10

558K 31.8K 1.3K
                                    

Setelah kejadian di mana Siska dihukum Raga di apartemen pribadi milik Raga, Siska menginap di apartemen itu selama tiga hari, tentu saja dengan izin dari kedua orang tuanya.

Keadaan perut, tangan dan, kaki Siska sudah lebih baik. Luka-luka sayatannya juga mulai mengering.

Hari sudah bergulir seiring dengan waktu yang berjalan terasa begitu cepat.

Hari-hari berlalu begitu cepat hingga tak terasa hari ini sudah berganti menjadi hari Minggu, Siska masih mendekam di dalam apartemen milik Raga, hanya duduk sambil memakan makanan ringan yang ia beli bersama Raga dan menggonta-ganti channel televisi.

Manik mata miliknya menatap bosan tayangan televisi yang sama sekali tidak diminatinya. Tangannya tidak berhenti untuk mengambil makanan ringan di toples yang berada di pangkuannya dan mulutnya tak berhenti untuk mengunyah.

Karena kebosanan yang sudah di ujung tanduk, akhirnya Siska memutuskan untuk mematikan televisi itu lalu bangkit dan berjalan ke arah kamar milik Raga.

Siska menemukan gundukan selimut di atas ranjang king size yang berada di tenga-tengah kamar itu. Tak terasa bibir Siska menggulung senyum tipis yang sangat jarang ia tunjukkan. Biasanya ia hanya akan menunjukkan cengiran tak berdosa dan senyum kekanak-kanakkan.

Siska berjalan ke arah jendela lalu membuka gorden berwarna biru laut di kamar itu. Cahaya matahari langsung menyeruak masuk ke dalam kamar itu.

Setalah selesai membuka gorden, kaki jenjangnya membawa tubuh mungil Siska untuk mendekat ke arah gundukan selimut itu. Siska mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang lalu menyibak selimut itu hingga terlihat tubuh atletis milik kekasihnya.

Tubuh bagian atas Raga tak tertutupi sehelai benang pun, Raga hanya memakai celana lalu tubuh bagian atasnya dibiarkan telanjang.

"Raga, ayo bangun, Gaa," ucap Siska sembari menggoyangkan tubuh Raga.

"Eungh." Raga melenguh karena merasa tidurnya terganggu.

"Ayo, Ga bangun! Kita nonton yuk!" ajak Siska masih dengan menggoyangkan tubuh Raga.

"Iya aku bangun," jawab Raga serak khas orang bangun tidur, yang akhirnya mengalah.

Raga membuka matanya lalu mengucak-ucak matanya dan menggeliat kecil setelah itu mendudukkan tubuhnya. Dengan wajah kusut, rambut berantakan dan mata yang setengah terpejam, Raga benar-benar menggemaskan. Sangat menggemaskan.

Seorang Raga yang dingin dan psikopat bisa bertindak seimut ini? Benar-benar harus diabadikan, tapi sayangnya Siska sedang tidak memegang ponsel saat ini.

"Ayo kita nonton, Ga! Aku mau nonton film The Secret. Temen-temen aku udah nonton semua, katanya filmnya seru," ujar Siska antusias.

"Aku mandi dulu, kamu udah mandi belum?" tanya Raga.

"Udah, nanti aku tinggal ganti baju. Cepetan mandi, aku gak sabar," ucap Siska sambil mendorong Raga ke kamar mandi di kamar itu.

"Iya," balas Raga sembari mengusap surai cokelat Siska.

Setelah tubuh Raga menghilang di balik pintu kamar mandi, Siska berbalik ke arah lemari yang berada di kamar itu.

Siska memang meninggalkan beberapa potong baju di apartemen Raga, untuk berjaga-jaga seperti saat ini sebenarnya.

Siska memilih memakai celana jeans dan kaus oblong lalu dilapisi jaket kulit yang senada dengan warna celana jeansnya. Kakinya dibalut sneakers putih.

Siska tidak memakai riasan apapun karena Raga tidak suka jika Siska memakai riasan, wajahmu sudah cantik tidak usah dipoles lagi, itu katanya.

Setelah merasa penampilannya cukup baik untuk berkencan dengan Raga, Siska berjalan ke luar kamar, ia menunggu Raga di ruang tamu sembari kembali memakan makanan ringan yang tadi ia makan.

Tak lama, akhirnya Raga keluar dari kamar menggunakan jeans dan kaus oblong putih lalu dibalut jaket kulit hitam, kaki panjangnya dilapisi sneakers. Tangannya membawa topi hitam kesayangannya.

Jika dilihat-lihat, penampilan Raga dan Siska seperti sepasang kekasih yang memakai pakaian couple, padahal mereka tidak janjian atau menentukan terlebih dahulu.

"Ayo!" ajak Raga sembari memakai topi hitam miliknya.

"Ayㅡ Oh iya masker aku!" balas Siska yang langsung berlari ke kamar miliki Raga.

Raga hanya menatap Siska bingung dengan wajah datarnya.

Tak lama Siska kembali dengan wajah yang tertutupi masker hitam.

"Siska kamu ngapain pake masker gitu?"

"Aku gak mau kencan kita batal lagi, Ga. Kalo ketemu temen-temen kamu atau siapapun itu bilang aja aku ini saudara kamu, ya?"

Raga menatap datar Siska lalu berdeham. "Ok."

Mata Siska berbinar lalu memeluk Raga, menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Raga "Ah, pacar aku emang yang terbaik. "

Mereka berjalan keluar apartemen dengan tangan yang saling bertatuan, benar-benar seperti pasangan yang serasi.

Saat sampai di basement Raga segera memberikan Siska helm dan tanpa diperintah Siska segera memakai helm yang diberikan Raga.

Raga memakai helm miliknya lalu menaiki motor ninja merah miliknya di susul Siska yang juga menaiki motor berwarna merah itu.

Raga menstater motor ninja merahnya untuk menghidupkan mesin motornya, memanaskan motornya sebentar lalu melaju dengan kecepatan kencang dari basement apartemen.

Siska memeluk pinggang Raga dan tersenyum di balik masker hitam yang menutupi setengah wajahnya.

Aku gak nyesel punya pacar psikopat kayak kamu, Ga. Walaupun di awal pertemuan kita gak begitu baik. I love you, Raga, ucap Siska dalam hati.

TBC

Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang