Di sini lah Siska saat ini. Di atas ranjang king size dengan sprei berwarna baby blue kesukaannya. Terbaring lemah dengan badan panas dan hidung berwarna merah.
Setelah peristiwa penyelamat yang Siska lakukan pada seekor anak ayam yang terjebak dalam derasnya hujan, Raga langsung bergegas membawa Siska pulang ke apartemennya. Bahkan Raga mengendong Siska di punggungnya. Dan, anak ayam yang tadi Siska selamatkan juga sudah di beri selimut, entahlah, anak ayam itu masih bertahan hidup atau tidak.
Daya tahan tubuh Siska benar-benar lemah. Hanya kehujanan sebentar saja sudah membuat dirinya jatuh sakit dan terserang flu mendadak.
"Raga..." panggil Siska dengan suara seraknya.
"Iya, apa hm? Kenapa? Kepala kamu pusing? Kita ke dokter aja, yuk!" tanya Raga perhatian.
"Raga, aku puㅡhatchim!" Ucapan Siska terputus karena bersin yang tiba-tiba.
"Kamu kenapa, Honey?" tanya Raga khawatir.
Keadaan Siska saat ini benar-benar jauh dari kata baik.
"Aku pusing, Ga," lirih Siska.
"Kita ke dokter aja, yuk!"
Siska menggeleng sebagai jawaban, "Aku gak mau. Aku mau peluk aja," ucap Siska sambil merentangkan kedua tangannya.
Siska jika sedang sakit memang akan menjadi sangat manja.
Raga menurut. Ia masuk ke dalam selimut yang menutupi tubuh Siska hingga sebatas dagu.
Merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukan hangatnya.
Saat ini wajah Siska tepat berada di dalam dada bidang Raga. Siska menghirup aroma maskulin tubuh Raga. Aroma kesukaannya.
"Raga, aku pusing," ucapan Siska terdengar seperti gumaman karena tertutupi dada bidang Raga.
"Ya udah, minum obat aja. Biar pusingnya berkurang terus kamu tidur."
Sebenarnya sudah sedari tadi Raga menyuruh Siska untuk meminum obat. Namun gadis itu selalu menolak dan mengatakan ia sudah baik-baik saja. Tapi, setelah Raga tidak menyuruhnya untuk meminum obat, Siska kembali mengeluh pusing.
Raga merasakan kepala Siska menggeleng di dadanya.
"Kamu mau terus-terusan pusing gini? Enggak, kan? Minum obat ya, Sayang." Raga kembali membujuk Siska.
Tangannya ia ulurkan mengelus surai lembut Siska. Menghadapi Siska yang sedang sakit memang harus bersabar, karena Siska akan berubah menjadi sangat manja dan sensitif.
"Aku gak mau, Ga. Obat rasanya pahit. Lidah aku udah pahit, aku gak mau bikin tambah pahit."
"Sekarang kamu tidur, biar pusingnya berkurang. Nanti kalo kamu udah bagun aku bikinin bubur." Tangan Raga masih setia mengelus surai Siska.
Siska menurut. Ia mencari posisi paling nyaman di dada Raga, tangannya ia letakan di pinggang Raga.
Namun, sebelum Siska memejamkan matanya Ia berbicara sesuatu, membalas ucapan Raga. "Aku gak mau bubur. Aku mau seblak."
"No, no, Honey. You're sick, then if you are cured, then we buy."
"Tapi aku mau sekarang," rengek Siska.
"Not now, Honey," ucap Raga mencoba bersabar.
Kesabarannya memang sangat teruji menghadapi Siska yang sedang sakit.
"Sekarang, Gaaa." Siska semakin merengek. Kepalanya Ia dongakan untuk bisa menatap mata Raga.
Kini mata Siska sudah persis seperti mata anak anjing. Jurus andalan Siska, membujuk Raga dengan menatap mata Raga dengan tatapan bak anak anjing.
Raga mengalihkan pandangannya dari mata Siska. Ia tak kuat menatap mata Siska seperti itu, dan pasti akan berujung membelikan Siska seblak. Raga tidak ingin itu terjadi. Siska sedang sakit, Ia tak akan membiarkan Siska memakan makanan itu. Mungkin, nanti jika sudah sembuh akan Ia izinkan.
"Ragaa, tatap mata akuu." Rengekan Siska semakin menjadi-jadi.
Raga menghela napas pelan. Lelah juga menghadapi Siska yang sedang dalam mode manja. "Aku beliin kalo kamu mau ke dokter."
Siska terdiam, Ia tak lagi melanjutkan acara merengeknya. Siska bimbang. Ia tak ingin ke dokter, namun Ia ingin makan seblak.
Raga menyeringai melihat keterdiaman Siska. Raga yakin pasti Siska tengah bingung kali ini.
"Gimana? Mau ke dokter gak? Nanti pulangnya aku beliin seblak. "
"Aku.. Aku gak tau."
Raga tersenyum. Menarik Siska kedalam pelukannya, memeluk tubuh mungil itu erat. Menyamankan posisi kekasihnya itu. Mereka berpelukan berbagi kehangatan dalam dinginnya hujan.
"I love you, Siska."
"I love you more, Raga."
Sebuah hubungan sempurna tak harus berlandaskan seorang laki-laki tampan dan seorang wanita cantik, karena hubungan itu akan terkalahkan dengan hubungan penuh cinta dan kepercayaan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]
Teen FictionTersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised my dear ones not to kill anymore -Raga Dirgantara. Karena suatu tragedi Siska kini berakhir menjadi kekasih Raga Dirgantara, seorang psikop...