Raga Pov
Rico, sahabat masa kecil gue yang baru datang dari New York setelah sekian lama dia pergi ninggal gue. Tadinya mungkin gue seneng denger kabar kalo dia balik ke Indonesia, karena jujur aja gue kangen sama dia.
Tapi, siapa sangka kalo sahabat masa kecil lo itu suka sama pacar lo sendiri? Bahkan nunjukin secara terang-terangan kalo dia suka sama pacar lo.
Jujur aja gue merasa khawatir sekarang. Karena Rico itu bukan orang yang mudah menyerah, juga secara visual dia gak bisa diragukan.
Gue baru sadar seorang psychopath ini bisa merasa takut.
Gue takut. Takut kebahagiaan gue direbut, takut pelangi gue direbut, takut matahari gue direbut, takut bulan gue direbut dan takut cahaya gue direbut.
Ngebunuh Rico buat ngilangin ketakutan gue?
Psikopat kayak gue ini emang gampang buat ngebunuh orang. Liat mereka kesakitan itu kasenangan tersendiri bagi gue. Tapi, gimana kalo bunuh sahabat sendiri? Gue harus mikir dua kali atau bahkan berkali-kali untuk ngelakuin itu.
Karena apa? Karena dia udah jadi bagian dalam hidup gue. Dulu saat orang tua gue gak ada buat gue dia selalu ada buat gue, hingga dia pergi ninggalin gue.
Raga Pov End
Author Pov
"Raga, yang ini tuh gimana?" seru Siska sambil menunjuk soal yang tertera di buku lks miliknya.
Sebuah soal matematika yang entah bagaimana cara mengerjakannya.
Raga turun ke karpet berbulu halus yang di atas nya sudah ada Siska dengan dahi berkerut melihat soal.
Saat ini Raga dan Sisak tengah berada di apartemen Raga. Siska ingin Raga membantu dirinya mengerjakan soal yang tak ia mengerti.
"Yang ini tuh gini," jawab Raga sembari mencoret-coret buku tulis Siska dengan jawaban dari soal yang Siska tanyakan.
"Oh gini," jawab Siska sambil mengangguk.
"Sekarang kamu ngerti? "
"Enggak. Hehehe." Siska menunjukkan cengiran tak berdosanya.
"Hah.." Raga menghela napas lalu mengusap rambut cokelat Siska lembut.
"Kamu ini kapan ngertinya hm?"
"Kapan-kapan," jawab Siska acuh tak acuh sambil memasukkan keripik yang tadi sempat ia ambil sebelum memulai belajar.
Siska merasa perlakuan Raga saat ini terasa begitu manis?
Biasanya Raga hanya akan duduk diam sambil memperhatikan Siska, lalu membantu jika Siska bertanya. Tak ada ucapan halus atau perlakuan manis lainnya.
"Raga, aku jadi takut deh sama kamu." Siska menegakan tubuhnya lalu menatap mata Raga dengan pandangan serius. Namun pandangan serius itu selalu ingin membuat tawa Raga meledak.
"Takut kenapa?" jawab Raga mencoba menahan tawanya.
"Kamu habis bunuh orang, ya? Nagku deh sama aku!"
Raga mengerutkan dahinya, alisnya bahkan menyatu karena bingung oleh pertanyaan Siska.
"Kamu sendiri kan yang bilang aku gak boleh bunuh orang lagi?"
"Iya, aku yang suruh kamu gak bunuh orang lagi, tapi kan.." Siska menggantung omongannya. "Ya tapi kan, ah tau lah! "
"Hahahaha, kamu ini kenapa sih, Sayang?"
"Tuh kan, tuh kan! Kamu manggil aku Sayang. "
"Ya emang kenapa kalo aku manggil kamu Sayang? Kan, aku pacar kamu, jadi bebas dong?"
"Ya, tapi kan aneh aja," gerutu Siska.
"Aneh kenapa?" tanya Raga pura-pura tidak tahu.
"Ya aneh aja, ah atau ah," nalas Siska gusar.
"Hahahaha," tawa Raga pecah mendegar balasan Siska. Tawa lepas yang jarang sekali Raga tunjukkan. Menggoda kekasihnya ini memang salah satu hiburan baginya.
Tawa Raga sudah berhenti lalu Siska berkata, "Ga, coba ketawa lagi deh. Aku mau videoin terus aku posting di instagram."
"Enggak ah."
"Kenapa?"
"Karena tawa ini hanya milik kamu."
"Ciee, Raga ngegombal cieee. Coba ngomong lagi aku mau denger." Kini Siska balik menggoda Raga.
"Gombalan aku tuh limited edition jadi kalo udah pernah aku gombalin artinya kamu lagi beruntung."
"Terus yang tadi di sekolah itu apa? Kamu bulan ku, aku gak bisa hidup kalo gak ada kamu." Siska semakin menggoda Raga dengan ucapan-ucapan nya.
"Siapa yang bilang gitu?"
"Ah masa lupa? Terus tadi siapa tuh yang mellow-mellowan sambil meluk aku?"
"Siapa? Aku gak tau," tanya Raga lalu bangkit dari duduknya.
"Raga kamu mau kemana?" Siska sedikit berteriak.
"Mau nyoli, dari pada dengerin kamu ngomong gak jelas."
Blush
Pipi Siska langsung terasa panas mendengar ucapan Raga. Ucapan Raga benar-benar frontal kali ini.
"Ih mesum banget kamu!" teriak Siska.
"Gak mesum gak normal," ucap Raga setelah itu tubuhnya hilang di balik pintu kamar mandi.
"Ya Allah, pacar gue sekalinya bobork kenapa gini amat sih?" ucap Siska seraya menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup.
Entahlah, Raga benar-benar melakukan kegiatan mesum itu atau menuntaskan panggilan alam.
Hanya Raga dan Tuhan yang mengetahuinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]
Teen FictionTersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised my dear ones not to kill anymore -Raga Dirgantara. Karena suatu tragedi Siska kini berakhir menjadi kekasih Raga Dirgantara, seorang psikop...