1

1.1M 55.8K 5.8K
                                    

Seorang gadis berseragam putih abu berlari kecil setelah turun dari salah satu angkutan umum. Dengan deru napas yang sedikit terengah gadis itu menatap nenar gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat, sama sekali tak memberikan celah sedikitpun untuknya. Bibirnya mencebik, merutuki sang sopir angkot yang angkutannya tadi ia naiki karena ngetem terlalu lama tanpa memikirkan nasib penumpang yang sudah menunggu di dalam angkutan tersebut. Tak lupa ia juga memaki dirinya sendiri karena tidur tengah malam hanya untuk menonton musik video idolanya yang baru dirilis, sehingga menyebabkan keterlambatannya pagi ini.

Menghela napas pelan, gadis itu kemudian menyebrangi jalanan yang tampak sepi dan masuk ke dalam sebuah warung yang berada tepat di seberang jalan sekolahnya.

“Terlambat lagi, Non?” Kedatangan Siska, atau lebih tepatnya sang murid terlambat yang lebih memilih untuk mengisi perut laparnya di warteg ini disambut pertanyaan oleh sang pemilik warteg yang sekaligus menjadi pelayanan di warung sederhana tersebut.

“Iya, Bu. Aku mau kayak biasa, ya, Bu,” jawab Siska seraya mendudukkan bokongnya di kursi panjang yang langsung berhadapan dengan meja dan etalase tempat lauk-pauk berada.

“Jangan dibiasain kayak gini, Non. Nggak baik,” ucap Bu Indah memberi nasihat seraya menyerahkan pesanan gadis yang kerap kali membolos di warungnya ini.

Hanya sepiring nasi dengan lauk tumis kangkung dan tempe goreng juga segelas es teh manis.

“Iya. Makasih, Bu,” jawab Siska acuh tak acuh, lalu bergumam membaca doa sebelum makan, setelah itu langsung melahap makanan yang ada di hadapannya.

Siska makan dengan sangat lahap, mirip seperti seseorang yang menahan lapar begitu lama. Bahkan sepertinya jika orang lain tidak tahu gadis itu bukan seorang gelandangan, maka orang itu akan mengira bahwa Siska benar-benar seorang gelandang melihat dari cara makannya saja. Sementara Bu Indah yang saat ini berdiri di depan etalase hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

Hanya dua hal sederhana yang dapat membuat gadis dengan rambut terkucir menyerupai ekor kuda itu bahagia. Pertama, wajah tampan idolanya. Kedua, perut kenyangnya.

Setelah melahap habis seluruh makanan yang ada di atas piring, Siska meminum es teh manis miliknya dan bersendawa pelan.

“Den Raga tau kalau, Non Siska terlambat lagi?” Setelah bungkam beberapa saat, Bu Indah kembali mengeluarkan pertanyaan.

“Oh iya, Raga!” pekik Siska seraya menepuk keningnya pelan. Ia lalu mengeluarkan benda persegi panjang dari dalam tasnya dan mengetik beberapa pesan untuk seseorang bernama Raga itu.

Raga 💋

Raga hari ini aku gak masuk di jam pelajaran pertama

Gerbangnya udah ditutup jadi aku gak bisa masuk

Bukan bolos loh ya, salahin gerbangnya yang ditutup jadi aku gak bisa masuk

Nanti aku nonton kamu tanding basket aja

Love You
Delete

Read

Siska menatap takjub layar ponselnya yang menunjukkan bahwa pesannya hanya dibaca oleh seseorang bernama Raga itu.

Orang ganteng plus pinter tuh bebas ngapain aja kali, ya? Pas jam pelajaran aja bebas main HP, pikir Siska.

Fransiska Wijaya, seorang murid perempuan dengan otak pas-pasan yang ceroboh dan tidak bisa diandalkan. Barang apapun yang menyentuh tangan Siaka akan hilang kegunaannya dalam sekejap mata. Siska memiliki paras wajah menawan. Kulitnya halus seperti bayi, hidungnya mungil, dan bibirnya berwarna semerah cherry, serta rambut panjangnya menjuntai hingga bahu.

Sweet Psychopath Boyfriend [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang