Seminggu setelah kejadian itu berlalu, kini Siska sudah kembali bersekolah seperti biasa. Lukanya memang belum sepenuhnya sembuh, tapi sudah tak seperih saat luka itu tercipta selang sehari atau dua hari.
SMA Garuda sedang heboh membicarakan tentang murid baru yang katanya pindahan dari Negara Albion, Inggris. Murid itu digadang-gadang akan menjadi murid tercantik dan terpintar di SMA Garuda.
Sebenarnya Siska juga tidak terlalu peduli, namun cukup ingin tahu tentang murid pindahan baru itu.
"Katanya sih dia masuk kelas XI IPS 1." Salsa memulai topik pembicaraan pagi ini dengan membicarakan sang murid pindahan baru itu.
"Kelasnya Raga dong?" tanya Siska.
Putri mengangguk. "Iya, kelas Raga."
"Hati-hati lo, Sis. Raga bisa selingkuh sama si murid pindahan baru itu!" Salsa memanas-manasi Siska dengan senyum jail yang tersungging di bibirnya.
Siska menatap Salsa tak senang. Ini masih pagi, tak mungkin ia harus mencak-mencak datang ke kelas Raga lalu memperingati laki-laki itu untuk menjaga matanya.
"Apaan sih lo, Sal! Emang Raga lo yang liat bening sedikt langsung berpaling!" kesal Siska.
Salsa mengangkat bahunya tak acuh. "Yang penting gue bahagia."
"Kenapa bukan cowok aja ya murid barunya," celetuk Putri.
"Nah! Kan bisa cuci mata kalo murid barunya cowok!" sahut Salsa.
Siska mengangguk mengiyakan. "Iya, kapan lagi kita liat cowok bule."
"Inget Raga ogeb!" Putri menjitak kepala Siska pelan.
"Sakit anjir!" balas Siska sambil meringis.
Setelah itu tak ada lagi perbincangan yang tercipta, Putri dan Salsa asik dengan ponsel mereka masing-masing dan Siska sedang asik dengan pikirannya.
Sebenarnya Siska merasa sedikit terusik dengan perkataan Salsa tadi. Siska takut Raga akan berpaling darinya, dan memilih murid baru yang digadang-gadang akan menjadi murid tercantik dan terpintar itu.
Siska gelisah, ia ingin mendatangi kelas Raga, namun terasa begitu kekanak-kanakan jika ia benar melakukan hal itu.
Siska melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya, masih tersisa lima belas menit lagi untuk bel masuk berbunyi.
Akhirnya dengan segala kegelisahan yang meliputi ulu hatinya, Siska mengambil ponsel berlogo apel digigit miliknya di saku bajunya.
Mencari id call milik Raga lalu menghubungi kekasihnya itu. Siska benar-benar harus bertemu dengan Raga saat ini.
Tut tutㅡ
"Halo, kenapa, Sayang?"
Siska mengigit kukunya gelisah, ia bingung harus berbicara apa.
"Siska?"
"I-iya. Ga, ke taman belakang ya, aku tunggu di situ."
Pip
Setelah mengucapkan beberapa kalimat itu Siska segera mematikan sambungan teleponnya.
Siska bangkit dari kursinya lalu melangkah keluar.
"Woii, lo mau ke mana, Sis?" Teriakan Salsa mengentikan langkah Siska.
"Mau keluar," jawab Siska lalu melenggang pergi.
Koridor masih dipenuhi oleh siswa yang berlalu lalang. Lapangan basket outdoor pun masih tampak ramai.
Sebelumnya Siska bukanlah seorang siswa famous, ia hanya seorang siswa biasa yang memiliki banyak teman di kelas dan beberapa teman di lain kelas. Namun, sejak Raga mempublikasikan status hubungan mereka, Siska menjadi siswa yang lumayan famous.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]
Teen FictionTersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised my dear ones not to kill anymore -Raga Dirgantara. Karena suatu tragedi Siska kini berakhir menjadi kekasih Raga Dirgantara, seorang psikop...