Saat ini Siska dan Raga tengah berada di kedai es krim dekat kompleks perumahan Siska. Namun, hanya Siska yang tengah menyantap makanan manis nan dingin itu, Raga tak memilih memperhatikan Siska yang tengah makan karena tak suka makanan manis.
Siska menjliat es krim di sudut bibirnya, kepalanya mendongak, menatap Raga yang sedari tadi memperhatikannya.
Siska menghela napas pelan, berhenti sejenak dari acara makannya. Sementara Raga tetap diam memperhatikan setiap hal yang dilakukan oleh kekasihnya.
Siska merasa ditelanjangi bulat-bulat jika Raga terus menatapnya seperti itu!
"Raga, udah dong jangan natap aku kayak gitu, risih tau gak?" gerut Siska dengan nada kesalnya.
"Enggak," sahut Raga santai.
Siska mendengus mendengar jawaban Raga. Kekasihnya sudah dalam mode dingin kembali ternyata.
"Udah belum makannya? Nanti keburu sore, inget kita mau ke pasar malam," ucap Raga datar.
Siska mendongak, mengalihkan pandangannya dari es krim cokelatnya yang sudah setengah habis.
"Masih setengah, sayang kalo gak dihabisin, aku habisin dulu, ya?" sahut Siska.
"Ya udah, habisin dulu."
Siska hanya mengangguk, lalu kembali memakan es krim cokelatnya.
Raga masih memperhatikan Siska yang kembali menghabiskan es krimnya, Siska jadi jengah sendiri jika diperhatikan seperti ini.
Tak lama es krim yang Siska makan akhirnya lenyap masuk ke dalam perutnya.
Siska sudah berdiri, tetapi Raga belum bergerak sedikit pun dari posisi duduknya. Siska menghela napas pelan lalu kembali mendudukkan tubuhnya di kursi semula.
"Raga, ayo pulang! Udah sore."
Raga diam. Namun, tubuhnya maju ke depan hingga tersisa jarak beberapa centimeter dari wajah Siska. Siska manahan napas melihat wajah Raga yang begitu dekat dengannya.
Raga semakin menepis jarak di antara wajahnya dengan wajah Siska hingga ...
Lidah laki-laki itu menjilat es krim yang berada di sudut bibir kekasihnya. Raga kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Siska.
Membisikkan sesuatu dengan suara rendahnya, "Kalo makan jangan kayak anak kecil."
Tubuh Siska menegang dan bulu kuduknya terangkat karena mendapat perlakuan seperti ini dari Raga. Dua kali mendapat bisikan rendah dari Raga benar-benar dapat membuat Siska cepat mati karena terlalu sering spot jantung.
Pipinya bahkan memerah karena malu, membuat kadar keimutan Siska di mata Raga bertambah berkali-kali lipat.
Raga bergerak menjauh lalu bangkit dari duduknya. Sementara Siska tengah berusaha menetralkan degup jantungnya seraya menyembunyikan wajahnya yang memerah dari Raga.
Raga terkekeh pelan, lalu menarik lembut lengan Siska agar bangkit dan pergi dari kedai yang menjadi saksi bisu atas perlakuan manisnya tadi.
Raga memeluk posesif pinggang Siska, seakan memberitahu pada dunia bahwa gadis yang ada dalam dekapannya ini adalah miliknya seorang.
Sebenarnya Raga berani melakukan hal seperti itu karena kedai es krim yang mereka kunjungi sedang sepi, bahkan hanya ia dan Siska pengunjungnya.
Masa bodoh jika ada teman sekolahnya yang melihat, sebenarnya itu yang ia inginkan. Semuanya terbongkar. Ia sudah muak bertingkah seolah tidak mengenali satu sama lain di kawasan sekolah.
Kehadiran Siska benar-benar mengubah dirinya. Psikopat gila berubah menjadi pria yang gila akan cintanya pada Siska.
Warna hitam putih pada hidupnya pun tergantikan dengan warna-warna baru yang menghiasi hidupnya.
Bahkan hobinya membunuh berubah menjadi membuat semburat merah di pipi Siska.
Intinya, kehadiran Siska dalam hidup Raga mengubah semuanya dalam hidup Raga.
Raga mengendarai motornya dengan kecepatan pelan. Hanya beberapa blok lagi mansion milik keluarga Siska terlihat. Sebelah tangannya mengelus punggung tangan Siska yang hingga di pinggangnya.
Mau tak mau ban motor itu akhirnya berhenti di depan mansion megah milik keluarga Siska.
Raga menghentikan mesin motornya lalu mencopot helm yang melekat pada kepalanya. Siska juga sudah turun dari motor Raga dan melakukan hal yang sama.
Siska masih setia menundukkan kepalanya membuat Raga yang melihat hanya tersenyum geli.
"Siska, sini majuan," perintah Raga.
Siska hanya menurut, memajukan badannya.
"Nunduk," ujar Raga kembali memberi perintah.
Siska tak mau ambil pusing, ia hanya menuruti perintah Raga menunduk.
Cup
Siska terkejut dibuatnya, bibir Raga menempel di dahinya, memberikan kecupan hangat yang begitu lembut.
"Gak usah dandan, aku jemput kamu jam tujuh. See you tonight, Honey," ucap Raga lalu memakai helm dan kembali melajukan motor merahnya.
Sementara itu Siska masih mematung di depan pelataran mansion miliknya.
"AAAA RAGA! LO BENER-BENER BIKIN GUE GILA!" Siska berteriak sambil berlari masuk ke dalam mansion miliknya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]
Teen FictionTersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised my dear ones not to kill anymore -Raga Dirgantara. Karena suatu tragedi Siska kini berakhir menjadi kekasih Raga Dirgantara, seorang psikop...