tinggi dan gemerlap lampu yang bisa Siska lihat dari atas gedung berlantai sebelas, Jakarta juga tak kalah indah dengan kota-kota besar di luar sana. Itu menurutnya, entah dengan pandangan orang lain tentang Ibu Kota Negara Berkembang ini.
Kini pikirkan Siska melayang jauh meninggalkan raganya. Apa saat ini Raga tengah mencarinya? Atau sedang bermesraan bersama Lusi?
Siska dengan cepat menggelengkan kepalanya saat pikiran-pikiran negatif mulai meracuni otaknya.
"Raga, kamu tuh kenapa sering banget bikin aku bingung, sih?" gerutu Siska entah pada siapa. Wajahnya terlihat kesal namun juga sedih secara bersamaan.
Pikiran Siska kembali melayang memikirkan kejadian tadi siang yang membuatnya cemburu buta hingga berakhir di kamar hotel seperti ini.
Bisa saja Raga dan Lusi hanya bertemu di jalan, kan? Atau tak sengaja datang bersamaan saat sampai di kantin.
"Ya ampun, Siska! Lo tuh kenapa, sih?" Siska berteriak lalu mengusap wajahnya kasar.
Membalikkan badannya lalu berjalan menuju tasnya yang tergeletak di atas ranjang, mengeluarkan seluruh barang yang terdapat di dalam tas itu hingga tangannya mengambil hoodie berwarna baby blue dan celana training berwarna abu-abu. Tak lupa juga dengan celana dalam dan bra berwarna pink.
"Kayaknya gue emang udah ada feeling kalo bakal gak tidur di rumah sampe bawa kalian!" ucap Siska sambil menatap pakaian di kedua tangannya.
Setelah itu Siska berjalan melenggang menuju kamar mandi.
***
Raga mengerang frustasi lalu memukul stir mobilnya kencang. Ia sudah mengelilingi Kota Jakarta sejak jam pulang sekolah hingga tepat pukul satu dini hari.
Rumah Siska sudah Raga kunjungi, bahkan seluruh teman Siska baik perempuan maupun laki-laki sudah Raga datangi rumahnya. Namun nihil, tak ada satupun yang tahu di mana keberadaan Siska.
Ia bahkan mengancam seluruh orang suruhannya jika besokㅡ hari ini Siska tidak ditemukan Raga akan melenyapkan mereka semua.
"You make me angry, Baby," desis Raga tajam.
Menyalakan kembali mesin mobil yang sempat ia matikan, namun belum sempat kakinya menginjak pedal gas, dering telepon menyita seluruh perhatiannya.
"Gimana?"
"Nona Siska sudah saya temukan, Bos. Ia menginap di salah satu Hotel di Jakarta, saya akan kirim alamat lengkapnya lewat email."
"Bagus. Saya tunggu e-mailnya."
"Baik, Bos."
Tut
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]
Roman pour AdolescentsTersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised my dear ones not to kill anymore -Raga Dirgantara. Karena suatu tragedi Siska kini berakhir menjadi kekasih Raga Dirgantara, seorang psikop...