Pt.22

2.8K 427 96
                                    

Hari berikutnya tak jauh beda dengan hari-hari yang biasa Felix lalui. Perbedaannya hanya ia tak lagi perlu mengikuti kemana pun Hyunjin pergi karena kini Hyunjin yang mengikutinya kemana-mana. Walau sebenarnya tak jarang juga Felix membuntuti Hyunjin yang dalam mode ngambeknya.

Seperti misalnya Hyunjin yang menyuruh Felix menunggunya latihan basket yang biasanya tak ingin ditunggu, hanya karena Felix bercengkrama begitu dekat dengan Yoochan, kakak tingkatnya.

Ia rasa inilah kebahagiaan yang selama ini dicarinya. Kebahagiaan yang selama ini ia rindukan keberadaannya. Kebahagiaan yang selama ini ia rengkuh setelah terluka begitu dalam.

Hyunjin adalah kebahagiaannya, dan ia paham akan hal itu.

Felix tak seperti anak-anak alay yang mengatakan 'aku tak bisa hidup tanpamu' karena jujur saja ia masih bisa bernafas meski telah berpisah dengan Hyunjin (meski sebenarnya hubungan mereka tidak resmi). Hanya saja ia tak mau hal itu terjadi karena ia tahu seberapa buruk keadaannya jika Hyunjin benar-benar pergi darinya. Felix sudah terlanjur menyimpan sepenuh hatinya untuk Hyunjin, tak memberikan celah untuk yang lain, Midam sekalipun tidak. Ia hanya ingin dengan Hyunjin. Hwang Hyunjin. Cintanya.

Namun tak selamanya ia akan melalui hari-hari tanpa masalah. Seperti sekarang ini, Felix baru saja mendapat telepon dari orang tuanya yang di Aussie.

"Hello mom."

"..."

"Gimana keadaan mommy sama daddy?"

"..."

"Really?"

"..."

"Ada apa mommy nelpon? Ga biasanya?"

"..."

Felix terdiam begitu mendengar alasan dari mommy nya menelpon. Ini bukan hal yang ingin ia dengar. Sama sekali bukan.

"Harus ya?"

"..."

"Yaudah mom, kasih Felix waktu."

"..."

"I miss you too, mom"

Dan pip

Sambungan telepon itu ditutup oleh mommy Felix.

Felix masih terdiam meski waktu telah berlalu 15 menit sejak berakhirnya sambungan telepon. Ia masih berusaha menata hati dan pikirannya yang sedang berantakan. Dalam hati ia terus mengucapkan kalimat "aku baru saja bahagia" berulang kali hingga tanpa sadar liquid bening mengalir dari matanya.

Tak ada isakan. Ia hanya menangis dalam diam. Sama sekali tidak mengeluarkan suara.

Lengannya ia angkat lalu menyapu pipinya yang masih basah oleh air mata. Senyum tulus terukir di bibir tipisnya.

"Felix bisa kok."














***



Setelah membasuh wajahnya dengan air di kamar mandi, Felix melangkah menuju apartemen Hyunjin. Dan memasukan password yang sudah ia hafal belakangan ini.

Pintu apartemen terbuka, menampilkan keadaan ruangan yang tak rapi tapi tak juga berantakan. Felix melangkahkan kaki mulusnya ke ruang tengah, dimana asal suara tv yang pertanda adanya kehidupan disana.

Terpampanglah seorang Hwang Hyunjin yang sedang menonton tayangan tak senonoh sembari tiduran di sofa.

"Gak seru anying. Gak bikin tegang." ucapnya tanpa mengalihkan tatapannya dari tv.

Wanna be? || Hyunlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang