Hwaiting!!!

4.7K 568 29
                                    

Bukan up wanna be:v cuma pengennya bikin ini. One shot hyunlix. Cekidot










Hyunjin menenggelamkan wajah tampannya di bantal empuknya. Mencoba menyembunyikan wajahnya yang kusut itu dari para member. Ia lelah. Sungguh. Ia hanyalah seorang remaja, ia baru saja merasakan debut, ia baru saja terbebas dari neraka aka trainee. Namun mengapa masalah langsung datang menghampirinya? Bahkan belum genap satu bulan ia merasakan bahagia nya debut.

Apakah Tuhan melarangnya untuk bahagia? Ataukah ini adalah cobaan? Entahlah masalah ini benar-benar membuat Hyunjin lelah. Isu-isu tak mengenakkan itu telah lama ia ketahui, namun ia lebih memilih diam. Namun, makin hari kian menjadi, isu itu membuat banyak orang beranggapan buruk terhadapnya. Ia berusaha menahan semua perasaan sedihnya. Namun ia juga manusia bukan? Seperti manusia pada umumnya yang memiliki rasa lelah, puncaknya adalah fansmeet tadi. Ia menangis saat ia tengah melantunkan lirik bagiannya di lagu grow up. Ia rasa lagu itu benar-benar mewakili perasaannya saat itu hingga tanpa sadar air matanya turun.

Seperti sekarang ini. Air matanya kembali mengalir. Ia benci kenapa ia sangat cengeng. Ia benci ketika ia terlihat lemah, seperti sekarang ini.

"Lemah banget sih Jin." ucap Hyunjin pada dirinya sendiri di tengah tangisnya.

Saat Hyunjin tengah menangis, ia merasakan sebuah lengan mengelus-elus rambutnya. Mencoba menenangkannya. Jeongin, itulah pikirnya.

"Pergi Jeong, aku lagi mau sendiri." ucap Hyunjin tanpa melihat sosok yang mengelus-elus kepalanya.

"Ahh, aku diusir ternyata."

Hyunjin tersentak begitu mendengar sahutan dari lawan bicaranya. Itu jelas bukan Jeongin. Suaranya husky dengan pelafalan yang agak kurang jelas.

Tangan yang mengelus-elus rambutnya berhenti. Disusul dengan suara langkah kaki yang mencoba menjauh. Dengan kecepatan kilat Hyunjin menahan tangan Felix, si pelaku. Membuat yang ditarik membalikkan badannya ke arah Hyunjin.

"Hajima." ucap Hyunjin lemah, membuat Felix yang melihatnya sakit. Apa separah ini masalah Hyunjin?

Felixpun kembali dan segera duduk dipangkuan Hyunjin. Ia segera menangkup pipi Hyunjin dan menatap dalam matanya.

"Kau kenapa? Tak ingin berbagi cerita dengan Felix?"

"Aku tak apa-apa." ucap Hyunjin sembari menunduk, menghindari kontak mata dengan Felix.

"Ahh sepertinya keberadaanku sudah tak penting ya Jin? Baiklah aku mengerti." ucap Felix mencoba memancing Hyunjin agar jujur padanya.

"Bukan begitu." ucap Hyunjin sembari menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Felix, menyesapi wangi tubuh Felix yang mampu menenangkannya.

Hening. Untuk beberapa saat hening menguasai kamar yang ditempati mereka berdua itu. Hyunjin yang masih mencoba menenangkan diri dan Felix yang mencoba mengerti Hyunjin.

"Itu tidak benar." akhirnya Hyunjin membuka suaranya. Serak dan lirih. Masih dengan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Felix. Membuat Felix kembali mengelus-elus surai hitam legam Hyunjin.

"Aku tahu."

"Aku tak melakukannya." lagi Hyunjin bersuara bahkan suaranya sekarang terdengar bergetar. Disusul suara isakan. Hyunjin kembali menangis.

"Mereka berbohong." meskipun Felix tak mengerti apa yang tengah dibicarakan Hyunjin, ia mencoba mendengarkannya dengan seksama karena ini pasti bersangkutan dengan masalahnya.

"Jangan percaya."

"Aku tidak jahat."

"Aku tahu Hyunjin-ah."

"Aku benar-benar tak melakukannya lix! Hiks."

"Kau percaya padakukan?"

"Tentu saja, aku percaya padamu."

"Sssttt uljima. Kau jangan dengarkan apa kata mereka. Berhenti menangis, wajahmu benar-benar jelek ck ck ck." canda Felix mencoba mengembalikan senyum Hyunjin. Dan berhasil, dapat ia dengar Hyunjin yang tertawa kecil.

"Hey lihat aku Hwang tampan Hyunjin." ucap Felix membuat Hyunjin menegakkan badannya dan menatap Felix dengan wajah sendunya.

"Ingin berbagi cerita denganku?" tanya Felix sembari menghapus jejak-jejak air mata di wajah Hyunjin.

Hyunjin pun akhirnya menceritakan semua masalahnya. Menjadikan Felix sebagai buku diary nya.

"Sudahlah, jangan menangis. Aku percaya padamu dan aku yakin fans mu pun percaya padamu." ucap Felix menyemangati Hyunjin ia selesai bercerita.

"Kau berbicara seperti itu karena kau tak merasakannya." ucap Hyunjin dengan senyum di wajahnya.

"Astaga tuan Hwang yang terhormat. Aku ini sedang menghiburmu, mengapa kau tidak menghargaiku? Oh tentu saja, kau begitu karena kau sudah tak butuh pundakku. Padahal aku sengaja memakai kaos mu agar kebesaran dan memudahkanmu melakukan itu. Namun sepertinya itu percuma." ucap Felix mendramatisir, membuat Hyunjin terkekeh geli.

Cup

"Kau ini bawel sekali sih." ucap Hyunjin setelah mencium kilas bibir ranum Felix.

Felix? Sudah jangan ditanyakan. Felix tengah berusaha mencoba menahan diri agar tidak berteriak saat itu juga.

"Sialan kau tuan Hwang." umpat Felix kesal lalu menurunkan sedikit bajunya ke sebelah kanan, menampilkan bahu putih mulusnya.

Hyunjin yang mengertipun segera menciumi pundak Felix. Sesekali menggigitnya kecil membuat sang empu meringis pelan.

Hal ini sudah sering mereka lakukan, Hyunjin selalu melakukan hal ini jika ia tengah risau. Hal inilah yang mampu menenangkan dirinya. Ah tidak! Memang sudah pada dasarnya Felix adalah sumber ketenangannya.

Aksi Hyunjin terhenti begitu suara ricuh terdengar dari arah pintu.

"Sial! Kami menunggu dengan cemas diluar sedangkan kalian enak-enakan di dalam." ini adalah suara Jisung.

"Kupikir akan ada adegan yang membuat kalian akan berpisah namun ternyata dugaanku salah." yang memiliki wajah seperti beruang bersuara.

"Tentu saja kau salah, mereka kan pasangan ter romantis disini." Seungmin mencibir.

"Jeongin tidak lihat. Jeongin masih polos."

"Aku menyesal menghabiskan waktu dengan hal tak berguna." pecinta dark pun ikut mengeluarkan suaranya.

Satu persatu dari mereka pergi, meninggalkan Chan dan Minho di ambang pintu.

"Hyunjin,  hyung mohon jangan kasar. Felix masih kecil." ucap Minho membuat Felix dan Hyunjin berblushing ria.

"Kurasa kalian butuh balon?" leader ikut berkata membuat Hyunlix bertambah malu.

Setelah Chanho pergi Felix segera memukul pelan dada Hyunjin.

"Ini semua salahmu." ucapnya kesal.

"Kupikir kau mengunci pintunya."

"Ahh aku sangat malu!" keluh Felix lalu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan mungilnya.

"Bagaimana jika kita melakukan hal yang iya iya?" tanya Hyunjin dengan raut wajah mesumnya.

"Mati kau Hwang!"



End

Wanna be? || Hyunlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang