Setelah Raga mengantar Siska pulang dengan selamat Raga segera bergegas untuk pulang, ia tidak pulang ke mansion milik keluarganya melainkan ke apartemen pribadi miliknya.
Raga mengendarai motornya dengan kecepatan sedang di tengah ramainya jalanan Kota Jakarta.
Tak lama Raga akhirnya sampai di apartemen miliknya, ia segera bergegas mandi karena tubuhnya terasa lengket dan gerah. Sekitar kurang lebih 15 menit Raga keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk sebatas pinggang dan air yang bercucuran dari tubuh dan rambu hitam legam miliknya.
Raga menghampiri lemari yang ada di kamarnya, lalu memilih kaus oblong dengan celana pendek. Raga segera memakai pakaian yang ia pilih tadi.
Setelah memakai pakaiannya, kaki jenjang milik Raga membawa tubuhnya ke ruang tamu, tak lupa dengan flashdisk yang sebelumnya ia ambil dari dalam nakas kamarnya.
Setelah mengatur flashdisk pada televisi dan mencari film yang ia inginkan, Raga mendudukkan tubuhnya di salah satu sofa di ruangan itu.
Awalannya Raga menonton film bergenre thriller itu dengan tenang, tetapi semakin lama, kala adegan pembunuhan mulai dimunculkan, terbesit keinginan yang sama untuk melakukan hal serupa pada sebuah objek hidup.
Raga mencoba tetap tenang dan mengatur deru napasnya yang mulai tak beraturan. Namun, tiga detik setelahnya laki-laki itu bangkit menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan mengambil pisau yang selalu ia letakan di dalam meja nakasnya. Tak lupa Raga juga meraih kunci mobil dan bergegas pergi meninggalkan apartemen dengan televisi yang dibiarkan menyala.
Malam sudah semakin larut ketika Raga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kawasan yang ia lalui adalah sebuah daerah yang selalu sepi baik siang atau pun malam, ditambah lagi hujan turun dengan deras, membuat siapapun tak akan sudi untuk menapakkan kaki mereka pada aspal jalan. Lumayan lama Raga mengitari daerah itu hingga mata tajam Raga yang menukik bagai elang menangkap tubuh seorang wanita menyebrangi jalan yang tengah ia lalui.
"Wait a minute and I'll take your life to God," ucap Raga diiringi seringai pada bibir merahnya.
Dengan sekuat tenaga Raga menginjak pedal gas mobilnya menabrak wanita tadi hingga tubuh mungil itu terlempar beberapa meter dari tempat semula.
Raga menepikan mobilnya, tak lupa ia juga mematikan lampu mobilnya agar tak ada orang yang curiga. Remaja itu turun dari mobilnya dan menghampiri korban yang akan ia jadikan target kesadisannya malam ini.
Raga berjongkok di dekat tubuh wanita yang nyawanya tengah berada di ujung tanduk. Sebelah tangannya mengeluarkan pisau kecilnya dari saku jaketnya. Dengan senyum layaknya seorang psikopat Raga mulai menggores tipis-tipis wajah wanita itu.
"Jangan ...," lirih wanita itu menahan sakit.
"Say good bye to world, Bitch!" Tak memedulikan ucapan wanita itu, Raga langsung membusuk bola mata sebelah kanan wanita itu menggunakan pisaunya. Senyum setan semakin mengembang di bibirnya kala darah segar keluar dari mata indah itu.
Tak puas sampai di situ saja, Raga langsung menusuk wajah wanita itu hingga hancur tanpa belas kasih. Setelahnya ia beralih pada perut wanita itu, dirobeknya kain putih yang membungkus wanita itu kemudian Raga mulai menyayat daging pada area perutnya. Membongkar perut itu dan menusuk hingga hancur semua organ yang terlihat. Malam itu Raga melakukan tindakan kejinya secara membabi buta, menuntaskan segala hasrat yang terpendam di dalam dirinya hingga puas.
Setelah merasa 'cukup', Raga bangkit dan tersenyum puas melihat 'karyanya'. Remaja itu kemudian berjalan kembali menuju mobilnya. Menginjak pedal meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu atas betapa kejam dirinya.
"I'm sorry, Siska, I'm killing people again today," lirih Raga dengan wajah tak bersalah.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]
Roman pour AdolescentsTersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised my dear ones not to kill anymore -Raga Dirgantara. Karena suatu tragedi Siska kini berakhir menjadi kekasih Raga Dirgantara, seorang psikop...