8

603K 34.6K 6.2K
                                    

Bagi Siska hari ini benar-benar hari yang penuh dengan kesialan, setelah terlambat sekolah, lalu batal kencan, sekarang Raga ingin menghukum dirinya? Oke, mungkin terdengar tidak wajar, tetapi hal ini beberapa kali kerap terjadi dalam hubungan mereka.

Membangunkan sisi lain dari diri Raga sama saja dengan mencari mati. Siska tidak yakin dirinya akan baik-baik saja untuk beberapa jam ke depan. Nyatanya menjadi kekasih Raga sama sekali tak seindah ekspetasi di mata orang-orang.

Siska hanya dapat memeluk erat pinggang Raga tatkala laki-laki itu mengemudikan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Seolah keselamatan juga polisi bukanlah hal yang patut untuk ditakutkan. Walau jantungnya berdetak tak karuan, Siska hanya dapat membungkam mulutnya rapat-rapat, tak berani mengeluarkan sepatah kata pun.

Pokoknya nanti gue harus kabur! ucap Siska dalam hati.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Raga akhirnya tiba di gedung apartemennya. Setelah Raga mematikan mesin motornya, Siska segera turun dan melepaskan helm yang melekat di kepalanya kemudian menyerahkan benda tersebut pada Raga.

Sebetulnya Siska tengah melakukan ancang-ancang untuk kabur, tetapi ia kembali berpikir, apakah kabur akan menyelamatkannya? Ya, meyelamatkan untuk beberapa saat setelah itu menjerumuskannya masuk ke dalam kandang singa.

Memikirkannya saja sudah membuat Siska bergidik ngeri. Sebetulnya Raga juga telah mengetahui gerak-gerik Siska yang sepertinya tengah melakukan ancang-ancang untuk meloloskan diri darinya. Siska memang selalu akan melakukan hal yang sama ketika Raga akan memberikan 'hukuman' untuknya. Namun, entah kenapa ancang-ancang itu selalu berakhir dengan sikapnya yang tiba-tiba menjadi penurut.

"Aduh, Ga, kayaknya aku kedatangan 'tamu' deh," ujar Siska tiba-tiba dengan wajah panik yang dibuat-buat.

Sungguh, ekspresi Siska saat seperti ini selalu membuat Raga ingin tertawa, tetapi tentu saja Raga tidak benar-benar tertawa, ia meredam hasrat tawanya dengan berdeham dan menatap Siska datar.

"Kamu baru aja selesai kemarin, Siska. Gak usah bohong sama aku," sahut Raga datar lalu menyeret tangan Siska memasuki gedung apartemen tersebut.

"Ih, kamu mana tau sih, Ga!" balas Siska dengan wajah kesal.

"I know all about you, Siska," bisik Raga di telinga Siska.

Siska bungkam, memilih untuk tak menanggapi ucapan Raga, sedangkan Raga masih setia menarik tangan Siska memasuki lift. Kemudian Raga memilih lantai sepuluh sebagai tujuannya.

"Even I know when you first menstruation, Honey," bisik Raga lagi sembari mengedipkan matanya jahil.

"Ih, Raga gila!" Siska menunduk, menyembunyikan semburat merah yang berada di pipinya.

Gue aja udah lupa kapan pertama kali gue dapet, kenapa dia malah tau sih? Malu-maluin banget! ucap Siska dalam hati.

"I'm crazy because of you, Baby."

"Raga, kepala kamu kepentok apa sebelumnya?" tanya Siska sembari menatap Raga khawatir dan memegang bagian-bagian tubuh Raga.

"Aku gak kebentur apa-apa Siska," jawab Raga sambil menatap Siska jengah.

Bagaimana bisa ia memilik kekasih sepolos ini? Dan bagaimana bisa gadis sepolos ini memilik kekasih psikopat seperti dirinya?

Ting!

Pintu lift terbuka lebar menampakkan suasana sepi lantai sepuluh. Siska kembali waspada saat jaraknya sudah semakin dekat dengan unit apartemen Raga.

Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang