Setelah Raga dan Siska bangun dari tidur mereka pukul satu siang. Raga mengantar Siska pulang ke rumahnya.
Kedatangan Siska langsung dihadiahi beribu-ribu pertanyaan dari Sang Ibunda tercinta, sedangkan Alvian dan Raka tak mengetahui jika Siska tidak pulang semalamㅡ Alvian dan Raka sedang berada di Bandung karena mengurusi urusan perusahaan di sana.
Omong-omong Raka sudah bekerja di salah satu perusahaan milik Alvian, posisi laki-lakinya itu langsung melejit naik menjadi seorang CEO.
Siska menjadi jarang bertemu dengan kakak laki-lakinya itu semenjak Raka menjadi seorang CEO. Raka berangkat bekerja sebelum Siska bangun tidur dan kembali ke rumah setelah Siska tertidur dengan nyenyak. Siska mengerti bagaimana keadaan Raka saat ini, ia pasti sangat lelah karena telah bekerja keras. Ia hanya berharap agar Raka selalu diberikan kesehatan dan umur panjang.
Tadi, Raga membantu Siska menjelaskan pada Salma jika semalam Siska menginap di salah satu rumah temannya.
Oh, maafkan anakmu karena telah mencoba membohongimu Salma.
Setelah memastikan Siska pulang dengan selamat dan mencoba menjelaskan alasan Siska tidak pulang semalam. Raga pamit pulang karena ada sebuah urusan yang harus ia urus.
Raga memacu ferrarinya dengan kecepatan sedang di tengah-tengah jalanan Ibu Kota yang tak terlalu padat. Matanya memandang dengan serius jalanan yang mayoritas dipenuhi dengan kendaraan beroda dua.
Sebenarnya ada sebuah kuman yang harus ia basmi, tapi rasanya tak akan menyenagkan jika ia tidak bermain-main terlebih dahulu.
Tadi, ada seseorang yang mengajaknya bertemu di salah satu cafe di kawasan Bintaro. Raga hanya mengiyakan tanpa banyak bicara.
Mobil ferarri Raga berhenti dengan mulus di parkiran cafe yang terlihat cukup ramai. Hari ini Raga memakai sebuah kemeja dengan lengan digulung hingga siku dan celana jeans yang dipadukan dengan sneakers putih kesayangan. Topi hitam juga tak luput dari punck kepalanya.
Raga melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul enambelas tigapuluh.
Ting
Lonceng berbunyi saat Raga menarik pintu cafe, kakinya berjalan mencari seseorang yang harus ia temui.
Pandangan seluru cafe tertuju pada Raga yang berjalan dengan aura gelapnya. Mata tajam Raga menelisik setiap sudut berharap segera menemukan seseorang yang ia cari.
Mata tajam Raga menemuka seseorang di sudut cafe yang tangannya melambai ke arah Raga.
Raga langsung mendudukan tubuhnya di depan seseorang yang tengah tersenyum genit padanya.
"Aku kira kamu gak bakal dateng, Ga!" seru seseorang itu sambil menggigit bibirnya, menggoda.
"Gak usah sok akrab. Ada apa, Lusi?" Raga berbicara dengan nada dingin dan pandangan mengintimidasi.
Seseorang itu adalah Lusiana Margaretha. Ya, Lusi yang mengajak Raga untuk bertemu di salah satu cafe di kawasan Bintaro ini.
Lusi menegangkan tubuhnya saat mendengar nada suara Raga juga mendapat tatapan intimidasi dari Raga, namun dengan cepat Lusi merubah semua itu dengan senyum merekah yang sangat menggelikan di mata Raga.
"Gak ada apa-apa kok, Ga. Aku cuma mau lebih akrab aja sama kamu," ucap Lusi sambil tersenyum manis. Lusi menumpukan wajahnya pada kedua telapak tangannya di atas meja. "Tadi kenapa gak masuk sekolah?"
"Bukan urusan lo. Kalo gak ada hal penting yang pingin lo bicarain, gue pergi," ujar Raga sambil menekankan kata penting di kalimatnya. Raga berdiri dari duduknya bersiap untuk pergi namun dengan cepat Lusi menarik tubuh Raga untuk kembali duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]
Dla nastolatkówTersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised my dear ones not to kill anymore -Raga Dirgantara. Karena suatu tragedi Siska kini berakhir menjadi kekasih Raga Dirgantara, seorang psikop...